Cara Perhitungan Pemotongan dan Pengkreditan PPh Pasal 23

2. sewa yang dibayarkan atau terutang sehubungan dengan sewa guna usaha dengan hak opsi. 3. dividen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat 3 huruf f dan dividen yang diterima oleh orang pribadi sebagaimana dimaksud dalm Pasal 17 ayat 2c . 4. bagian laba sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat 3 huruf i. 5. sisa hasil usaha koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya. 6. penghasilan yang dibayaratau terutang kepada badan usaha atas jasa keuangan yang berfungsi sebagai penyalur pinjaman danatau pembiayaan yang diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.

D. Cara Perhitungan Pemotongan dan Pengkreditan PPh Pasal 23

Untuk menghitung Pajak Penghasilan Pasal 23 yang telah dipotong oleh pihak yang memberikan penghasilan atas penghasilan yang berupa dividen, bunga, royalti, hadiah penghargaan, bonus dan sejenisnya selain yang telah dipotong Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat 1 huruf e, dipotong pajak sebesar 15 dari jumlah bruto. Sedangkan untuk pengkreditannya yang merupakan pengurangan pajak terutang bagi Wajib Pajak itu, langsung saja dikurangkan dengan pajak terutang untuk satu Tahun Pajak setelah dikalikan dengan tarif Pasal 17 sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan yang telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008. Contoh : Universitas Sumatera Utara PT. Solusindo membayarkan Bunga kepada Tuan Amir pada bulan Januari 2010 sebesar Rp 200.000.000. Sedangkan Tuan Amir pada Tahun Pajak yang bersangkutan mempunyai penghasilan neto PKP sebesar Rp 900.000.000. PPh Pasal 23 dipotong PT. Solusindo adalah : 15 × Rp 200.000.000 = Rp 30.000.0000 Atas PPh Pasal 23 yang telaag dipotong oleh PT. Solusindo, bisa dikreditkan terhadap pajak terutang Tuan Amir. PPh terutang Tuan Amir Tahun Pajak 2010 : 5 × Rp 50.000.000 = Rp 2.500.000 15 × Rp 200.000.000 = Rp 30.000.000 25 × Rp 250.000.000 = Rp 62.500.000 30 × Rp 400.000.000 = Rp 120.000.000 + PPh terutang = Rp 215.000.000 Kredit Pajak : - PPh Pasal 23 = Rp 30.000.000 _ PPh yang masiih harus dibayar Tuan Amir = Rp 185.000.000 Contoh : CV. Selera Makan membayar Royalti atas pemakaian merk Ayam Goreng ”Bu Lestari” sebesar Rp 150.000.000. Penghasilan Neto PKP Tahun Pajak 2010 pemilik merk Ayam Goreng ” Bu Lestari” adalah Rp 550.000.000 PPh yang dipotong oleh CV. Selera Makan: 15 × Rp 150.000.000 = Rp 22.500.000 Atas PPh Pasal 23 yang telah dipotong oleh CV. Selera Makan, bisa dikreditkan terhadap pajak terutang pemilik Ayam Goreng ”Bu Lestari”. Universitas Sumatera Utara PPh terutang pemilik Ayam Goreng ”Bu Lestari” Tahun Pajak 2010 adalah : 5 × Rp 50.000.000 = Rp 2.500.000 15 × Rp 200.000.000 = Rp 30.000.000 25 × Rp 250.000.000 = Rp 62.500.000 30× Rp 50.000.000 = Rp 15.000.000 + PPh terutang = Rp 110.000.000 PPh terutang = Rp 110.000.000 Kredit Pajak : - PPh Pasal 23 = Rp 22.500.000 _ PPh yang masih harus dibayar = Rp 87.500.000 Sedangkan atas penghasilan berupa sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta yang telah dikenai Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat 2 Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, serta imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dikenakan pajak sebesar 2 dari jumlah Bruto. Contoh : CV. Adil Makmur menyewa sebuah mesin genset pada UD. Starindo dengan nillai sewa Rp 30.000.000 PPh Pasal 23 yang dipotong oleh CV. Adil Makmur adalah: Universitas Sumatera Utara 2 × Rp 30.000.000 = Rp 600.000. Maka Pajak Penghasilan pasal 23 yang telah dipotong oleh CV. Adil Makmur sebesar Rp 600.000, boleh dikreditkan oleh UD. Starindo sebesar Rp 600.000.000 terhadap pajak terutangnya setahun. Contoh : PT. Pilar Utama yang baru berdiri meminta jasa dari CV. Konsultindo untuk membuat sistem akuntansi perusahaan dengan imbalan sebesar Rp 50.000.000. PPh Pasal 23 Yang dipotong oleh PT. Pilar Utama adalah: 2 × Rp 50.000.000 = Rp 1.000.000 Maka Pajak Penghasilan Pasal 23 yang telah dipotong oleh PT. Pilar Utama sebesar Rp 1.000.000, boleh dikreditkan oleh CV. Konsultindo sebesar Rp 1.000.000 terhadap pajak terutangnya setahun. E. Pendaftaran dan Penilaian PPh Pasal 23 Setiap Badan pemerintah, subjek pajak dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, perwakilan perusahaan diluar negeri lainnya, dan orang pribadi sebagai wajib pajak dalam negeri tertentu, yang ditunjuk oleh kepala Kantor Pelayanan Pajak telah melakukan pemotongan kepada wajib pajak, maka atas pemotongan tersebut si pemotog wajib membuat atau mengisi Bukti Pemotongan. Bukti Pemotongan Pajak Penghasiln Pasal 23 dibuat rangkap ke- 3, lembar ke- 1 untuk Wajib Pajak, lembar ke- 2 untuk Kantor Pelayanan Pajak, dan lembar ke- 3 untuk pemotong pajak. Daftar Bukti Pemotongan merupakan salah satu lampiran SPT Masa yang diserahkan oleh pemotong Pajak kepada Kantor Pelayanan Pajak. Sedangkan Bukti Pemotongan yang diterima oleh Wajib Pajak Universitas Sumatera Utara merupakan Lampiran pada saat penyampaian Surat Pemberitahuan SPT Tahunan yang nantinya akan diperhitungkan sebagai Kredit Pajak. Pajak- pajak yang sudah dipotong oleh si pemotong pajak disetorkan dengan dibuatkan Surat Setoran pajak SSP . Surat Setoran Pajak adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang ke kas negara melalui Kantor Penerima Pembayaran. Kantor Penerima Pembayaran adalah Kantor Pos dan atau Bank Badan Usaha Milik Negara atau Bank Usaha Milik Daerah atau tempat pembayaran lain yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan sebagai penerima pembayaran atau penyetoran pajak. Universitas Sumatera Utara

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI