BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Payudara Normal
Payudara wanita normal memiliki 15-20 lobus dan masing-masing lobus terdiri dari banyak lobulus. Tiap lobulus memiliki sekumpulan kelenjar kecil yang
dapat menghasilkan air susu. Setelah bayi lahir, air susu akan keluar dari lobulus melalui saluran atau duktus payudara lalu menuju puting. Ruang antara lobulus
dan duktus diisi oleh jaringan fibrous dan lemak National Cancer Institute, 2012.
Gambar 2.1 Payudara Sumber : National Cancer Institute, 2012
2.1.1 Sistem Limfatik Payudara
Pembuluh getah bening pada payudara terbagi atas 3 yaitu pembuluh getah bening aksila, pembuluh getah bening mammaria interna, dan pembuluh getah
bening di daerah tepi kuadran medial bawah payudara. Pembuluh getah bening aksila mengalirkan getah bening dari daerah sekitar areola, payudara kuadran
Universitas Sumatera Utara
lateral bawah dan kuadran lateral atas payudara. Pembuluh getah bening mammaria interna mengalirkan getah bening dari bagian dalam dan medial
payudara. Pembuluh ini berjalan di atas fasia pektoralis lalu menembus fasia tersebut dan masuk ke dalam m.pektoralis mayor. Lalu pembuluh ini berjalan ke
medial bersama-sama dengan sistem perforantes menembus m.interkostalis dan bermuara ke dalam kelenjar getah bening mammaria interna Anwar, et al., 2011.
Sel kanker payudara dapat masuk ke pembuluh limfe dan tumbuh di dalam nodus limfe. Sebagian besar pembuluh limfe payudara berhubungan dengan nodus
limfe di bawah lengan axillary node dan sebagian lainnya berhubungan dengan internal mammary nodes dan supraclavicular atau infraclavicular nodes. Bila sel
kanker telah menyebar ke dalam nodus limfe, kemungkinan besar sel tersebut dapat masuk ke pembuluh darah dan menyebar ke organ lain American Cancer
Society, 2014.
Gambar 2.2 Nodus Limfe pada Payudara Sumber : American Cancer Society, 2014
Universitas Sumatera Utara
2.2
Kanker Payudara 2.2.1 Defenisi Kanker Payudara
Kanker payudara adalah tumor ganas yang berasal dari sel-sel payudara. Sebuah tumor ganas adalah sekelompok sel kanker yang tumbuh dan menginvasi
jaringan disekitarnya atau menyebar metastasis ke organ tubuh yang lainnya American Cancer Society, 2014.
2.2.2 Faktor Risiko Kanker Payudara
a. Jenis Kelamin Wanita lebih berisiko terkena kanker payudara. Kanker payudara juga
dapat terjadi pada laki-laki, tetapi 100 kali lebih sering terjadi pada wanita. Hal ini dapat terjadi kemungkinan disebabkan karena hormon estrogen dan progesteron
yang sedikit pada laki-laki dimana hormon tersebut dapat memicu pertumbuhan kanker payudara American Cancer Society, 2014.
b. Usia Risiko terkena kanker payudara semakin meningkat dengan bertambahnya
usia. Kira-kira 1 dari 8 kanker payudara yang invasif terjadi pada wanita berusia dibawah 45 tahun, sementara 2 dari 3 kanker payudara terjadi pada wanita yang
berusia 55 tahun ke atas American Cancer Society, 2014. c.
Tumor jinak pada payudara Peningkatan risiko terkena kanker payudara dengan riwayat tumor
payudara berhubungan dengan adanya proses proliferasi yang berlebihan. Proses proliferasi yang berlebihan tanpa diimbangi dengan proses apoptosis kematian
sel akan dapat menimbulkan keganasan karena tidak adanya kemampuan untuk mendeteksi adanya kerusakan DNA. Wanita yang pernah menderita atau
menderita kelainan proliferatif memiliki resiko terkena kanker payudara yang lebih tinggi. Wanita yang telah melalui biopsi terdapat kelainan payudara
proliferatif memiliki risiko terkena kanker 1,5 – 2,0 kali untuk hiperplasia, dan 4-
5 kali untuk hiperplasia atipikal Indrati et al., 2005. Risiko terkena kanker
Universitas Sumatera Utara
payudara yaitu 1,6 kali pada wanita yang didiagnosis memiliki tumor jinak payudara pada kategori tumor yang masih rendah Hartmann, L. C. et al., 2005.
