Universitas Sumatera Utara
K = Keliling tiang m L
i
= Panjang lapisan tanah m
2.9.3 Kapasitas daya dukung tiang dari data bacaan manometer alat Hydraulic Jack
Kapasitas daya dukung tiang pancang dapat diketahui berdasarkan bacaan manometer yang tersedia pada alat pancang Hydraulic Jack. Kapasitas daya dukung
tiang dapat dihitung dengan rumus :
Q = P x A 2.19
dimana : Q = Daya dukung tiang pada saat pemancangan ton
P = Bacaan manometer A = Total luas efektif penampang piston cm
²
.
Setiap mesin Hydraulic Jack mempunyai dua buah piston yang masing – masing berdiameter 20,25 cm dan 25,25 cm dengan kapasitas mesin sebesar 360 ton.
maka, total luas efektif penampang piston = 2 ⅟
4
x π x 20,25
²
+ 2 ⅟
4
x π x 25,25
²
= 1644, 78 cm
²
.
2.10 Tiang Pancang Kelompok Pile Group
Pada keadaan sebenarnya jarang sekali didapatkan tiang pancang yang berdiri sendiri Single Pile, akan tetapi kita sering mendapatkan pondasi tiang pancang
dalam bentuk kelompok Pile Group.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Gambar. 2.29. Pola-pola kelompok tiang pancang khusus Bowles, 1991 a Untuk kaki tunggal, b Untuk dinding pondasi
Untuk mempersatukan tiang-tiang pancang tersebut dalam satu kelompok tiang biasanya di atas tiang tersebut diberi poer footing. Dalam perhitungan poer
dianggapdibuat kaku sempurna, sehingga :
1 Bila beban-beban yang bekerja pada kelompok tiang tersebut menimbulkan
penurunan, maka setelah penurunan bidang poer tetap merupakan bidang datar.
2 Gaya yang bekerja pada tiang berbanding lurus dengan penurunan tiang-
tiang.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara 2.10.1 Jarak antar tiang dalam kelompok
Berdasarkan pada perhitungan, besarnya jarak antar tiang dalam kelompok diisyaratkan :
S ≥ 2,5 D
S ≥ 3,0 D
dimana : S = Jarak masing – masing
D = Diameter tiang
Biasanya jarak antara 2 tiang dalam kelompok diisyaratkan minimum 0,60 m dan maximum 2,00 m. Ketentuan ini berdasarkan pada pertimbangan-pertimbangan
sebagai berikut :
1. Bila S 2,5 D a
Kemungkinan tanah di sekitar kelompok tiang akan naik terlalu berlebihan karena terdesak oleh tiang-tiang yang dipancang terlalu
berdekatan. b
Terangkatnya tiang-tiang di sekitarnya yang telah dipancang lebih dahulu.
2. Bila S 3,0 D Apabila S 3 D maka tidak ekonomis, karena akan memperbesar ukuran
atau dimensi dari poer footing.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Pada perencanaan pondasi tiang pancang biasanya setelah jumlah tiang pancang dan jarak antara tiang-tiang pancang yang diperlukan kita tentukan, maka
kita dapat menentukan luas poer yang diperlukan untuk tiap-tiap kolom portal. Bila ternyata luas poer total yang diperlukan lebih kecil dari pada setengah
luas bangunan, maka kita gunakan pondasi setempat dengan poer di atas kelompok tiang pancang.
Dan bila luas poer total diperlukan lebih besar daripada setengah luas bangunan, maka biasanya kita pilih pondasi penuh raft fondation di atas tiang-tiang pancang.
Gambar. 2.30. Pengaruh tiang akibat pemancangan Sardjono, H.S., 1998
2.10.2 Perhitungan beban aksial yang terjadi pada kelompok tiang pancang yang menerima beban normal sentris dan momen yang bekerja pada
dua arah
Kelompok tiang yang bekerja dua arah x dan y, dipengaruhi oleh beban vertikal dan momen x dan y yang akan mempengaruhi kapasitas daya dukung tiang
pancang.
Gambar. 2.31. Beban sentris dan momen kelompok tiang arah x dan y Sardjono,1991
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Untuk menghitung tekanan aksial pada masing – masing tiang dapat digunakan rumus di bawah ini :
= ±
. .
∑
±
. .
∑
2.22 dimana :
Q
i
= Beban aksial pada tiang ke – i V
= Jumlah beban vertikal yang bekerja pada pusat kelompok tiang x
i
, y
i
= Absis ordinat jarak tiang ke pusat berat kelompok tiang ke tiang nomor - i
M
x
= Momen terhadap sumbu – x M
y
= Momen terhadap sumbu – y ∑x
2
= Jumlah kuadrat jarak absis tiang – tiang ke pusat berat kelompok tiang
∑y
2
= Jumlah kuadrat jarak ordinat tiang – tiang ke pusat berat kelompok tiang
n = Banyaknya tiang pancang dalam kelompok tiang pancang pile
group .
2.11 Beban lateral