Tata Cara Pemotongan dan Pengkreditan PPh Pasal 23 Mekanisme Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 23

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI

A. Tata Cara Pemotongan dan Pengkreditan PPh Pasal 23

Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota, penghasilan yang diberikan oleh Badan Pemerintah, Subjek Pajak Badan dalam Negeri, Penyelenggara kegiatan, Bentuk usaha tetap, Perwakilan perusahaan diluar negeri lainnya, dan Orang pribadi sebagai Wajib Pajak dalam negeri tertentu yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama kepada penerima penghasilan, baik Wajib Pajak Dalam Negeri Orang Pribadi dan Badan maupun Bentuk Usaha Tetap BUT akan dikenakan Pajak Penghasilan Pasal 23. Pajak yang dipotong adalah sesuai dengan tarif sebagaimana dalam Undang- undang Pajak penghasilan Nomor 36 Tahun 2008 pasal 23, yaitu 15 untuk dividen, bunga, royalty, hadiah, serta 2 untuk sewa dan jasa. Pemotong pajak langsung saja mengalikan tarif dengan pengahasilan Bruto Wajib Pajak. Pajak yang sudah dipotong bisa dikreditkan oleh Wajib pajak, hal ini agar penghasilan Wajib pajak tidak dikenakan pajak sebanyak dua kali. Untuk pengkreditannya, Wajib Pajak yang sudah dipotong Pajak Penghasilan pasal 23 harus melampirkan Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 pada saat penyampaian Surat Pemberitahuan SPT Tahunan. Dengan demikian Wajib Pajak bisa memperhitungkan pajak yang sudah dipotong itu sebagai pengurang pajak terutangnya untuk satu Tahun Pajak. Bukti Potong PPh Pasal 23 yang lebih dari satu harus dilampirkan semuanya. Universitas Sumatera Utara

