Subjek dan Objek Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23

Pasal 23 Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2008, selanjutnya mengatur ketentuan besarnya pajak penghasilan yang dipotong oleh pihak yang memberikan penghasilan. Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis jasa lain sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf c angka 2 Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 244PMK. 032008 tanggal 31 Desember 2008, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 80PMK. 032010 tanggal 1 April 2010 tentang tanggal jatuh tempo penyetoran pajak penghasilan pasal 23.

B. Subjek dan Objek Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23

1. Subjek Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23 Subjek Pajak Penghasilan adalah segala sesuatu yang mempunyai potensi untuk memperoleh penghasilan dan memnjadi sasaran untuk dikenakan Pajak Penghasilan Resmi, 2008 : 81 . Subjek Pajak yang telah memenuhi kewajiban pajak secara objektif maupun subjektif dalam Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak disebut sebagai Wajib Pajak. Pasal 2 ayat 1 dan 2 Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2008 menyebutkan bahwa : 1 Yang menjadi Subjek Pajak adalah: a. 1. Orang Pribadi 2. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak Universitas Sumatera Utara b. Badan; dan c. Bentuk Usaha Tetap 2 Subjek pajak dibedakan menjadi subjek pajak dalm negeri dan subjek pajak luar negeri. Yang menjadi Subjek Pajak Penghasilan Pasal 23 adalah Subjek Pajak dalam negeri, yaitu orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau orang pribadi yang bebrada di Indonesia lebih dari 183 seratus delapan puluh tiga hari dalam jangka waktu 12 dua belas bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia, Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak. 2. Objek Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23 Menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat 1 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2008, yang menjadi Objek Pajak Penghasilan adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan. Yang menjadi Objek Pajak Penghasilan Pasal 23 adalah: a. Deviden, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk deviden dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil koperasi. Universitas Sumatera Utara b. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang. c. Royalti. d. Hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain yang telah dipotong pajak penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat 1 huruf e Undang- undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. e. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta yang telah dikenai Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat 2 Undang- undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. f. Imbalan sehubungan dengan jasa teknnik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong pajak penghasilan sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 Undang- undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang pajak Penghasilan . g. Jenis jasa lain selain jasa sebagaimana dimaksud diatas diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 244PMK.032008 tanggal 31 Desember 2008. C. Pengecualian Objek Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23 Beberapa jenis penghasilan yang tidak dikenakan pemotongan PPh Pasal 23 bukan Objek PPh Pasal 23 sesuai dengan Pasal 23 ayat 4 Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008, yaitu: 1. penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank. Universitas Sumatera Utara 2. sewa yang dibayarkan atau terutang sehubungan dengan sewa guna usaha dengan hak opsi. 3. dividen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat 3 huruf f dan dividen yang diterima oleh orang pribadi sebagaimana dimaksud dalm Pasal 17 ayat 2c . 4. bagian laba sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat 3 huruf i. 5. sisa hasil usaha koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya. 6. penghasilan yang dibayaratau terutang kepada badan usaha atas jasa keuangan yang berfungsi sebagai penyalur pinjaman danatau pembiayaan yang diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.

D. Cara Perhitungan Pemotongan dan Pengkreditan PPh Pasal 23