Pemanfaatan sumberdaya secara efisien,

Dari perspektif yang pertama, strategi adalah “program yang luas untuk mendefenisikan dan mencapai tujuan organisasi dan melaksanakan misinya”. Kata “program” dalam defenisi ini menyiratkan adanya peranan peran yang aktif, yang didasari, dan yang rasional, yang dimainkan oleh manajer dalam merumuskan strategi organisasiperusahaan. Dari perspektif yang ke dua, strategi adalah “pola tanggapan organisasi yang dilakukan terhadap lingkunganya sepanjang waktu.” Dalam definisi ini, setiap organisasi mempunyai suatu strategi, walaupun tidak harus selalu efektif, sekalipun strategi itu tidak pernah dirumuskan secara eksplisit. Artinya setiap organisasi mempunyai hubungan dengan lingkungannya yang dapat diamati dan dijelaskan. Pandangan seperti ini mencakup organisasi di mana perilaku para manajernya adalah reaktif, artinya para manajer menanggapi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan hanya jika mereka merasa perlu untuk melakukannya.

b. Pemanfaatan sumberdaya secara efisien,

Sumber daya adalah faktor paling penting dalam pelaksanaan di dalam kebijakan agar efektif. Sumber daya tersebut dapat berwujud sumber daya manusia, yakni kompetensi pelaksana, dan sumber daya financial. Tanpa adanya sumber daya, kebijakan hanya tinggal di kertas menjadi dokumen saja. Untuk memiliki sumberdaya manusia yang terlatih dan terampil sebuah organisasi bisnis dapat melakukan pelatihan, pendidikan dan bimbingan bagi sumberdaya manusianya. Hanya saja untuk menghasilkan prestasi kerja yang tinggi seorang karyawan tidak hanya perlu memiliki keterampilan, tetapi ia juga harus memiliki keinginan dan kegairahan untuk berprestasi tinggi. Universitas Sumatera Utara Sistem atau teknik dalam bidang sumberdaya manusia yang diyakini akan mendorong tenaga tenaga kerja untuk meningkatkan prestasi kerjanya yang tiada lain adalah “Sistem Manajemen Kinerja” Definisi manajemen Kinerja menurut Achmad 2001:6 Manajemen Kinerja adalah memanajemeni prestasi kerja karyawan, berkaitan dengan usaha, kegiatan atau program yang diprakarsai dan dilaksanakan oleh pimpinan organisasi perusahaan untuk “merencanakan, mengarahkan dan mengendalikan prestasi karyawan.” Menurut Stephen 2001:319, system manajemen kinerja yaitu proses penetapan standar kinerja dan penilaian kinerja karyawan untuk menghasilkan keputusan sumber daya manusia yang obyektif dan juga memberikan dokumentasi untuk mendukung keputusan itu. Penilaian kinerja tersebut merupakan bagian penting dari system manajemen kinerja. Sedangkan menurut Van Meter dan van Horn dalam Subarsono 2005:99 menyatakan bahwa ada enam variabel yang mempengaruhi kinerja pelaksanaan yakni: 1 Standar dan Sasaran Kebijakan Standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur sehingga dapat direalisasikan. Apabila standardan sasaran kebijakan kabur, maka akan terjadi multiinterpretasi dan mudah menimbulkan konflik diantara para agen pelaksana. 2 Sumber Daya Pelaksanaan kebijakan perlu dukungan sumber daya, baik sumber daya manusia maupun sumber daya non manusia. 3 Komunikasi antar Organisasi dan Penguatan Aktifitas Universitas Sumatera Utara Dalam pelaksanaan program perlu dukungan dan koordinasi dengan instansi lain. Untuk itu diperlukan koordinasi dan kerja sama antar instansi bagi keberhasilan suatu program. 4 Karakteristik agen pelaksanaan Agar pelaksana mencakup struktur birokrasi, norma-norma, dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi, yang semuanya akan mempengaruhi pelaksanaan suatu program. 5 Kondisi sosial, ekonomi dan politik Variabel ini mencakup sumber daya ekonomi, lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan pelaksanaan kebijakan, sejauh mana kelompok-kelompok kepentingan dapat memberikan dukungan bagi pelaksanaan kebijakan, karakteristik para partisipan yakni mendukung atau menolak, bagaimana sifat opini publik yang ada di lingkungan dan apakah elit politik mendukung pelaksanaan kebijakan. 6 Disposisi Pelaksana Disposisi pelaksana ini mencakup tiga hal, yakni a respon pelaksana terhadap kebijakan, yang akan dipengaruhi kemauannya untuk melaksanakan kebijakan, b kognisi, yakni pemahamannya terhadap kebijakan, dan c intensitas disposisi pelaksana, yakni preferensi nilai yang dimiliki oleh pelaksana.

c. Struktur Birokrasi