d. Riwayat keluarga dengan kanker payudara
Kanker payudara merupakan penyakit kanker yang familial Sindroma Li Fraumeni atau LFS. Penyebab sindrom ini 75 disebabkan oleh adanya mutasi
gen pada gen p53 gen penekan tumor tumor suppressor gene. Akibat mutasi yang terjadi pada gen p53, sel akan terus berproliferasi tanpa batas karena gen
penekan tumor tersebut sudah terganggu Indrati et al., 2005. Penelitian sebelumnya menunjukkan proporsi wanita yang terkena kanker payudara 20-30
dengan riwayat kanker payudara dalam keluarga Ahmed, I. et al., 2015. Penyebab utama kanker berhubungan dengan riwayat keluarga kanker payudara
dan adanya mutasi gen yaitu gen BRCA1 dan BRCA2. Mutasi gen ini berkontribusi 5-10 penyebab kanker payudara Majeed et al., 2014. PALB2
partner and localizer of BRCA2 merupakan protein untuk berinteraksi dengan BRCA2 yang penting dalam mengatur fungsi gen BRCA2. Apabila terjadi
kehilangan fungsi atau mutasi pada PALB2, akan dapat meningkatkan risiko kanker payudara. Dari beberapa penelitian yang dilakukan, didapatkan 0,6
sampai 3,9 mutasi pada PALB2 terjadi pada keluarga yang memiliki riwayat kanker payudara Antoniou, A.C. et al., 2014.
e. Riwayat kanker payudara dan kanker ovarium pada penderita
Wanita yang memiliki riwayat kanker ovarium kemungkinan akan terkena kanker payudara, karena pada wanita yang menderita kanker payudara dapat
dilihat adanya hiperplasia korteks ovarium Indrati et al., 2005. Payudara merupakan organ yang berpasangan dan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
sama. Seorang wanita dengan riwayat kanker payudara unilateral memiliki risiko yang tinggi untuk terkena kanker payudara di sisi kontralateral payudara Lehman
C. D. et al., 2007. f.
Pola konsumsi makanan berlemak Diet lemak yang tinggi akan meningkatkan pembentukan jaringan adiposa
sehingga dapat meningkatkan produksi estrogen Indrati et al., 2005. Kolesterol dimetabolisme oleh enzim di ovarium dan adrenal lalu akan menghasilkan
Universitas Sumatera Utara
hormon testosteron dan estradiol. Metabolisme kolesterol akan menghasilkan jalur perantara yaitu 27-hydroxycholesterol 27-OHC yang dihasilkan oleh makrofag
melalui enzim 27-hydroxylase CYP27A1. 27- OHC akan mengikat reseptor α
estrogen pada sel epitel kelenjar mamae dan dapat memicu kanker payudara. 27- OHC juga dapat mengaktifkan reseptor X di hati sehingga dapat meningkatkan
metastasis dari kanker payudara Warner, M. Gustafsson, 2014. g.
Aktivitas fisik Aktivitas yang cukup akan dapat mengurangi risiko terkena kanker
payudara namun mekanismenya secara jelas belum diketahui. Olahraga berhubungan dengan rendahnya kadar lemak dalam tubuh dan rendahnya hormon
yang dapat memicu kanker payudara, dan dapat meningkatkan kekebalan tubuh. Dengan berolahraga yang cukup atau beraktivitas yang cukup, hormon dalam
sirkulasi akan turun sehingga proses proliferasi akan turun dan dapat mencegah terjadinya kanker payudara. Risiko kanker payudara menurun sebesar 37 pada
wanita yang berolahraga dalam waktu yang lama Indrati et al., 2005. h.
Lama menyusui Menyusui berhubungan dengan siklus hormonal. Kadar estrogen akan
segera meningkat setelah proses melahirkan, sedangkan hormon progesteron akan menurun tajam setelah meningkat selama masa kehamilan. Selama masa
menyusui kadar estrogen dan progesteron dalam darah akan tetap rendah. Penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron ini dapat menurunkan proses
proliferasi pada jaringan payudara Indrati et al., 2005. i.
Periode Menstruasi Wanita dengan usia menstruasi pertama terlalu cepat usia dibawah 12
tahun dan menopause yang terlalu lama di atas 55 tahun memiliki risiko kanker payudara yang tinggi karena memiliki waktu terpapar hormon estrogen dan
progesteron yang lama American Cancer Society, 2014. j.
Terapi Hormon setelah Menopause Hormon estrogen dan progesteron dapat digunakan sebagai terapi
osteoporosis. Dari penelitian sebelumnya, kombinasi hormon sebagai terapi pada wanita pasca menopause dapat meningkatkan risiko kanker payudara. Hormon ini
Universitas Sumatera Utara
juga dapat meningkatkan risiko kematian pada penderita kanker payudara. Penggunaan estrogen tunggal tanpa progesteron tidak menunjukkan hasil yang
jelas dalam meningkatkan risiko kanker payudara American Cancer Society, 2014.
k. Radiasi Pengion
Radiasi pengion ke dada dapat meningkatkan kanker payudara. Besar risiko bergantung pada dosis radiasi, waktu sejak pajanan, dan usia. Hanya
perempuan yang diradiasi sebelum usia 30 tahun, saat perkembangan payudara, yang tampaknya terkena. Sebagai contoh, 20 sampai 30 perempuan yang
diradiasi untuk penyakit Hodgkin saat remaja dan usia 20 tahunan akan terjangkit kanker payudara, tetapi risiko untuk perempuan yang diterapi pada usia setelah itu
tidak meningkat. Dosis radiasi yang rendah pada penapisan mamografi hampir tidak berefek pada insidensi kanker payudara. Setiap kemungkinan efek
dikompensasi oleh manfaat deteksi dini kanker payudara Kumar, Ramzi Stanley, 2007.
2.2.3 Patogenesis Kanker payudara