Prevalensi Kanker Payudara dengan Metastasis di Hati di RSUP H. Aadam Malik Medan Tahun 2014

(1)

Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Nancy Mediatrick Nadeak

Tempat/ Tanggal Lahir : Pematangsiantar, 06 Mei 1993

Agama : Katolik

Alamat : Jln. Melanthon Siregar, Pematangsiantar

Alamat Email : nancymediatrick@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

1. Tahun 1999 lulus TK RK Bintang Timur Pematangsiantar, Sumatera Utara 2. Tahun 2005 lulus SD Swasta RK Budi Mulia 1 Pematangsiantar, Sumatera

Utara

3. Tahun 2008 lulus SMP Swasta RK Bintang Timur Pematangsiantar, Sumatera Utara

4. Tahun 2011 lulus SMA Swasta RK Budi Mulia Pematangsiantar, Sumatera Utara


(2)

Riwayat Pelatihan :

1. Tahun 2012 Penyambutan Mahasiswa Baru 2012 Universitas Sumatera Utara

2. Tahun 2013 Seminar dan Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional 3. Tahun 2013 Get Together SCORE PEMA FK USU

Riwayat Organisasi :

1. Anggota KMK St. Lukas USU 2012-2015 Karya yang Pernah di Tulis:

JUDUL KARYA JENIS TAHUN

Obese Family Poster Publik 2012

Sayangi Penderita Alzhaimer Poster Publik 2015


(3)

Lampiran 2

RANCANGAN LEMBAR PENCATATAN HASIL PENGUKURAN HASIL PENGAMATAN INDEPENDEN


(4)

(5)

(6)

(7)

Lampiran 6

DATA INDUK REKAM MEDIS PASIEN KANKER PAYUDARA RSUP H.ADAM MALIK MEDAN 2014

No.RM Usia Histopatologi Grade Stadium Metastasis

39.90.23 47

Invasive Breast Carcinoma

NOS Type 1 IIIA Tidak ada

41.69.47 58 Invasive Duct Carcinoma 2 IV PARU

41.80.91 63 Invasive Duct Carcinoma 2 IIIB Tidak ada

42.42.33 48

Invasive Lobular

Carcinoma 2 IV HATI

43.78.79 45

Invasive Lobular

Carcinoma 3 IV HATI

45.69.39 44 Invasive Duct Carcinoma 2 IV HATI

49.57.73 48 Invasive Duct Carcinoma 1 IIIB Tidak ada

54.35.60 45 Invasive Duct Carcinoma 2 IV TULANG

54.56.48 57

Invasive Lobular

Carcinoma 2 IV HATI

54.98.72 44 Invasive Duct Carcinoma 1 IIIB Tidak ada

55.06.20 40

Malignant Phylloides

Tumor 3 IV TULANG

55.86.42 39 Invasive Duct Carcinoma 2 IV TULANG

55.98.15 53 Invasive Duct Carcinoma 3 IV TULANG

56.25.68 48 Invasive Duct Carcinoma 2 IV HATI

56.37.97 45 Invasive Duct Carcinoma 2 IV PARU

56.87.90 56 Invasive Duct Carcinoma 2 IV PARU

57.08.38 52

Invasive Lobular


(8)

57.12.48 56 Invasive Duct Carcinoma 1 IIA Tidak ada 57.23.00 47 Invasive Duct Carcinoma 1 IIB Tidak ada

57.26.02 58 Mucinous Carcinoma 1 IIIB Tidak ada

57.27.42 43 Invasive Duct Carcinoma 1 IV TULANG

57.35.91 45 Invasive Duct Carcinoma 1 IIIB Tidak ada 57.85.32 43 Invasive Duct Carcinoma 2 IIB Tidak ada

57.97.62 45 Invasive Duct Carcinoma 1 IV PARU

58.27.16 51 Invasive Duct Carcinoma 1 IIIB Tidak ada

58.41.31 48

Invasive Lobular

Carcinoma 2 IV TULANG

58.46.86 44

Invasive Lobular

Carcinoma 2 IV PARU

58.73.94 31 Invasive Duct Carcinoma 1 IV HATI

59.04.84 56

Invasive Lobular

Carcinoma 2 IV PARU

59.11.08 44

Invasive Lobular

Carcinoma 1 IV PARU

59.16.04 43 Invasive Duct Carcinoma 1 IIIB Tidak ada

59.21.89 45 Invasive Duct Carcinoma 1 IV PARU

59.23.31 51 Invasive Duct Carcinoma 3 IV PARU

59.35.43 54 Invasive Duct Carcinoma 1 IV TULANG

59.37.55 47 Invasive Duct Carcinoma 1 IV PARU

59.45.56 61 Invasive Duct Carcinoma 2 IV HATI

59.56.56 48 Invasive Duct Carcinoma 2 IV PARU


(9)

59.76.81 64 Invasive Duct Carcinoma 2 IV PARU

59.79.63 40 Invasive Duct Carcinoma 2 IV TULANG

59.86.49 46 Invasive Duct Carcinoma 1 IIIB Tidak ada 59.90.35 38 Invasive Duct Carcinoma 2 IIIA Tidak ada

59.90.54 35

Invasive Lobular

Carcinoma 2 IV PARU

59.95.35 50 Invasive Duct Carcinoma 2 IV PARU

59.98.15 53 Invasive Duct Carcinoma 3 IIB TULANG

60.18.80 47 Invasive Duct Carcinoma 2 IV TULANG

60.20.84 73 Invasive Duct Carcinoma 1 IV PARU

60.25.28 54

Invasive Breast Carcinoma

NOS Type 2 IIIA Tidak ada

60.46.62 56 Invasive Duct Carcinoma 2 IV HATI

60.47.79 45

Invasive Lobular

Carcinoma 2 IV PARU

60.50.31 59

Invasive Breast Carcinoma

NOS Type 2 IIIB Tidak ada

60.52.14 45 Invasive Duct Carcinoma 2 IIIB Tidak ada

60.53.74 60 Invasive Duct Carcinoma 3 IV GINJAL

60.86.96 60

Invasive Lobular

Carcinoma 2 IV TULANG

60.88.82 50 Invasive Duct Carcinoma 3 IV HATI

60.89.39 42 Invasive Duct Carcinoma 1 IV PARU

60.98.62 53 Invasive Duct Carcinoma 2 IV PARU

61.13.44 60 Invasive Duct Carcinoma 1 IV TULANG


(10)

61.20.41 53 Mucinous Carcinoma 3 IIIB Tidak ada

61.70.39 44 Invasive Duct Carcinoma 2 IV PARU

61.76.53 54 Invasive Duct Carcinoma 3 IV HATI

61.84.02 55 Invasive Duct Carcinoma 3 IIIB Tidak ada

61.88.81 49 Invasive Duct Carcinoma 3 IV HATI

61.97.04 55 Invasive Duct Carcinoma 2 IIIB Tidak ada

62.08.51 68

Invasive Lobular

Carcinoma 2 IV PARU

62.12.54 65 Tubuler Carcinoma 2 IV PARU

62.47.54 39

Invasive Lobular


(11)

Lampiran 7

Hasil Analisis Univariat Dengan SPSS

1. Distribusi Frekuensi Penderita Kanker Payudara Berdasarkan Kelompok Usia

kelompok usia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid <50 37 54.4 54.4 54.4

>=50 31 45.6 45.6 100.0

Total 68 100.0 100.0

2. Distribusi Frekuensi Penderita Kanker Payudara Berdasarkan Histopatologi

histopatologi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Invasive Breast Carcinoma

NOS Type 3 4.4 4.4 4.4

Invasive Duct Carcinoma 48 70.6 70.6 75.0

Invasive Lobular Carcinoma 13 19.1 19.1 94.1

Malignant Phylloides Tumor 1 1.5 1.5 95.6

Mucinous Carcinoma 2 2.9 2.9 98.5


(12)

histopatologi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Invasive Breast Carcinoma

NOS Type 3 4.4 4.4 4.4

Invasive Duct Carcinoma 48 70.6 70.6 75.0

Invasive Lobular Carcinoma 13 19.1 19.1 94.1

Malignant Phylloides Tumor 1 1.5 1.5 95.6

Mucinous Carcinoma 2 2.9 2.9 98.5

Tubuler Carcinoma 1 1.5 1.5 100.0

Total 68 100.0 100.0

3. Distribusi Frekuensi Penderita Kanker Payudara Berdasarkan Grade grade kanker

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1 20 29.4 29.4 29.4

2 36 52.9 52.9 82.4

3 12 17.6 17.6 100.0


(13)

4. Distribusi Frekuensi Penderita Kanker Payudara Berdasarkan Metastasis

metastasis

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak metastasis 21 30.9 30.9 30.9

metastasis ke hati 11 16.2 16.2 47.1

metastasis bukan ke hati 36 52.9 52.9 100.0

Total 68 100.0 100.0

5. Distribusi Frekuensi Penderita Kanker Payudara dengan Metastasis di Hati Berdasarkan Kelompok Usia

kelompok usia * metastasis Crosstabulation

Count

metastasis

Total tidak metastasis

metastasis ke hati

metastasis bukan ke hati

kelompok usia <50 11 6 20 37

>=50 10 5 16 31


(14)

6. Distribusi Frekuensi Penderita Kanker Payudara dengan Metastasis di Hati Berdasarkan Histopatologi

histopatologi * metastasis Crosstabulation

Count

metastasis

Total tidak

metastasis

metastasis ke hati

metastasis bukan ke hati

histopatologi Invasive Breast Carcinoma

NOS Type 3 0 0 3

Invasive Duct Carcinoma 15 8 25 48

Invasive Lobular Carcinoma 1 3 9 13

Malignant Phylloides Tumor 0 0 1 1

Mucinous Carcinoma 2 0 0 2

Tubuler Carcinoma 0 0 1 1


(15)

7. Distribusi Frekuensi Penderita Kanker Payudara dengan Metastasis di Hati Berdasarkan Grade

grade kanker * metastasis Crosstabulation

Count

metastasis

Total tidak metastasis

metastasis ke hati

metastasis bukan ke hati

grade kanker 1 10 1 9 20

2 8 6 22 36

3 3 4 5 12

Total 21 11 36 68

8. Distribusi Frekuensi Kanker Payudara yang Mengalami Metastasis Jauh

metastasis

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak ada 21 30.9 30.9 30.9

hati 11 16.2 16.2 47.1

tulang 12 17.6 17.6 64.7

paru 23 33.8 33.8 98.5


(16)

metastasis

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak ada 21 30.9 30.9 30.9

hati 11 16.2 16.2 47.1

tulang 12 17.6 17.6 64.7

paru 23 33.8 33.8 98.5

ginjal 1 1.5 1.5 100.0

Total 68 100.0 100.0

9. Distribusi Metastasis Kanker Payudara Berdasarkan Kelompok Usia

kelompok usia * metastasis Crosstabulation

Count

metastasis

Total tidak ada hati tulang paru ginjal

kelompok usia <50 11 6 7 13 0 37

>=50 10 5 5 10 1 31


(17)

10. Distribusi Metastasis Kanker Payudara Berdasarkan Histopatologi

histopatologi * metastasis Crosstabulation

Count

metastasis

Total tidak ada hati tulang paru ginjal

histopatol ogi

Invasive Breast

Carcinoma NOS Type 3 0 0 0 0 3

Invasive Duct Carcinoma 15 8 9 15 1 48

Invasive Lobular

Carcinoma 1 3 2 7 0 13

Malignant Phylloides

Tumor 0 0 1 0 0 1

Mucinous Carcinoma 2 0 0 0 0 2

Tubuler Carcinoma 0 0 0 1 0 1


(18)

11. Distribusi Metastasis Kanker Payudara Berdasarkan Grade

grade kanker * metastasis Crosstabulation

Count

metastasis

Total tidak ada hati tulang paru ginjal

grade kanker 1 10 1 3 6 0 20

2 8 6 6 16 0 36

3 3 4 3 1 1 12


(19)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmed, I., et al.. (2015). A Unique Presentation of Occult Primary Breast Cancer with a Review of the Literature. Case Reports in Oncological Medicine, 2015.

