Negara Sebagai Penerima Suaka

BAB III TINJAUAN PENERIMA SUAKA DALAM HUKUM INTERNASIONAL DAN

HUKUM POSITIF

A. Negara Sebagai Penerima Suaka

The general debate at the time was as much about diplomatic as about territorial asylum, and about the importance of the International Law Commission awaiting the outcome of the ongoing work of the Commission on Human Rights. Sir Gerald Fitzmaurice, then Chair of the International Law Commission, remarked that while the Commission would naturally accord much weight to any resolution of the General Assembly, other commitments and other topics would probably take precedence, and it was unlikely to take up the question before the Commission on Human Rights completed its own work AC.6SR.610, paras. 37- 39. Perdebatan umum pada saat itu adalah sebagai banyak tentang diplomatik tentang suaka teritorial , dan tentang pentingnya Komisi Hukum Internasional menunggu hasil dari pekerjaan yang sedang berlangsung dari Komisi Hak Asasi Manusia . Sir Gerald Fitzmaurice , maka Ketua Komisi Hukum Internasional , mengatakan bahwa sementara Komisi alami akan sesuai banyak berat badan untuk setiap resolusi Majelis Umum , komitmen lain dan topik lainnya mungkin akan didahulukan , dan itu tidak mungkin untuk mengambil pertanyaan sebelum Komisi Hak Asasi Manusia menyelesaikan pekerjaannya sendiri A C.6 SR.610 , paras . 37-39 . Hak negara dalam memberikan suaka diatur dalam Universal Declaration of Human Rights 1948 dan Declaration on Territorial Asylum adopted by United Nations General Assembly pada 14 Desember 1967, sebagai berikut : Article 14 paragraph 1 of the Universal Declaration of Human Rights, 1948 : ”Everyone has the right to seek and enjoy in other countries asylum from persecution”. Artinya, Setiap orang berhak untuk mencari dan menikmati suaka di negara lain dari penganiayaan Dalam Declaration on Territorial Asylum 1967: “Recognizing that the grant of asylum by a State to persons entitled to invoke article 14 of the Universal Declaration of Human Rights is a peaceful and humanitarian act and that, as such, it cannot be regarded as unfriendly by any other State” Artinya, pemberian suaka oleh Negara untuk orang yang berhak untuk memohon pasal 14 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia adalah tindakan damai dan kemanusiaan dan bahwa, sebagai seperti itu, tidak dapat dianggap sebagai tindakan tidak ramah oleh Negara lainnya” Pada pasal 1 dijelaskan: 1. Asylum granted by a State, in the exercise of its sovereignty, to persons entitled toinvoke article 14 of the Declaration of Human Rights, including persons struggling against colonialism, shall be respected by any other States. 2. The right to seek and to enjoy asylum may not be invoked by any person with respect to whom there are serious reasons for considering that he has committed a crime against humanity, as defined in the international instruments drawn up to make provision in respect of such crimes. 3. It shall rest with the State granting asylum to evaluate the grounds for the grant of asylum. Dijelaskan dalam pasal satu deklarasi suaka teritorial adalah: 1. Asylum diberikan oleh Negara, dalam melaksanakan kedaulatan, kepada orang-orang yang berhak memohon pasal 14 Deklarasi Hak Asasi Manusia, termasuk orang-orang yang berjuang melawan kolonialisme, harus dihormati oleh negara lain . 2. Hak untuk mencari dan menikmati suaka tidak dapat dipanggil oleh setiap orang dengan hormat kepada siapa ada alasan serius untuk mempertimbangkan bahwa ia telah melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan, sebagaimana didefinisikan dalam instrumen internasional yang dibuat untuk membuat ketentuan sehubungan kejahatan tersebut. 3. Diserahkan kepada Negara pemberian suaka untuk mengevaluasi alasan untuk pemberian suaka. Dapat disimpulkan, bahwa negara sebagai penerima suaka memiliki kewenangan penuh untuk memberikan suaka, mengevaluasi alasan pemberian suaka dan sebagainya. Negara yang tidak memberikan suaka dengan alasan yang kuat tidak dapat dipidanakan dan bukan termasuk tindakan pidana. Dengan demikian Negara memiliki kewenangan mutlak sehingga alasan pemberian suaka tidak harus disebut kepada publik.

B. Hak-Hak Penerima Suaka Politik dalam Hukum Positif