B. Mekanisme Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 23

Mekanisme Penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 23 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota adalah berdasarkan ketentuan Pasal 2 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 80PMK.032010 tanggal 1 April 2010 yang merupakan perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184PMK.032007, PPh Pasal 23 yang dipotong oleh Pemotong PPh harus disetor paling lama tanggal 10 sepuluh bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir. Dalam hal tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya. Dalam pengertian hari libur nasional termasuk hari yang diliburkan untuk penyelenggaraan Pemilihan Umum yang ditetapkan oleh Pemerintah dan cuti bersama secara nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah. Pembayaran dan penyetoran pajak harus dilakukan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak SSP atau sarana administrasi lain yang disamakan dengan Surat Setoran Pajak. SSP ini berfungsi sebagai bukti pembayaran pajak apabila telah disahkan oleh pejabat kantor penerima pembayaran yang berwenang atau apabila telah mendapatkan validasi. SSP dianggap sah jika telah divalidasi dengan Nomor Transaksi Penerimaan Negara NTPN. Adapun tempat pembayaran adalah Kantor Pos atau Bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan sebagai tempat pembayaran pajak. Pemotong PPh Pasal 23 wajib memberikan tanda bukti pemotongan PPh Pasal 23 kepada orang pribadi atau badan yang dipotong setiap melakukan Universitas Sumatera Utara pemotongan atau pemungutan. Bagi penerima penghasilan, bukti pemotongan PPh Pasal 23 ini adalah bukti pelunasan PPh terutang dalam tahun tersebut yang nantinya akan dikreditkan dalam SPT Tahunannya. Apabila masa pajak telah berakhir, pemotong PPh Pasal 23 wajib melaporkan pemotongan yang telah dilakukan dalam masa pajak tersebut. Pelaporan ini dilakukan dengan menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 2326 ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak pemotong PPh Pasal 23 terdaftar. Surat Pemberitahuan SPT Masa PPh Pasal 2326 harus disampaikan paling lama 20 dua puluh hari setelah Masa Pajak berakhir. Contoh, untuk pemotongan PPh Pasal 23 bulan Oktober 2010, SPT Masa PPh Pasal 23 harus disampaikan paling lambat tanggal 20 Nopember 2010. Dalam hal batas akhir pelaporan di atas bertepatan dengan hari libur termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional, pelaporan dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya. Pengertian hari libur nasional termasuk hari yang diliburkan untuk penyelenggaraan Pemilihan Umum yang ditetapkan oleh Pemerintah dan cuti bersama secara nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah. C. Wajib Pajak Yang Menyampaikan SPT Tahunan PPh dan Mempunyai Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 Tahun 2010. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota, maka penulis akan menyajikan tabel yang berhubungan dengan Wajib Pajak yang menyampaikan SPT Tahunan PPh , baik dari segi jumlah wajib pajak terdaftar, jumlah wajib pajak terdaftar yang wajib Universitas Sumatera Utara SPT, jumlah wajib pajak efektif, jumlah SPT yang masuk, serta Wajib Pajak yang mempunyai Bukti Pemotongan Pajak Penghasilan pasal 23 pada Tahun 2010. Adapun Tabel tersebut adalah sebagai berikut: Lampiran 3 Surat Direktur Jenderal Pajak Tanggal 27 Desember 2010 DATA KEPATUHAN PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN PPh TAHUN 2010 DAN WP YANG MEMPUNYAI BUKTI PEMOTONGAN PPh PASAL 23 Kanwil DJP Sumatera Utara I Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota Penanggung Jawab WAJIB PAJAK SPT PPh Tahunan Jumlah WP Terdaftar Jumlah WP Terdaftar Wajib SPT Jumlah WP Efektif Jumlah SPT Masuk Bukti Pemotongan PPh Psl 23 yang ada Jabatan Bdn OP Bdn OP Bdn OP Bdn OP 1 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Ka Waskon I 1 AR I 781 4,481 686 4,655 506 4,481 208 1,674 302 2 AR II 549 4,896 527 5,205 410 4,896 114 1,145 192 3 AR III 476 4,596 462 4,576 263 4,596 122 2,166 52 4 AR IV 276 2,875 264 2,931 134 2,875 66 1,066 199 Ka Waskon II 1 AR I 589 5,131 554 5,419 359 5,131 139 1,720 77 2 AR II 670 6,621 643 6,541 514 6,621 172 2,051 166 3 AR III 629 8,259 609 8,079 496 8,259 135 2,047 28 4 AR IV 317 3,383 310 3,313 249 3,383 84 1,221 89 5 AR V 613 6,070 594 5,955 435 6,070 122 1,660 33 Ka Waskon III 1 AR I 297 4,002 279 3,993 297 4,002 122 2,024 111 2 AR II 365 3,840 354 3,815 359 3,840 111 1,367 51 3 AR III 347 4,161 336 4,211 338 4,161 90 1,766 94 Universitas Sumatera Utara 4 AR IV 586 5,450 559 5,435 566 5,450 120 1,244 79 5 AR V 302 3,059 295 2,960 301 3,059 79 720 75 Ka Waskon IV 1 AR I 327 4,043 313 3,978 259 4,043 78 1,093 37 2 AR II 280 3,743 274 3,682 260 3,743 92 1,131 53 3 AR III 304 12,716 280 12,649 262 12,716 87 1,931 169 4 AR IV 313 5,414 303 5,338 286 5,414 93 1,569 91 Sumber : KPP Pratama Medan Kota Berdasarkan uraian tabel di atas terlihat jelas bahwa dari sekian banyak wajib pajak yang terdaftar, jumlah wajib pajak terdaftar wajib SPT maupun jumlah wajib pajak efektif, hanya sebagian yang wajib pajak yang mempunyai bukti pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23, artinya tidak semua wajib pajak efektif mempunyai bukti pemotongan Pajak penghasilan Pasal 23. Wajib Pajak yang mempunyai Bukti Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23 adalah wajib pajak yang hanya dipotong pajak penghasilan Pasal 23 oleh pihak ketiga atas penghasilaln yang diterimanya Dari tabel di atas wajib pajak yang mempunyai Bukti Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23, pajak yang telah dipotong itu bisa diperhitungkan sebagai kredit pajak yang bersangkutan pada saat penyampaian Surat Pemberitahuan SPT Tahunan Tahun 2010. Pada saat penyampaian SPT Tahunan itu, Wajib Pajak harus menyampaikan SPT Tahunan beserta lampiran berupa Bukti Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23. Dengan demikian akan berpengaruh pada pengurangan Pajak terutang Wajib Pajak bersangkutan. Universitas Sumatera Utara D. Sanksi Yanng Diberikan Kepada Wajib Pajak Yang Dipotong PPh Pasal 23 Tidak Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak. Setiap Wajib Pajak yang dipotonng Pajak Penghasilan Pasal 23, tetapi Wajib Pajak tersebut tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP yang merupakan tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak, maka tarif pemotongannya lebih tinggi 100. Contoh : PT. Perdana merupakan perusahaan penerbitan dan percetakan. Perusahaan ini didirikan pada tahun 2008, beralamat di Jl. Yos Sudarso Nomor 28 Medan. NPWP 01.555.444.1.122.000. Membayarkan jasa perbaikan mesin produksi yang telah rusak sebesar Rp 30.000.000 kepada Tuan hamdan, yang beralamat di Jl. Patimura Nomor 4 Medan, dan Tuan Hamdan Tidak mempunyai NPWP. Besarnya sanksi yang diberikan adalah : 100 × 2 × Rp 30.000.000 = Rp 600.000 Maka besarnya Pajak Penghasilaln Pasal 23 yang dipotong oleh PT. Perdana adalah sebesar : 2 × Rp 30.000.000 + Rp 600.000 = Rp 1.200.000 Adapun tujuan penerapan sanksi ini, agar setiap Wajib Pajak mengetahui begitu pentingnya peranan NPWP. Selain untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran Pajak juga sebagai pengawasan administrasi perpajakan. Universitas Sumatera Utara

E. Pelayanan Yang Diberikan KPP Pratama Medan Kota Dalam Hal Masyarakat Berkonsultasi.