American Cancer Society. (2014). Breast Cancer Overview. Available from: http://www.cancer.org. [Accessed 22 Mei 2015].

American Joint Committee on Cancer. (2009). Breast Cancer Staging. Available from: http://www.cancerstaging.org. [Accessed 30 Mei 2015].

Antoniou, A.C., et al. (2014). Breast-Cancer Risk in Families with Mutation in PALB2. The New England Journal of Medicine, 371 (6) : 497-506.

Anwar, M., Ali Baziad, Prajitno P. (2011). Ilmu Kandungan (3 ed). Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Binukumar, B. & Aleyamma M. (2005). Dietary Fat and Risk of Breast Cancer. World Journal of Surgical Oncology, 2005 (3) : 45.

Cancer Council. 2014. Understanding Breast Cancer. Available from http://www.cancer.org.au/. [Accessed 22 Mey 2015].

Cumming, Margaret C., et al.. (2014). Metastatic Progression of Breast Cancer: insights from 50 years of autopsies. Journal of Pathology, 232 : 23-31.

Davis, L. V., et al.. (2014). Breast Cancer Pathology, Receptor Status, and Patterns of Metastasis in a Rural Appalachian Population. Journal of Cancer Epidemiology, 2014.

Desen, Wan. (2011). Onkologi Klinis (2 ed). Jakarta : Balai Penerbit Buku FKUI. Ge, Qi-Dong, et al.. (2012). Clinical Characteristics and Survival Analysis of

Breast Cancer Molecular Subtypes with Hepatic Metastases. Asian Pacific Journal of Cancer Prevention, 13 (10) : 5081-5086.

Hartaningsih, Ni M. D. & I Wayan Sudarsa. (2013). Kanker Payudara pada Wanita Usia Muda di Bagian Bedah Onkologi Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar Tahun 2002-2012. Available from: http://www.ojs.unud.ac.id. [Accessed 21 Mei 2015].

Hartmann, Lynn C., et al.. (2005). Benign Breast Disease and the Risk of Breast Cancer. The New England Journal of Medicine, 353 (3).


(20)

Heijink, C. Dilara Savci, et al.. (2015). Retrospective Analysis of Metastatic Behaviour of Breast Cancer Subtypes. Breast Cancer Res Treat, 150 : 547-557.

Indrati R. , Henry Setyawan, Djoko Handojo. (2005). Faktor-faktor Risiko yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Kanker Payudara Wanita. Semarang: Program Pascasarjana, Universitas Diponegoro. Available from:

http://www.eprints.undip.ac.id/14998/1/2005E4D002071.pdf. [Accessed 10 Mei 2015].

Kispert, S., John Marentette, Jane McHowat. (2015). Cigarette Smoke Induces Cell Motility Via Platelet-Activating Factor Accumulation in Breast Cancer Cells: A Potential Mechanism for Metastatic Disease. Physiological Reports, 3 (3).

Kumar, V., Ramzi S.C., Stanley L.R.. (2007). Buku Ajar Patologi (7 ed). Jakarta : EGC.

Lehman, Constance D, et al.. (2007). MRI Evaluation of The Contralateral Breast in Women with Recently Diagnosed Breast Cancer. The New England Journal of Medicine, 356 (13) : 295-303.

Majeed, W., et al.. (2014). Breast Cancer : Major Risk Factors and Recent Developments in Treatment. Asian Pacific Journal of Cancer Prevention, 15 (8) : 3353-3358.

Muller, Daniela., et al. (2008). Staging Procedures in Primary Breast Cancer. Anticancer Research, 28 : 2397-2400.

National Cancer Institute. (2012). What You Need To Know About Breast Cancer. U.S.: National Cancer Institute. Available from: http://www.cancer.gov. [Accessed 23 Mei 2015].

Oktaviana, Devi Nur. (2011). Faktor-faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien Kanker Payudara Wanita di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta. Institut Pertanian Bogor. Available from: http://mobile.repository.ipb.ac.id. [Accessed 20 Mei 2015].

Patel, P. R. (2005). Lecture Notes Radiologi. Erlangga Medical Series.

Park, Hyeli., et al. (2014). Risk Factor for Distant Metastasis as a Primary Site of Treatment Failure in Early-Stage Breast Cancer. Chonnam Medical Journal, 50 :96-101.


(21)

Rasad, S. (2009). Radiologi Diagnostik. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Rawat, P., Preeti Rawat, Piyush Kumar, Seema Singh. (2012). Estrogen The Cause of Breast Cancer. International Journal of Bioassays, 01 (11) : 119-121.

Siddik Sarkar and Mahitosh Mandal. (2011). Breast Cancer: Classification Based on Molecular Etiology Influencing Prognosis and Prediction, Breast Cancer Focusing Tumor Microenvironment, Stem cells and Metastasis, Prof. Mehmet Gunduz (Ed.), ISBN: 978-953-307-766-6, InTech, Available from:

http://www.intechopen.com/books/breast-cancer-focusing-tumor- microenvironment-stem-cells-andmetastasis/breast-cancer-classification-based-on-molecular-etiology-influencing-prognosis-and-prediction. [Accessed 6 Mei 2015].

Taha, M. N. A. B. (2011). Prevalensi dan Karakteristik Penderita Kanker Payudara di Departemen Bedah Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2010. Universitas Sumatera Utara. Available from http://www.repository.usu.ac.id. [Accessed 19 Mei 2015] .

Vona, Linda, et al. 2014. Breast Cancer Pathology, Receptor Status, and Pattern of Metastasis in a Rural Appalachian Population. Journal of Cancer

Epidemiology, 2014.

Warner, Margaret & Gustafsson, Jan-Ake. (2014). On estrogen, cholesterol metabolism, and breast cancer. The New England Journal of Medicine, 370 (6).


(22)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangkap konsep dalam penelitian ini adalah :

3.2 Defenisi Operasional No. Variabel Defenisi

Operasional

Cara Ukur

Alat

Ukur Hasil Ukur

Skala Ukur 1. Prevalensi

kanker payudara dengan rmetastasis di hati Jumlah keseluruhan kasus kanker payudara yang telah mengalami metastasis di hati pada tahun 2014 di RSUP H. Adam Malik. Analisa rekam medis Data rekam medis Jumlah penderita kanker payudara yang bermetastasis di hati. Nominal

3. Usia Lama waktu

hidup penderita dalam bilangan tahun, sejak dilahirkan sampai dilakukan pemeriksaan. Analisa Rekam medis Data rekam medis

1. tahun 2. tahun

Ordinal Metastasis di Hati

berdasarkan : 1. Umur

2. Histopatologi

3.

Grade Kanker Payudara


(23)

4. Histopatologi Cabang patologi yang berkaitan dengan sifat perubahan jaringan penyakit kanker payudara. Analisa Rekam medis Data rekam medis 1. Invasive Duct Carinoma 2.Invasive Lobule Carcinoma 3.Malignant Phylloides Tumor 4. Tubuler Carcinoma 5. Mucinous Carcinoma 6. Invasive Breast Carcinoma NOS Type Nominal

5. Grade Tingkatan atau

derajat diferensiasi sel Analisa Rekam medis Data rekam medis

1.Grade 1

2.Grade 2

3.Grade 3


(24)

BAB 4

METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama melihat gambaran tentang keadaan yang objektif , dengan desain cross sectional (potong lintang). Dalam hal ini, gambaran penelitian ini adalah prevalensi kanker payudara yang telah mengalami metastasis di hati pada wanita di RSUP. H. Adam Malik tahun 2014. Dengan satu kali pengamatan akan didapatkan data prevalensi kanker payudara dengan metastasis di hati dari data rekam medis di RSUP. H. Adam Malik tahun 2014.

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari bulan April 2015 s/d Desember 2015. Penelitian ini akan dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik. Tempat penelitian ini dipilih karena RSUP H. Adam Malik adalah Rumah Sakit tipe A sesuai SK MENKES No. 335/MENKES/SK/VII/1990 yang merupakan tempat rujukan dari berbagai sarana pelayanan kesehatan sehingga cukup representatif untuk dijadikan acuan sumber data epidemiologi khususnya di propinsi Sumatera Utara. Selain itu RSUP H. Adam Malik juga adalah Rumah Sakit Pendidikan sesuai SK MENKES No. 502/MENKES/SK/IX/1991.


(25)

Tabel 4.1 Jadwal Kegiatan Penelitian Alur

Kegiatan Penelitian

Bulan

Apl Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des

Penyusunan Proposal Seminar Proposal Pelaksanaan Kegiatan Analisis Hasil Pembuatan Laporan Seminar Hasil

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien wanita yang didiagnosa kanker payudara yang terdaftar di rekam medik pada tahun 2014 di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik.

4.3.2 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah pasien wanita yang didiagnosis kanker payudara. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode total sampling karena untuk perhitungan prevalensi perlu diketahui total pasien kanker payudara.


(26)

4.4 Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini merupakan data sekunder, dimana semua data yang diperlukan diperoleh dari rekam medis pasien kanker payudara pada tahun 2014 di RSUP. H Adam Malik.

4.5 Managemen Data 01.Editing

Data rekam medis yang dikumpulkan akan diperiksa kelengkapan kembali seperti kelengkapan data.

02.Coding

Langkah selanjutnya mengklasifikasikan data dan memberi kode terhadap isi data rekam medis yang diperlukan. Kegiatan ini dilakukan untuk memudahkan dalam melakukan entry data.

03.Data Output

Data yang sudah dientry disajikan dalam bentuk output untuk mengetahui data saling berhubungan atau tidak.

04.Data Analyzing

Analisis data yang digunakan melalui program komputer SPSS. 4.6 Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini adalah analisis univariat. Analisis univariat ini melihat prevalensi kanker payudara dengan metastasis di hati dari setiap karakteristik yang diamati yaitu usia, histopatologi, dan stadium kanker payudara. Kemudian data disajikan dalam bentuk tabel-tabel distribusi frekuensi.


(27)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Instalasi Rekam Medis Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada bulan Agustus sampai November 2015. RSUP H. Adam Malik merupakan sebuah Rumah Sakit Kelas A sesuai SK Menkes No.335/Menkes/SK/VII/1990 dan juga sebagai Rumah Sakit Pendidikan sesuai SK Menkes No.502/Menkes/SK/IX/1991 yang memiliki visi sebagai pusat unggulan pelayanan kesehatan dan pendidikan, juga merupakan pusat rujukan kesehatan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, D.I. Aceh, Sumatera Barat dan Riau. Lokasinya dibangun di atas tanah seluas ± 10Ha dan terletak di Jalan Bunga Lau No.17 Km.12, Kecamatan Medan Tuntungan, Kotamadya Medan, Provinsi Sumatera Utara.

5.1.2 Deskripsi Data Penelitian

Data yang diambil merupakan data rekam medis pada tahun 2014. Total pasien yang dalam rekam mediknya didiagnosis kanker payudara adalah 426 data pasien. Dari 426 data pasien tersebut banyak data yang tidak tercantum data hasil pemeriksaan histopatologi dan data metastasis kanker payudara sehingga peneliti sulit untuk mendistribusikan data pasien. Oleh karena itu, peneliti kemudian melakukan pengambilan data histopatologi ke departemen Patologi Anatomi dan data metastasis ke departemen Radiologi. Lalu, peneliti menggabungkan data dari Instalasi Rekam Medis, Patologi Anatomi, dan Radiologi yang memiliki kesamaan kelengkapan data. Hasil data yang terkumpul dari 426 pasien kanker payudara yang memiliki kelengkapan data tersebut sebanyak 68 data pasien.


(28)

5.1.2.1 Distribusi Frekuensi Penderita Kanker Payudara berdasarkan Kelompok Usia, Histopatologi, Grade, dan Metastasis

Distribusi frekuensi penderita kanker payudara berdasarkan kelompok usia, histopatologi, grade, dan metastasis kanker payudara pada tahun 2014 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Penderita Kanker Payudara berdasarkan Kelompok Usia, Histopatologi, Grade, dan Metastasis

Karakteristik N %

Usia

37 54,4

31 45,6

Histopatologi

Invasive duct carcinoma 48 70,6

Invasive Lobular Carcinoma 13 19,1

Invasive Breast Carcinoma NOS Type 3 4,4

Mucinous Carcinoma 2 2,9

Malignant Phylloides Tumor 1 1,5

Tubuler Carcinoma 1 1,5

Grade

1 20 29,4

2 36 52,9

3 12 17,6

Metastasis

Tidak Ada Metastasis 21 30,9

Metastasis di Hati 11 16,2

Metastasis selain di Hati 36 52,9

Berdasarkan tabel 5.1 didapatkan jumlah penderita kanker payudara pada kelompok usia sebanyak 37 orang (54,4%) dan pada kelompok usia sebanyak 31 orang (45,6%).


(29)

Dari tabel di atas juga dapat dilihat bahwa jumlah penderita kanker payudara tipe Invasive duct carcinoma berjumlah 48 orang (70,6%), Invasive Lobular Carcinoma berjumlah 13 orang (19,1%), Invasive Breast Carcinoma NOS Type berjumlah 3 orang (4,4%), Mucinous Carcinoma berjumlah 2 orang (2,9%), Malignant Phylloides Tumor berjumlah 1 orang ( 1,5%), dan Tubuler Carcinoma berjumlah 1 orang (1,5%).

Dari penelitian ini juga dapat dilihat bahwa kanker payudara Grade 1 berjumlah 20 orang (29,4%), Grade 2 berjumlah 36 orang (52,9%), dan Grade 3 berjumlah 12 orang (17,6%).

Jumlah penderita kanker payudara pada penelitian ini berjumlah 68 orang. Jumlah penderita kanker yang tidak mengalami metastasis sebanyak 21 orang (30,9%), mengalami metastasis ke hati sebanyak 11 orang (16,2%), dan yang mengalami metastasis selain ke hati sebanyak 36 orang (52,9%).

5.1.2.2. Distribusi Frekuensi Penderita Metastasis Kanker Payudara berdasarkan Kelompok Usia, Histopatologi, dan Grade

Distribusi frekuensi penderita metastasis kanker payudara berdasarkan kelompok usia, histopatologi, dan grade dapat dilihat pada tabel berikut.


(30)

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Penderita Metastasis Kanker Payudara berdasarkan Kelompok Usia, Histopatologi, dan Grade

Karakteristik

Metastasis

Hati Tulang Paru Ginjal

n = 11 (%) n = 12 (%) n = 23 (%) n = 1 (%) Usia

6 (54,5) 7 (58,3) 13 (56,5) 0 (0)

5 (45,5) 5 (41,7) 10 (43,5) 1 (100)

Histopatologi Invasive duct

carcinoma

8 (72,7) 9 (75) 15 (65,2) 1 (100)

Invasive Lobular Carcinoma

3 (27,3) 2 (16,7) 7 (30,4) 0 (0)

Invasive Breast Carcinoma NOS Type

0 (0) 0 (0) 0 (0) 0 (0)

Malignant Phylloides Tumor

0 (0) 1 (8,3) 0 (0) 0 (0)

Mucinous Carcinoma

0 (0) 0 (0) 0 (0) 0 (0)

Tubuler Carcinoma

0 (0) 0 (0) 1 (4,4) 0 (0)

Grade

1 1 (9,1) 3 (25) 6 (26,1) 0 (0)

2 6 (54,5) 6 (50) 16 (69,6) 0 (0)

3 4 (36,4) 3 (25) 1 (4,3) 1 (100)

Dari tabel 5.2 diperoleh data bahwa metastasis ke hati berjumlah 11 orang, metastasis ke tulang berjumlah 12 orang, ke paru berjumlah 23 orang, dan ke ginjal terdapat 1 orang. Metastasis kanker payudara lebih banyak ke paru, lalu ke tulang, lalu ke hati, dan ke ginjal.

Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa metastasis kanker payudara di hati berdasarkan kelompok usia tahun berjumlah 6 orang (54,5%), sedangkan tahun berjumlah 5 orang (45,5%). Penderita kanker payudara


(31)

dengan metastasis di tulang berdasarkan kelompok usia tahun berjumlah 7 orang (58,3%), sedangkan tahun berjumlah 5 orang (41,7%). Penderita kanker payudara dengan metastasis di paru berdasarkan kelompok usia tahun berjumlah 13 orang (56,5%), sedangkan tahun berjumlah 10 orang (43,5%). Penderita kanker payudara dengan metastasis di ginjal pada kelompok usia tahun tidak ada (0%) dan pada kelompok usia tahun terdapat satu orang (100%).

Dari tabel 5.2 juga dapat dilihat data metastasis kanker payudara ke organ lain berdasarkan histopatologi. Kanker payudara dengan metastasis di hati tipe invasive duct carcinoma berjumlah 8 orang (72,7%), invasive lobular carcinoma berjumlah 3 orang (27,3%), invasive breast carcinoma nos type, malignant phylloides tumor, mucinous carcinoma, dan tubuler carcinoma tidak ada. Kanker payudara dengan metastasis di tulang tipe invasive breat carcinoma berjumlah 9 orang (75%), invasive lobular carcinoma berjumlah 2 orang (16,7%), malignant phylloides tumor berjumlah 1 orang (8,3%), invasive breast carcinoma nos type, mucinous carcinoma dan tubuler carcinoma tidak ada. Kanker payudara dengan metastasis di paru tipe invasive duct carcinoma berjumlah 15 orang (65,2%), invasive lobular carcinoma berjumlah 7 orang (30,4%), tubuler carcinoma berjumlah 1 orang (4,4%), invasive breast carcinoma nos type, malignant phylloides tumor, dan mucinous carcinoma tidak ada. Metastasis di ginjal hanya terdapat satu kasus atau satu orang (100%) yaitu tipe invasive duct carcinoma.

Dari tabel 5.2 juga diperoleh data metastasis kanker payudara berdasarkan grade kanker. Penderita kanker payudara dengan metastasis di hati berdasarkan grade 1 berjumlah 1 orang (9,1%), grade 2 berjumlah 6 orang (54,5%), dan grade 3 berjumlah 4 orang (36,4%). Kanker payudara dengan metastasis di tulang berdasarkan grade 1 berjumlah 3 orang (25%), grade 2 berjumlah 6 orang (50%), dan grade 3 berjumlah 3 orang (25%). Kanker payudara dengan metastasis di paru berdasarkan grade 1 berjumlah 6 orang (26,1%), grade 2 berjumlah 16 orang (69,6%), dan grade 3 berjumlah 1 orang (4,3%). Metastasis kanker payudara di ginjal hanya terdapat satu kasus yaitu grade 3 (100%).


(32)

5.1.2.3 Ditribusi Frekuensi Penderita Kanker Payudara berdasarkan Kelompok Usia dan Metastasis

Distribusi penderita kanker payudara yang tidak mengalami metastasis, mengalami metastasis ke hati, dan mengalami metastasis selain ke hati berdasarkan kelompok usia adalah sebagai berikut.

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Penderita Kanker payudara berdasarkan Kelompok Usia dan Metastasis

No Kelompok Usia

Metastasis Tidak

Metastasis

Metastasis ke Hati

Metastasis Bukan Hati

1. N 11 6 20

% 52,4 54,5 55,6

2. N 10 5 16

% 47,6 45,5 44,4

Total N 21 11 36

% 100 100 100

Berdasarkan tabel 5.3 diatas diketahui bahwa kelompok usia tahun yang tidak mengalami metastasis berjumlah 11 orang (52,4%), mengalami metastasis ke hati berjumlah 6 orang (54,5%), dan yang mengalami metastasis selain ke hati berjumlah 20 orang (55,6%). Sedangkan untuk kelompok usia jumlah penderita kanker payudara yang tidak mengalami metastasis berjumlah 10 orang (47,6%), yang mengalami metastasis ke hati berjumlah 5 orang (45,5%), dan yang mengalami metastasis selain ke hati berjumlah 16 orang (44,4%).

5.1.2.4 Distribusi Frekuensi Penderita Kanker Payudara berdasarkan Histopatologi dan Metastasis

Distribusi penderita kanker payudara yang tidak mengalami metastasis, mengalami metastasis ke hati, dan mengalami metastasis selain ke hati berdasarkan histopatologi adalah sebagai berikut.


(33)

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Penderita Kanker Payudara berdasarkan Histopatologi dan Metastasis

No. Histopatologi

Metastasis Tidak metastasis Metastasis ke Hati Metastasis Bukan ke Hati 1. Invasive duct

carcinoma

N 15 8 25

% 71,4 72,7 69,4

2.

Invasive Lobular Carcinoma

N 1 3 9

% 4,8 27,3 25

3.

Invasive Breast Carcinoma NOS

Type

N 3 0 0

% 14,3 0 0

4.

Malignant Phylloides

Tumor

N 0 0 1

% 0 0 2,8

5. Mucinous Carcinoma

N 2 0 0

% 9,5 0 0

6. Tubuler Carcinoma

N 0 0 1

% 0 0 2,8

Total N 21 11 36

% 100 100 100

Berdasarkan tabel 5.3 diatas dapat diketahui bahwa jenis histopatologi invasive duct carcinoma yang tidak bermetastasis berjumlah 15 orang (71,4%), yang bermetastasis ke hati berjumlah 8 orang (72,7%), dan yang bermetastasis selain ke hati berjumlah 25 orang (69,4%). Jenis invasive lobular carcinoma yang tidak bermetastasis berjumlah 1 orang (4,8%), yang bermetastasis ke hati berjumlah 3 orang (27,3%), dan yang bermetastasis selain ke hati berjumlah 9 orang (25%). Jenis invasive breast carcinoma nos type yang tidak bermetastasis berjumlah 3 orang (14,3%), yang bermetastasis ke hati dan selain ke hati tidak


(34)

ada (0%). Jenis malignant phylloides tumor yang tidak bermetastasis dan yang bermetastasis ke hati tidak ada (0%), sedangkan bermetastasis selain ke hati berjumlah 1 orang (2,8%). Jenis mucinous carcinoma yang tidak bermetastasis berjumlah 2 orang (9,5%) dan yang mengalami metastasis ke hati maupun bukan ke hati tidak ada (0%). Jenis tubuler carcinoma yang tidak bermetastasis dan yang bermetastasis ke hati tidak ada (0%), sedangkan yang bermetastasis selain ke hati berjumlah 1 orang (2,8%).

5.1.2.5 Distribusi Frekuensi Penderita Kanker Payudara berdasarkan Grade dan Metastasis

Distribusi kanker payudara yang tidak mengalami metastasis, yang bermetastasis ke hati, dan yang bermetastasis selain ke hati berdasarkan grade kanker payudara dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Penderita Kanker Payudara berdasarkan

Grade dan Metastasis

No. Grade

Metatasis Tidak

metastasis

Metastasis ke Hati

Metastasis Bukan ke Hati

1. 1 N 10 1 9

% 47,6 9,1 25

2. 2 N 8 6 22

% 38,1 54,5 61,1

3. 3 N 3 4 5

% 14,3 36,4 13,9

Total N 21 11 36

% 100 100 100


(35)

Berdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa kelompok kanker payudara grade 1 yang tidak bermetastasis berjumlah 10 orang (47,6%), yang bermetastasis ke hati berjumlah 1 orang (9,1%), yang bermetastasis selain ke hati berjumlah 9 orang (25%). Kelompok kanker payudara grade 2 yang tidak bermetastasis berjumlah 8 orang (38,1%), yang bermetastasis ke hati berjumlah 6 orang (54,5%), dan yang bermetastasis selain ke hati berjumlah 22 orang (61,1%). Kelompok kanker payudara grade 3 yang tidak bermetastasis berjumlah 3 orang (14,3%), yang bermetastasis ke hati berjumlah 4 orang (36,4%), dan yang bermetastasis selain ke hati berjumlah 5 orang (13,9%).

5.2 Pembahasan 5.2.1 Hasil Analisis 5.2.1.1 Kelompok Usia

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti mendapatkan bahwa persentase penderita kanker payudara yang berada pada kelompok usia tahun cenderung lebih tinggi yang mengalami metastasis ke hati yaitu 54,5% dibandingkan dengan kelompok usia tahun (45,5%). Hasil ini sesuai dengan penelitian Margaret C Cummings (2014) yang menyebutkan bahwa persentase penderita kanker payudara dengan metastasis di hati secara signifikan lebih tinggi pada kelompok usia tahun (83,1%) dibanding dengan kelompok usia tahun (71,8%). Hal ini dijelaskan bahwa wanita penderita kanker payudara yang telah mengalami operasi pengangkatan tumor sebelumnya secara signifikan dapat berkembang menjadi metastasis hati dibanding penderita yang tidak melakukan operasi. Selain itu, disebutkan juga bahwa pada usia muda lebih sering terkena penyakit pada organ ginekologi. Penyakit ginekologi dapat mempermudah atau mempercepat terjadinya metastasis jauh. Wanita usia muda atau premenopause memiliki jumlah estrogen yang tinggi yang dihasilkan oleh ovarium. Estrogen yang tinggi pada usia muda dijelaskan berhubungan dengan terjadinya metastasis kanker payudara di hati (Cummings, Margaret et al., 2014).


(36)

Data ini juga bersesuaian dengan penelitian Linda Vona et al. (2014) yang menyebutkan bahwa persentase kanker payudara dengan metastasis di hati lebih tinggi pada kelompok usia tahun (10,8%) dibanding dengan kelompok usia tahun (6,5%). Kekurangan reseptor estrogen (ER) dan reseptor progesteron (PR) pada kanker payudara atau disebut juga dengan triple negatif antara ER, PR, dan HER2 berhubungan dengan peningkatan metastasis kanker payudara ke organ visceral atau hati. Fenotipe ini sering terjadi pada wanita usia muda, sehingga sering dihubungkan bahwa wanita usia muda lebih cenderung untuk mengalami metastasis ke hati atau organ visceral (Vona, L. et al., 2014).

5.2.1.2 Histopatologi

Dari hasil penelitian, peneliti mendapatkan bahwa persentase histopatologi kanker payudara dengan metastasis ke hati lebih tinggi pada tipe Invasive duct carcinoma yaitu 72,7% dibanding dengan jenis histopatologi yang lainnya. Hasil ini sesuai dengan penelitian Hyeli Park et al. (2014) yang melaporkan bahwa persentase jenis histopatologi yang paling sering mengalami metastasis ke hati adalah Invasive duct carcinoma yaitu 85% dibanding jenis histopatologi lainnya. Penelitian C.Dilara Savci et al. (2015) juga menyebutkan bahwa persentase metastasis kanker payudara lebih tinggi pada tipe karsinoma duktal incasive (88,2%) dibandingkan dengan tipe lainnya. Berdasarkan data American Cancer Society (2014), karsinoma duktal invasif merupakan tipe kanker payudara yang paling sering terjadi, 8 dari 10 kanker payudara yang invasif adalah karsinoma duktal invasif. Karsinoma duktal invasif dimulai dari saluran susu payudara, menembus dinding duktus, dan berkembang di dalam jaringan lemak payudara. Pada kondisi ini, kanker dapat menyebar atau metastasis ke bagian tubuh yang lain melalui sistem limfatik dan aliran darah.


(37)

5.2.1.3 Histologi Grade

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti mendapatkan hasil bahwa persentase grade kanker payudara dengan metastasis di hati lebih tinggi pada grade 2 (54,5%) dibanding dengan grade lainnya. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hyeli Park et al. (2014) yang menyebutkan bahwa persentase kanker payudara yang mengalami metastasis di hati lebih tinggi pada grade 3 yaitu 45% dibanding grade yang lainnya. Hal ini kemungkinan disebabkan karena adanya bias dalam penelitian ini seperti halnya tidak terdatanya penderita kanker payudara grade 3 lainya sehingga menyebabkan persentase grade 2 lebih tinggi. Oleh karena itu, masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui grade kanker yang cenderung mengalami metastasis ke hati.

Penelitian Linda Vona et al. (2014) juga menyebutkan bahwa persentase grade 3 kanker payudara dengan metastasis di hati lebih tinggi yaitu 80% dibanding dengan grade lainnya. Hal ini dijelaskan bahwa dari penelitian sebelumnya disebutkan tumor dengan triple-negative sering dihubungkan dengan histologi grade yang tinggi. Hal ini dibuktikan pada penelitian Linda Vona et al. (2014) yang menyebutkan bahwa 80,9% kasus metastasis kanker payudara dengan triple-negative adalah grade 3.

5.2.2 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian ini adalah rekam medis yang tidak seluruhnya mencantumkan data histopatologi dan data metastasis jauh kanker payudara. Selain itu, keterbatasan penelitian ini adalah waktu yang terbatas dalam mengumpulkan data karena waktu penelitian yang bersamaan dengan jadwal kuliah. Ditambah juga, data rekam medis yang kurang lengkap membuat peneliti harus membuka data ke Departemen Patologi Anatomi dan Radiologi sehingga membutuhkan waktu yang lebih banyak.


(38)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya dapat diambil beberapa kesimpulan untuk penelitian ini yaitu :

1. Berdasarkan data metastasis secara keseluruhan diketahui bahwa dari seluruh sampel kanker payudara jumlah kanker yang mengalami metastasis ke hati ada 11 orang.

2. Berdasarkan kelompok usia, jumlah penderita kanker payudara yang mengalami metastasis ke hati lebih tinggi pada kelompok usia tahun. 3. Berdasarkan jenis histopatologi, jumlah penderita kanker payudara yang mengalami metastasis ke hati lebih sering pada tipe invasive duct carcinoma.

4. Berdasarkan histologi grade, penderita kanker payudara yang mengalami metastasis ke hati lebih sering pada grade 2.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil yang didapatkan pada penelitian ini, maka rekomendasi dari peneliti adalah :

1. Pada penelitian ini, peneliti hanya melihat prevalensi metastasis kanker payudara ke hati. Namun, metastasis kanker payudara bukan hanya ke hati saja tetapi dapat ke organ lain seperti paru, tulang, ginjal, dan organ lainnya. Oleh karena itu, diharapkan adanya penelitian lebih lanjut dan lebih lengkap mengenai metastasis kanker payudara ke organ lain.


(39)

2. Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu rekam medis. Oleh karena itu, diharapkan agar data yang ada di rekam medis lebih lengkap dalam melampirkan identitas pasien, pemeriksaan dan pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang diberikan kepada pasien agar mempermudah dalam memperoleh data penelitian.

3. Sesuai dengan hasil penelitian bahwa kejadian kanker payudara yang telah mengalami metastasis cukup tinggi yang berarti bahwa kanker payudara tinggi kejadiannya pada stadium lanjut. Oleh karena itu, sebaiknya perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat secara umum tentang kanker payudara dan pencegahannya yang mencakup tentang pentingnya deteksi dini, diagnosis dini, dan juga terapi dini yang tepat. Usaha untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat dapat dilakukan dengan metode penyuluhan kepada semua kalangan umum.


(40)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Payudara Normal

Payudara wanita normal memiliki 15-20 lobus dan masing-masing lobus terdiri dari banyak lobulus. Tiap lobulus memiliki sekumpulan kelenjar kecil yang dapat menghasilkan air susu. Setelah bayi lahir, air susu akan keluar dari lobulus melalui saluran atau duktus payudara lalu menuju puting. Ruang antara lobulus dan duktus diisi oleh jaringan fibrous dan lemak (National Cancer Institute, 2012).

Gambar 2.1 Payudara

Sumber : National Cancer Institute, 2012

2.1.1 Sistem Limfatik Payudara

Pembuluh getah bening pada payudara terbagi atas 3 yaitu pembuluh getah bening aksila, pembuluh getah bening mammaria interna, dan pembuluh getah bening di daerah tepi kuadran medial bawah payudara. Pembuluh getah bening aksila mengalirkan getah bening dari daerah sekitar areola, payudara kuadran


(41)

lateral bawah dan kuadran lateral atas payudara. Pembuluh getah bening mammaria interna mengalirkan getah bening dari bagian dalam dan medial payudara. Pembuluh ini berjalan di atas fasia pektoralis lalu menembus fasia tersebut dan masuk ke dalam m.pektoralis mayor. Lalu pembuluh ini berjalan ke medial bersama-sama dengan sistem perforantes menembus m.interkostalis dan bermuara ke dalam kelenjar getah bening mammaria interna (Anwar, et al., 2011).

Sel kanker payudara dapat masuk ke pembuluh limfe dan tumbuh di dalam nodus limfe. Sebagian besar pembuluh limfe payudara berhubungan dengan nodus limfe di bawah lengan (axillary node) dan sebagian lainnya berhubungan dengan internal mammary nodes dan supraclavicular atau infraclavicular nodes. Bila sel kanker telah menyebar ke dalam nodus limfe, kemungkinan besar sel tersebut dapat masuk ke pembuluh darah dan menyebar ke organ lain (American Cancer Society, 2014).

Gambar 2.2 Nodus Limfe pada Payudara Sumber : American Cancer Society, 2014


(42)

2.2 Kanker Payudara

2.2.1 Defenisi Kanker Payudara

Kanker payudara adalah tumor ganas yang berasal dari sel-sel payudara. Sebuah tumor ganas adalah sekelompok sel kanker yang tumbuh dan menginvasi jaringan disekitarnya atau menyebar (metastasis) ke organ tubuh yang lainnya (American Cancer Society, 2014).

2.2.2 Faktor Risiko Kanker Payudara a. Jenis Kelamin

Wanita lebih berisiko terkena kanker payudara. Kanker payudara juga dapat terjadi pada laki-laki, tetapi 100 kali lebih sering terjadi pada wanita. Hal ini dapat terjadi kemungkinan disebabkan karena hormon estrogen dan progesteron yang sedikit pada laki-laki dimana hormon tersebut dapat memicu pertumbuhan kanker payudara (American Cancer Society, 2014).

b. Usia

Risiko terkena kanker payudara semakin meningkat dengan bertambahnya usia. Kira-kira 1 dari 8 kanker payudara yang invasif terjadi pada wanita berusia dibawah 45 tahun, sementara 2 dari 3 kanker payudara terjadi pada wanita yang berusia 55 tahun ke atas (American Cancer Society, 2014).

c. Tumor jinak pada payudara

Peningkatan risiko terkena kanker payudara dengan riwayat tumor payudara berhubungan dengan adanya proses proliferasi yang berlebihan. Proses proliferasi yang berlebihan tanpa diimbangi dengan proses apoptosis (kematian sel) akan dapat menimbulkan keganasan karena tidak adanya kemampuan untuk mendeteksi adanya kerusakan DNA. Wanita yang pernah menderita atau menderita kelainan proliferatif memiliki resiko terkena kanker payudara yang lebih tinggi. Wanita yang telah melalui biopsi terdapat kelainan payudara proliferatif memiliki risiko terkena kanker 1,5 – 2,0 kali untuk hiperplasia, dan 4-5 kali untuk hiperplasia atipikal (Indrati et al., 2004-5). Risiko terkena kanker


(43)

payudara yaitu 1,6 kali pada wanita yang didiagnosis memiliki tumor jinak payudara pada kategori tumor yang masih rendah (Hartmann, L. C. et al., 2005). d. Riwayat keluarga dengan kanker payudara

Kanker payudara merupakan penyakit kanker yang familial (Sindroma Li Fraumeni atau LFS). Penyebab sindrom ini 75% disebabkan oleh adanya mutasi gen pada gen p53 (gen penekan tumor / tumor suppressor gene). Akibat mutasi yang terjadi pada gen p53, sel akan terus berproliferasi tanpa batas karena gen penekan tumor tersebut sudah terganggu (Indrati et al., 2005). Penelitian sebelumnya menunjukkan proporsi wanita yang terkena kanker payudara 20-30% dengan riwayat kanker payudara dalam keluarga (Ahmed, I. et al., 2015). Penyebab utama kanker berhubungan dengan riwayat keluarga kanker payudara dan adanya mutasi gen yaitu gen BRCA1 dan BRCA2. Mutasi gen ini berkontribusi 5-10% penyebab kanker payudara (Majeed et al., 2014). PALB2 (partner and localizer of BRCA2) merupakan protein untuk berinteraksi dengan BRCA2 yang penting dalam mengatur fungsi gen BRCA2. Apabila terjadi kehilangan fungsi atau mutasi pada PALB2, akan dapat meningkatkan risiko kanker payudara. Dari beberapa penelitian yang dilakukan, didapatkan 0,6% sampai 3,9% mutasi pada PALB2 terjadi pada keluarga yang memiliki riwayat kanker payudara (Antoniou, A.C. et al., 2014).

e. Riwayat kanker payudara dan kanker ovarium pada penderita

Wanita yang memiliki riwayat kanker ovarium kemungkinan akan terkena kanker payudara, karena pada wanita yang menderita kanker payudara dapat dilihat adanya hiperplasia korteks ovarium (Indrati et al., 2005). Payudara merupakan organ yang berpasangan dan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang sama. Seorang wanita dengan riwayat kanker payudara unilateral memiliki risiko yang tinggi untuk terkena kanker payudara di sisi kontralateral payudara (Lehman C. D. et al., 2007).

f. Pola konsumsi makanan berlemak

Diet lemak yang tinggi akan meningkatkan pembentukan jaringan adiposa sehingga dapat meningkatkan produksi estrogen (Indrati et al., 2005). Kolesterol dimetabolisme oleh enzim di ovarium dan adrenal lalu akan menghasilkan


(44)

hormon testosteron dan estradiol. Metabolisme kolesterol akan menghasilkan jalur perantara yaitu 27-hydroxycholesterol (27-OHC) yang dihasilkan oleh makrofag melalui enzim 27-hydroxylase (CYP27A1). 27-OHC akan mengikat reseptor α estrogen pada sel epitel kelenjar mamae dan dapat memicu kanker payudara. 27-OHC juga dapat mengaktifkan reseptor X di hati sehingga dapat meningkatkan metastasis dari kanker payudara (Warner, M. & Gustafsson, 2014).

g. Aktivitas fisik

Aktivitas yang cukup akan dapat mengurangi risiko terkena kanker payudara namun mekanismenya secara jelas belum diketahui. Olahraga berhubungan dengan rendahnya kadar lemak dalam tubuh dan rendahnya hormon yang dapat memicu kanker payudara, dan dapat meningkatkan kekebalan tubuh. Dengan berolahraga yang cukup atau beraktivitas yang cukup, hormon dalam sirkulasi akan turun sehingga proses proliferasi akan turun dan dapat mencegah terjadinya kanker payudara. Risiko kanker payudara menurun sebesar 37% pada wanita yang berolahraga dalam waktu yang lama (Indrati et al., 2005).

h. Lama menyusui

Menyusui berhubungan dengan siklus hormonal. Kadar estrogen akan segera meningkat setelah proses melahirkan, sedangkan hormon progesteron akan menurun tajam setelah meningkat selama masa kehamilan. Selama masa menyusui kadar estrogen dan progesteron dalam darah akan tetap rendah. Penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron ini dapat menurunkan proses proliferasi pada jaringan payudara (Indrati et al., 2005).

i. Periode Menstruasi

Wanita dengan usia menstruasi pertama terlalu cepat (usia dibawah 12 tahun) dan menopause yang terlalu lama (di atas 55 tahun) memiliki risiko kanker payudara yang tinggi karena memiliki waktu terpapar hormon estrogen dan progesteron yang lama (American Cancer Society, 2014).

j. Terapi Hormon setelah Menopause

Hormon estrogen dan progesteron dapat digunakan sebagai terapi osteoporosis. Dari penelitian sebelumnya, kombinasi hormon sebagai terapi pada wanita pasca menopause dapat meningkatkan risiko kanker payudara. Hormon ini


(45)

juga dapat meningkatkan risiko kematian pada penderita kanker payudara. Penggunaan estrogen tunggal tanpa progesteron tidak menunjukkan hasil yang jelas dalam meningkatkan risiko kanker payudara (American Cancer Society, 2014).

k. Radiasi Pengion

Radiasi pengion ke dada dapat meningkatkan kanker payudara. Besar risiko bergantung pada dosis radiasi, waktu sejak pajanan, dan usia. Hanya perempuan yang diradiasi sebelum usia 30 tahun, saat perkembangan payudara, yang tampaknya terkena. Sebagai contoh, 20% sampai 30% perempuan yang diradiasi untuk penyakit Hodgkin saat remaja dan usia 20 tahunan akan terjangkit kanker payudara, tetapi risiko untuk perempuan yang diterapi pada usia setelah itu tidak meningkat. Dosis radiasi yang rendah pada penapisan mamografi hampir tidak berefek pada insidensi kanker payudara. Setiap kemungkinan efek dikompensasi oleh manfaat deteksi dini kanker payudara (Kumar, Ramzi & Stanley, 2007).

2.2.3 Patogenesis Kanker payudara

Seperti pada kanker lainnya, penyebab kanker payudara masih belum diketahui, namun terdapat tiga faktor penting yang dapat menyebabkan kanker payudara yaitu perubahan genetik, pengaruh hormon, dan faktor lingkungan.

a. Perubahan Genetik

Seperti pada sebagian besar kanker lainnya, mutasi yang memengaruhi protoonkogen dan gen penekan tumor di epitel payudara ikut serta dalam proses transformasi onkogenik. Di antara berbagai mutasi tersebut, yang paling banyak dipelajari adalah ekspresi berlebihan protoonkogen ERBB2 (HER2/NEU), yang diketahui mengalami amplifikasi pada hampir 30% kanker payudara. Gen ini adalah anggota dari famili reseptor faktor pertumbuhan epidermis, dan ekspresi berlebihannya berkaitan dengan prognosis yang buruk. Secara analog, amplifikasi gen RAS dan MYC juga dilaporkan terjadi pada sebagian kanker payudara. Mutasi gen penekan tumor RB1 dan TP53 juga ditemukan.


(46)

b. Pengaruh Hormon

Kelebihan estrogen endogen, atau yang lebih tepat ketidakseimbangan hormon jelas berperan penting. Banyak faktor risiko seperti usia subur yang lama, nuliparitas, dan usia lanjut saat memiliki anak pertama menunjukkan peningkatan pajanan ke kadar estrogen yang tinggi saat daur haid. Tumor ovarium fungsional yang mengeluarkan estrogen dilaporkan berkaitan dengan kanker payudara pada wanita pascamenopause. Estrogen merangsang faktor pertumbuhan oleh sel epitel payudara normal dan oleh sel kanker. Dihipotesiskan bahwa reseptor estrogen dan progesteron yang secara normal terdapat di epitel payudara, mungkin berinteraksi dengan promotor pertumbuhan, seperti transforming growth factor α (berkaitan dengan faktor pertumbuhan epitel), platelet-derived factor, dan faktor pertumbuhan fibroblas yang dikeluarkan oleh sel kanker payudara, untuk menciptakan suatu mekanisme autokrin perkembangan tumor.

c. Faktor Lingkungan

Pengaruh lingkungan diisyaratkan oleh insidensi kanker payudara yang berbeda-beda dalam kelompok yang secara genetis homogen dan perbedaan geografi dalam prevalensi. Faktor lingkungan yang penting adalah iradiasi dan estrogen eksogen (Kumar, Ramzi & Stanley, 2007).


(47)

2.2.4 Histopatologi Kanker Payudara a. Ductal Carcinoma In Situ

Ductal Carcinoma In Situ (DCIS) atau dikenal juga dengan intraductal carcinoma adalah tumor yang non-invasif atau kanker yang pre-invasif. Pada kanker tipe ini, sel duktus payudara telah berubah menjadi sel kanker. Sampai saat ini belum diketahui cara yang tepat untuk mengetahui tipe kanker yang dapat berubah menjadi kanker yang invasif (American Cancer Society, 2014).

Gambaran histologik DCIS beragam. Pola arsitekturnya antara lain tipe solid, kribriformis, papilaris, mikropapilaris, dan clinging. Disetiap tipe mungkin ditemukan nekrosis. Gambaran nukleus bervariasi dari derajat rendah dan monomorfik hingga derajat tinggi dan heterogen. DCIS sering disertai kalsifikasi karena bahan sekretorik atau debris nekrotik yang mengalami kalsifikasi. Apabila terjadi metastasis, karsinoma invasif terdapat pada payudara dan kuadran yang sama dengan DCIS sebelumnya (Kumar, Ramzi & Stanley, 2007).

b. Lobular Carcinoma In Situ (LCIS)

LCIS tidak seperti DCIS yaitu memperlihatkan gambaran histologik yang uniform. Sel bersifat monomorf dengan nukleus polos bundar dan terdapat dalam kelompok kohesif di duktus dan lobulus. Vakuol musin intrasel (sel cincin stempel) sering ditemukan. LCIS hampir selalu ditemukan secara tidak sengaja dan tidak seperti DCIS, tumor ini jarang membentuk metastasis. LCIS tidak membentuk massa sehingga jarang mengalami kalsifikasi. Sekitar sepertiga perempuan dengan LCIS akhirnya mengalami karsinoma invasif yang dapat muncul pada kedua payudara, tidak seperti DCIS pada payudara yang sama (Kumar, Ramzi & Stanley, 2007).

c. Karsinoma duktus invasif

Karsinoma duktus invasif merupakan kanker payudara yang paling sering terjadi. Sebagian besar kanker masuk ke dalam kategori ini (70% hingga 80%). Karsinoma duktus invasif merupakan istilah yang digunakan untuk semua karsinoma yang tidak dapat disubklasifikasikan ke dalam salah satu tipe khusus dan tidak menunjukkan bahwa tumor ini secara spesifik berasal dari sitem duktus.


(48)

Kanker tipe ini biasanya berkaitan dengan DCIS, namun kadang-kadang ditemukan LCIS. Sebagian besar karsinoma duktus menimbulkan respons desmoplastik, yang menggantikan lemak payudara yang normal (menghasilkan densitas pada mamografi) dan membentuk massa yang teraba keras. Gambaran mikroskopik heterogen, berkisar dari tumor dengan pembentukan tubulus yang sempurna serta nukleus derajat rendah hingga tumor yang terdiri atas lembaran-lembaran sel yang anaplastik. Kanker tahap lanjut dapat menyebabkan kulit cekung (dimpling), retraksi puting payudara, atau fiksasi ke dinding dada (Kumar, Ramzi & Stanley, 2007).

d. Karsinoma lobulus invasif

Karsinoma lobulus invasif terdiri atas sel yang secara morfologis identik dengan sel pada LCIS. Sel-sel secara sendiri-sendiri menginvasi stroma dan sering tersusun membentuk rangkaian. Meskipun sebagian besar tumor bermanifestasi sebagai massa yang dapa diraba atau densitas pada mamografi, sebagian memiliki pola invasi difus tanpa respon desmoplastik serta secara klinis tersamar. Karsinoma lobulus lebih sering bersifat multisentrik dan bilateral (10% hingga 20%). Tumor ini membentuk kurang dari 20% dari semua kanker payudara (Kumar, Ramzi & Stanley, 2007).

e. Tipe Kanker yang Jarang Terjadi 1. Inflammatory Breast Cancer

Inflammatory Breast Cancer didefenisikan berdasarkan gambaran klinis berupa payudara yang membesar, bengkak, dan erimatosa, biasanya tanpa teraba adanya massa (Kumar, Ramzi & Stanley, 2007). Kira-kira 1% sampai 3% dari seluruh tipe kanker payudara merupakan inflammatory breast cancer. Inflammatory breast cancer disebabkan oleh sel kanker yang menghambat aliran pembuluh limfe bukan karena proses inflamasi atau infeksi. Inflammatory breast cancer berisiko lebih tinggi untuk bermetastasis dan prognosis yang buruk (American Cancer Society, 2014). 2. Paget disease of the nipple

Penyakit paget pada puting dimulai pada duktus dan menyebar ke kulit puting lalu menuju areola yaitu daerah gelap yang mengelilingi puting.


(49)

Kulit puting dan areola akan tampak krusta, bersisik, kemerahan, sensasi panas terbakar atau gatal. Kanker ini juga sering dihubungkan dengan DCIS. Kanker tipe ini jarang terjadi yaitu 1% dari semua tipe kanker payudara (American Cancer Society, 2014).

3. Phyllodes tumor

Tumor phyllodes sangat jarang terjadi dan berkembang dari jaringan stroma (connective tissue) payudara. Tumor ini biasanya jinak namun dapat juga ganas. Pada phyllodes ganas yang telah menyebar, dapat dilakukan kemoterapi untuk jaringan lunak (sarcoma) payudara (American Cancer Society, 2014).

4. Angiosarcoma

Angiosarcoma diawali dengan sel kanker yang berkembang di pembuluh darah atau pembuluh limfe. Kanker ini jarang terjadi, bila kanker ini terjadi sebagian besar diakibatkan karena komplikasi dari pengobatan radiasi yang muncul dalam 5 sampai 10 tahun setelah mendapatkan radiasi (American Cancer Society, 2014).

5. Special types of Invasive Breast Carcinoma

Terdapat beberapa subtipe dari invasive breast carcinoma dimana beberapa dari subtipe kanker ini memiliki prognosis yang lebih baik dari kanker invasif lainnya yaitu adenoid cystic carcinoma, low-grade adenosquamous carcinoma, medullary carcinoma, mucinous carcinoma, papillary carcinoma, tubular carcinoma. Sedangkan subtipe kanker yang memiliki prognosis yang sama dengan kanker invasif lainnya yaitu metaplastic carcinoma, micropapillary carcinoma, mixed carcinoma (kombinasi antara kanker ductus dan lobulus yang invasif) (American Cancer Society, 2014).


(50)

2.2.5 Klasifikasi Kanker Payudara

Tabel 2.1 Klasifikasi Kanker Payudara Berdasarkan TNM

Tumor Primer ( T ) TX T0 Tis T1 T1a T1b T1c T2 T3 T4 T4a T4b T4c T4d

Tumor primer tidak dapat diduga Tumor primer tidak di jumpai Karsinoma insitu

Tumor ≤ 2cm Tumor ≤ 0,5 cm

Tumor ≥ 0,5 cm dan ≤ 1 cm Tumor ≥ 1 cm dan ≤ 2 cm Tumor > 2cm dan < 5cm Tumor > 5cm

Berapapun ukuran tumor dengan ekstensi langsung ke dinding dada dan kulit Ekstensi ke dinding dada tidak termasuk otot pektoralis

Edema (termasuk peau d’orange) atau ulserasi kulit payudara, atau satelit nodul pada kulit.

Gabungan T4a dan T4b Karsinoma Inflamasi

Kelenjar Getah Bening Regional ( N ) NX N0 N1 N2 N2a N2b N3 N3a N3b N3c

KGB regional tidak bisa di duga Tidak ada metastase KGB regional

Dijumpai metastase KGB aksila ipsilateral, mobile

Teraba KGB aksila ipsilateral, terfiksasi atau secara klinis tampak KGB mamari interna ipsilateral dengan tidak adanya metastase KGB aksila. Teraba KGB aksila yang terfiksasi satu dengan lainnya atau kestruktur sekitarnya.

Secara klinis metastase hanya dijumpai pada KGB mamari interna ipsilateral dan tidak dijumpai metastase KGB aksila secara klinis.

Metastase pada KGB infraklavikular ipsilateral dengan atau tanpa keterlibatan KGB aksila atau dalam klinis tampak KGB mamari interna ipsilateral dan secara klinis terbukti adanya metastase KGB aksila atau adanya metastase KGB supraklavikular ipsilateral dengan atau tanpa keterlibatan KGB aksila atau mamari interna .

Metastase KGB infaraklavikular ipsilateral

Metastase pada KGB mamari interna ipsilateral dan KGB aksila Metastase pada KGB supraklavikular ipsilateral

Metastase Jauh ( M ) M X

M0 M1

Metastase jauh tidak dapat dibuktikan Tidak dijumpai metastase jauh Dijumpai metastase jauh


(51)

Tabel 2.2 Klasifikasi Stadium Kanker Payudara dari AJCC

Stadium T N M

Stadium 0 Tis N0 M0

Stadium I T1 N0 M0

Stadium IIA T0

T1 T2 N1 N1 N0 M0 M0 M0

Stadium IIB T2

T3

N1 N0

M0 M0

Stadium IIIA T0

T1 T2 T3 T3 N2 N2 N2 N1 N2 M0 M0 M0 M0 M0

Stadium IIIB T4

T4 T4 N0 N1 N2 M0 M0 M0

Stadium IIIC Semua T N3 M0

Stadium IV Semua T Semua N M1

Sumber : American Joint Committee on Cancer (2009) 2.2.6 Histologi Grade Kanker Payudara

Histologi grade kanker payudara didasarkan pada tingkat diferensiasi jaringan tumor. Pada kanker payudara diferensiasi ini mengarah pada karakteristik morfologi sel yang dinilai oleh ahli patologi yang terlatih. Pemeriksaan ini menggunakan pewarnaan hematoksilin-eosin pada jaringan tumor (Rakha et al, 2010).


(52)

Tabel 2.3 Histologi Grade Kanker Payudara Grade

Grade 1 (low grade) Sel kanker sedikit berbeda dengan sel yang normal. Pertumbuhan sel kanker tersebut sangat lambat.

Grade 2 (moderate grade)

Sel kanker tidak seperti sel normal. Sel kanker tumbuh lebih cepat dari grade 1 tetapi tidak secepat grade 3.

Grade 3 (high grade) Sel kanker terlihat sangat berbeda dari sel yang normal. Pertumbuhan sel kanker sangat cepat.

Sumber : Cancer Council Australia (2014)

2.2.7 Manifestasi Klinis Kanker Payudara 1. Massa tumor

Sebagian besar massa payudara tidak nyeri dan lokasi massa tersering di kuadran lateral atas. Massa pada umumnya soliter, konsistensi agak keras, batas tidak tegas, permukaan tidak licin, mobilitas kurang (pada stadium lanjut dapat terfiksasi ke dinding toraks). Massa cenderung membesar secara bertahap (Desen, 2011).

2. Perubahan kulit a. Tanda lesung

Ketika tumor mengenai ligamen glandula mamae, ligamen tersebut memendek sehingga kulit disekitarnya akan tertarik dan menjadi cekung. b. Perubahan kulit jeruk (peau d’orange)

Ketika vasa limfatik subkutis tersumbat sel kanker, hambatan drainase limfe menyebabkan odem kulit, folikel rambut akan tenggelam ke bawah dan tampak seperti tanda kulit jeruk.


(53)

c. Nodul satelit kulit

Ketika sel kanker dalam vasa limfatik subkutis masing-masing membentuk nodul metastasis, di sekitar lesi primer dapat muncul banyak nodul yang tersebar secara klinis dan disebut tanda satelit.

d. Invasi dan ulserasi kulit

Ketika tumor menginvasi kulit akan tampak perubahan berwarna merah atau merah gelap. Bila tumor terus bertambah besar, lokasi tersebut dapat menjadi iskemik dan terbentuk ulserasi berbentuk bunga terbalik yang disebut tanda kembang kol.

e. Perubahan inflamatorik

Perubahan inflamatorik disebut juga karsinoma mamae inflamatorik, keseluruhan kulit mamae menjadi warna merah dan bengkak, mirip dengan peradangan, dan dapat disebut tanda peradangan (Desen, 2011).

3. Perubahan papila mamae

a. Adanya retraksi dan distorsi papila mamae umumnya akibat tumor menginvasi jaringan subpapilar.

b. Sekret papilar yang disebabkan karsinoma papilar dalam duktus yang besar atau tumor mengenai d uktus yang besar.

c. Perubahan eksematoid yaitu merupakan manifestasi spesifik dari kanker eksematoid (penyakit Paget). Pada klinisnya akan tampak areola dan papila maame tererosi, berkrusta, adanya sekret, deskuamasi (Desen, 2011).

4. Pembesaran kelenjar limfe regional

Pembesaran kelenjar limfe aksila ipsilateral yang solieter ataupun multipel akan terbentuk pada kanker payudara. Awalnya kelenjar limfe ini dapat digerakkan dan kemudian akan melakukan adhesi ke jaringan sekitarnya. Lama kelamaan kelenjar limfe dapat membesar (Desen, 2011).


(54)

2.2.8. Prognosis Kanker Payudara

Observasi tingkat kelangsungan hidup dalam lima tahun menunjukkan persentase dari pasien yang hidup selama lima tahun terakhir setelah didiagnosis kanker. Kebanyakan pasien dengan kanker payudara masih dapat hidup setelah 5 tahun didiagnosis. Hal ini sangat membantu untuk megurangi kematian dan lebih akurat untuk menggambarkan dampak kanker dengan kelangsungan hidup. Untuk memperoleh tingkat kelangsungan hidup selama 5 tahun, dokter harus melihat orang-orang yang menjalani pengobatan selama 5 tahun terkahir. Perbaikan pengobatan yang diberikan dapat memberikan pandangan yang lebih baik bagi orang-orang yang didiagnosis dengan kanker payudara. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi prognosis seseorang, seperti umur dan tingkat kesehatan, persentase reseptor hormon sel kanker, pengobatan yang diterima, dan bagaimana respon sel kanker terhadap pengobatan.

Data statistik yang tersedia yaitu dari database National Cancer Institute tidak membagi prognosis dari semua substage atau substadium seperti IA dan IB. Selain itu, penting untuk diketahui bahwa data statistik ini didasarkan pada stadium kanker ketika pertama kali didiagnosis. Data ini tidak digunakan untuk kanker yang kemudian datang kembali atau kambuh dan yang telah metastasis

(American Cancer Society, 2014).

Tabel 2.4 Prognosis Kanker Payudara

Stadium 5-year Relative

Survival Rate

0 100%

I 100%

II 93%

III 72%

IV 22%


(55)

2.3 Metastasis Kanker Payudara di Hati

Penyebaran kanker payudara terjadi melalui saluran limfe dan darah. Metastasis ke kelenjar getah bening ditemukan pada sekitar 40% kanker yang bermanifestasi sebagai massa yang dapat dipalpasi, tetapi pada kurang dari 15% kasus ditemukan dengan mamografi. Lesi yang teletak di tengah atau kuadran luar biasanya mula-mula menyebar ke kelenjar aksila. Tumor yang terletak di kuadran dalam sering mengenai kelenjar getah bening di sepanjang arteria mamaria interna. Kelenjar supraklavikula kadang-kadang menjadi tempat utama penyebaran, tetapi kelenjar ini baru terkena hanya setelah kelenjar aksilaris dan mamaria interna terkena. Akhirnya, terjadi penyebaran ke tempat yang lebih distal, dengan kelainan metastasik di hampir semua organ atau jaringan di tubuh. Lokasi yang disukai adalah paru, tulang, hati, dan kelenjar serta pada organ yang jarang yaitu otak, limpa, dan hipofisis. Namun, tidak ada tempat yang dapat lolos sebagai tempat metastasis kanker payudara (Kumar, Ramzi & Stanley, 2007).

Hati merupakan organ yang paling sering sebagai lokasi terjadinya deposit sekunder. Neoplasma yang sering menyebabkan metastasis ke hati berasal dari kolon, payudara, paru, lambung, dan pankreas (Patel, 2005).

Dari penelitian sebelumnya, didapatkan metastasis kanker payudara di hati dapat dipengaruhi oleh pengobatan atau penanganan yang dilakukan dan didapatkan bahwa pada pasien yang telah melakukan operasi pengangkatan tumor primer akan cenderung lebih mudah mengalami metastasis di hati dibandingkan pasien yang tidak melakukan operasi (Margaret, C.C, et al., 2014).

Gejala yang dapat timbul pada metastasis di hati, yaitu adanya hepatomegali, asites, terjadinya penurunan berat badan, peningkatan enzim hati yang abnormal, jaundice, dan beberapa dapat asimtomatik (Patel, 2005).

Pemeriksaan yang dapat dilakukan sebagai pemeriksaan penunjang radiologis dalam penegakan diagnosa adanya metastasis di hati, yaitu foto polos, ultrasonografi (USG), CT , MRI, arteriografi, dan biopsi perkutan dengan bantuan ultrasonografi atau CT (Patel, 2005).


(56)

a. Ultrasonografi

USG merupakan pemeriksaan awal yang baik dan dapat mendeteksi sebagian besar kejadian metastasis. Pemeriksaan USG hati merupakan suatu modalitas pencitraan yang akurat untuk mengetahui penyakit hati baik yang difus maupun fokal, menentukan staging tumor primer, mendeteksi deposit sekunder, dan dapat membantu pada biopsi hati atau prosedur yang intervensonal. Pada hati yang normal, batas luar hati adalah rata dengan pola eko yang homogen, sedangkan pada metastasis hati akan diperlihatkan eko yang buruk, kistik, hiperekoik, atau adanya infiltrasi yang difus (Patel, 2005). Gambaran eko bergantung pada jenis asal tumor primer. Pada metastasis adenokarsinoma sering memperlihatkan gambaran lesi yang bulat, fokal, tepinya hipoekoik dan struktur eko yang lebih tinggi atau hiperekoik, dan disertai nekrosis sentral. Keadaan ini disebut juga sebagai target cell’s sign (Rasad, 2009).

b. Computed tomography (CT)

Pemeriksaan CT dapat diusulkan apabila pemeriksaan dengan ultrasonografi tidak berhasil. Pemeriksaan CT dapat mendemonstrasikan keseluruhan dari penyakit hati. CT merupakan pemeriksaan yang paling sensitif, namun membutuhkan bolus injeksi kontras (Patel, 2005).

c. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Pemeriksaan dengan MRI memberikan pencitraan potongan melintang yang sangat baik seperti CT, namun tanpa radiasi. Struktur pembuluh darah di hati dapat diperlihatkan tanpa menyuntikkan kontras dengan menggunakan Magnetic Resonance Angiography (MRA) (Patel, 2005).

d. Angiografi

Pemeriksaan dengan angiografi dapat memperlihatkan gambaran anatomi vaskular hati. Pemeriksaan arteriografi hanya dilakukan pada kasus yang sulit atau kurang jelas. Gambaran arteriografi pada metastasis hati biasanya avaskular (Patel, 2005).


(57)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Kanker merupakan kelompok penyakit dimana terjadi pembelahan sel yang tidak terkendali dan akhirnya akan membentuk benjolan atau massa yang disebut tumor. Kanker diklasifikasikan dan diberi nama sesuai dengan bagian tubuh tumor berasal. Kanker payudara merupakan kanker yang berasal dari jaringan payudara, yang terdiri dari kelenjar yang disebut lobulus dan saluran yang menghubungkan lobulus ke puting atau disebut duktus. Jaringan lain yang terdapat pada payudara meliputi lemak, jaringan ikat, dan jaringan limfatik. Kanker payudara paling sering berasal dari duktus dan lobulus payudara. Karsinoma duktal terjadi 80-90% dan karsinoma lobular terjadi sekitar 10-20% dari seluruh kasus kanker payudara (Sarkar dan Mahitosh, 2011).

Secara umum, kanker payudara dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu invasif dan non-invasif. Kanker yang invasif berarti sel kanker telah merusak membran basal duktus atau lobulus dan menembus jaringan lemak payudara, sedangkan kanker non-invasif berarti sel kanker hanya berkembang di dalam duktus atau lobulus jaringan payudara atau tidak menyebar melalui membran basal (Rawat et al., 2012).

Kanker payudara merupakan salah satu penyakit keganasan yang paling sering terjadi pada wanita di seluruh dunia dengan jumlah kasus baru yang didiagnosis setiap tahunnya yaitu sebesar 1,38 juta atau 23% dari seluruh kasus kanker pada wanita (Hartaningsih dan Sudarsa, 2013). Menurut Binukumar dan Mathew (2005), setiap tahun diperkirakan akan muncul lebih dari 1,1 juta kasus baru kanker payudara di seluruh dunia dan menggambarkan lebih dari 20% penyakit keganasan pada wanita. Angka kejadian atau insiden kanker payudara di negara maju kira-kira 90-130 kasus tiap 100.000 wanita, sedangkan di negara berkembang kira-kira 10-60 kasus tiap 100.000 wanita (Binukumar dan Mathew, 2005).


(58)

Berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit tahun 2007, kanker payudara di Indonesia menempati urutan pertama pasien yang rawat inap di seluruh rumah sakit di Indonesia yaitu 16,85% dan disusul dengan kanker leher rahim yaitu sebesar 11,78% (Hartaningsih & Sudarsa, 2013). Dari data RSUP. H Adam Malik, Medan tahun 2009, diperoleh kasus kanker payudara pada wanita yaitu 222 orang atau 83,1% dari 267 orang yang menderita neoplasma payudara. Dari 222 orang yang menderita kanker tersebut, 128 orang atau 57,7% berada pada rentang usia 45-64 tahun (Balasubramaniam (2010) dalam Taha, 2011).

Meskipun diagnosis dan pengobatan kanker payudara stadium awal saat ini sudah banyak berkembang, pada sebagian besar kasus kanker payudara dapat berkembang menjadi suatu metastasis (Davis et al., 2014). Menurut Qi-Dong Ge et al., (2012), 20%-30% dari penderita kanker payudara stadium awal akan dapat mengalami metastasis. Penyebab utama kematian penderita kanker payudara bukan hanya karena tumor primer pada payudara, tetapi lebih disebabkan karena adanya metastasis ke organ lain. Setelah pertama kali didiagnosis menderita kanker payudara, dalam kurun waktu 3 tahun kanker tersebut akan mengalami metastasis pada 15% penderita kanker payudara (Kispert et al., 2015). Mekanisme metastasis dari kanker payudara merupakan proses yang kompleks yang dapat dilihat dengan adanya perubahan bentuk yang jelas pada organ lain (Heijink, C. et al., 2015).

Dalam menentukan stadium kanker payudara, chest x-ray (CXR), CT Scan tulang, dan USG hati sangat dianjurkan untuk pasien ketika baru saja didiagnosis kanker payudara sebelum diberikan terapi sistemik untuk mendapatkan informasi tentang adanya metastasis jauh ke organ lain yaitu paru, hati, dan tulang (Muller et al., 2008). Pada stadium awal kanker payudara yang telah dilakukan operasi conserving payudara, setelah 10 tahun dilaporkan bahwa terjadi metastasis jauh sebesar 7,1%. Meskipun kanker masih stadium awal, metastasis jauh ke organ lain merupakan penyebab kematian yang sudah banyak diketahui. Banyak penelitian melaporkan bahwa metastasis dapat terjadi sejak awal progresif tumor. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemeriksaan untuk melihat adanya metastasis jauh terhadap pasien kanker payudara stadium awal (Park,Hyeli et al., 2014).


(59)

Dari penelitian C. Dilara Savci-Heijink et al., (2015) diperoleh hasil metastasis dari kanker payudara yaitu organ terbanyak tulang (70,6%), lalu hati (54,5%), dan paru (31,4%).

Metastasis di hati merupakan salah satu metastasis kanker payudara yang terbanyak. Angka bertahan hidup penderita kanker payudara dengan metastasis di hati tidak baik dan waktu untuk bertahan hidup kira-kira 14 bulan (Ge, Qi-Dong et al., 2012).

Dari uraian di atas, kanker payudara dapat mengalami metastasis ke organ lain sehingga lebih mudah mengakibatkan kematian pada penderitanya. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti akan meneliti prevalensi metastasis kanker payudara di hati di RSU. H Adam Malik, Medan tahun 2014. Metastasis di hati akan dilihat dari pemeriksaan radiologi yaitu USG hati.

1.2Rumusan Masalah

Berapakah tingkat prevalensi penderita kanker payudara yang telah mengalami metastasis di hati ?

1.3Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui distribusi frekuensi terjadinya kanker payudara dengan metastasis di hati.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kanker payudara yang bermetastasis di hati berdasarkan usia.

b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kanker payudara yang bermetastasis di hati berdasarkan histopatologi kanker payudara.

c. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kanker payudara yang bermetastasis di hati berdasarkan histologi grade kanker payudara.


(60)

1.4Manfaat

1.4.1 Manfaat penelitian ini dalam bidang kesehatan ialah dapat memberi kajian ilmiah mengenai tingkat kejadian (prevalensi) penderita kanker payudara dengan metastasis di hati.

1.4.2 Manfaat penelitian ini bagi masyarakat ialah agar masyarakat mendapatkan gambaran dengan jelas khususnya pada golongan wanita tentang insidensi kejadian kanker payudara yang bermetastasis di hati berdasarkan data rekam medis di RSU. H Adam Malik, Medan tahun 2014. Dan juga, masyarakat diharapkan dapat lebih peka dalam hal menjaga kesehatan payudara terutama pada kelompok wanita yang beresiko tinggi.


(61)

ABSTRAK

Kanker payudara merupakan kanker yang berasal dari jaringan payudara, yang terdiri dari kelenjar yang disebut lobulus dan saluran yang menghubungkan lobulus ke puting atau disebut duktus. Jaringan lain yang terdapat pada payudara meliputi lemak, jaringan ikat, dan jaringan limfatik. Kanker payudara yang paling sering terjadi berasal dari duktus dan lobulus payudara. Penyebab utama kematian penderita kanker payudara disebabkan karena adanya metastasis jauh ke organ lain yaitu hati. Pemeriksaan seperti USG hati sangat diperlukan untuk melihat adanya metastasis jauh terhadap pasien kanker payudara stadium awal.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi kanker payudara yang mengalami metastasis di hati berdasarkan umur, histopatologi, dan histologi grade kanker payudara.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini menggunakan data rekam medis penderita kanker payudara di RSUP H. Adam Malik, Medan. Metode pengambilan sampel yaitu total sampling. Data yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 68 data rekam medis. Analisis data dilakukan secara univariat untuk melihat distribusi frekuensi dari setiap variabel dengan kejadian metastasis kanker payudara di hati. Variabel yang digunakan yaitu berdasarkan umur, histopatologi, dan histologi grade kanker payudara.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan tingkat kejadian metastasis kanker payudara di hati berjumlah 11 orang (16,2%).

Kesimpulan dari penelitian ini adalah kejadian metastasis kanker payudara di hati lebih tinggi pada kelompok umur tahun, jenis hitopatologi duktus invasif karsinoma, dan histologi grade 2.


(62)

ABSTRACT

Breast cancer is a cancer originating from breast tissue, which consist of glands called lobulus and ducts that connect the lobulus to the nipple. Other tissue that contained in the breast includes fat, connective tissue,and lymphatic tissue. The most breast cancer comes from ducts and lobules of the breast. The main cause of death due to breast cancer is distant metastasis to other organs, namely liver. Liver ultrasound examination is needed to see distant metastasis for patients with early stage of breast cancer.

The purpose of this study is to determine the prevalence of breast cancer with metastasis in liver by age, histopathology, and histological grade of breast cancer.

This research is a descriptive using cross sectional design. The sample in this study using medical records of breast cancer patients at H. Adam Malik hospital, Medan. The methode for collect sample is total sampling. The data used in this study is 68 medical records data. The data were analyzed using univariate to look the frequency distribution of each variable with the incidence of breast cancer metastasis in liver. The variable that used are based on age, histopathology, and histology grade of breast cancer.

Results from this study showed that the incidence of breast cancer metastasis in the liver is 11 people (16,2%).

The conclusion from this study is the incidence of breast cancer metastasis in liver is higher in the age group years, histopathology invasive dust carcinoma, and histological grade 2.


(63)

Oleh :

NANCY MEDIATRICK NADEAK 120100289

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(64)

PREVALENSI KANKER PAYUDARA DENGAN METASTASIS DI HATI DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

TAHUN 2014

KARYA TULIS ILMIAH

“Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran”

Oleh :

NANCY MEDIATRICK NADEAK 120100289

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(65)

(1)

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL .. 22

3.1. Kerangka Konsep ... 22

3.2. Definisi Operasional ... 22

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN ... 24

4.1. Jenis Penelitian ... 24

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 24

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 25

4.3.1. Populasi ... 25

4.3.2. Sampel ... 25

4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 26

4.5. Manajemen Data ... 26

4.6. Analisa Data ... 26

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27

5.1. Hasil Penelitian ... 27

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 27

5.1.2 Deskripsi Data Penelitian ... 27

5.1.2.1. Distribusi Frekuensi Penderita Kanker Payudara Berdasarkan Kelompok Usia, Histopatologi, Grade, dan Metastasis... ... 28

5.1.2.2. Distribusi Frekuensi Penderita Metastasis Kanker Payudara Berdasarkan Kelompok Usia, Histopatologi, dan Grade ... 29

5.1.2.3. Ditribusi Frekuensi Penderita Kanker Payudara Berdasarkan Kelompok Usia dan Metastasis ... 32

5.1.2.4. Distribusi Frekuensi Penderita Kanker Payudara Berdasarkan Histopatologi dan Metastasis... 32

5.1.2.5. Distribusi Frekuensi Penderita Kanker Payudara Berdasarkan Grade dan Metastasis... 34

5.2 Pembahasan... 35

5.2.1. Hasil Analisis... .. 35


(2)

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 38

6.1. Kesimpulan... ... 38

6.2. Saran... . 38

DAFTAR PUSTAKA ... 40 LAMPIRAN


(3)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Klasifikasi Kanker Payudara Berdasarkan TNM ... 15

Tabel 2.2 Klasifikasi Stadium Kanker Payudara dari AJCC ... 16

Tabel 2.3 Histologi Grade Kanker Payudara ... 17

Tabel 2.4 Prognosis Kanker Payudara ... 19

Tabel 4.1 Jadwal Kegiatan Penelitian ... 25

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Penderita Kanker Payudara Berdasarkan Kelompok Usia, Histopatologi, Grade, Metastasis ... 28

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Penderita Metastasis Kanker Payudara Berdasarkan Kelompok Usia, Histopatologi, dan Grade ... 30

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Penderita Kanker Payudara Berdasarkan Kelompok Usia dan Metastasis ... 32

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Penderita Kanker Payudara Berdasarkan Histopatologi dan Metastasis ... 33

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Penderita Kanker Payudara Berdasarkan Grade dan Metastasis ... 34


(4)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Payudara ... 4 2.2. Nodus Limfe pada Payudara ... 5


(5)

DAFTAR ISTILAH

DNA : Deoxyribonucleic Acid

27-OHC : 27-hydroxycholesterol

CYP27A1 : Cytochrome P450, family 27, subfamily A, polypeptide 1

LFS : Li Fraumeni Syndrome

BRCA : Breast Cancer

ERBB2 : v-erb-b2 avian erythroblastic leukimia viral oncogen homolog 2

HER2 : Human Epidermal Growth Factor Receptor 2

RAS : Rat Sarcoma Viral Oncogene Homolog

MYC : V-myc avian myelocytomatosis viral oncogene homolog

RB1 : Retinoblastoma 1

TP53 : tumor Protein p53

DCIS : Ductal Carcinoma In Situ

LCIS : Lobular Carcinoma In Situ

USG : Ultrasonografi

CT : Computed Tomography

MRI : Magnetic Resonance Imaging


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 : Rancangan Lembaran Pencatatan Hasil

Lampiran 3 : Persetujuan Komite Etik Tentang Pelaksanaan Penelitian Lampiran 4 : Surat Ijin Penelitian dari Fakultas Kedokteran USU Lampiran 5 : Surat Ijin Penelitian RSUP H.Adam Malik Medan

Lampiran 6 : Data Induk Rekam Medis Pasien Kanker Payudara Rsup H.Adam Malik Medan 2014

Lampiran 7 : Hasil Analisis Univariat dengan SPSS