9 dinyatakan dalam satuan meter. Kecerahan sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca,
waktu pengukuran, kekeruhan, dan padatan tersuspensi. Pengukuran kecerahan dilakukan pada saat cuaca cerah, melangsungkan proses fotosintesa. Menurut Odum
1993 penetrasi cahaya seringkali dihalangi oleh zat yang terlarut dalam air sehingga membatasi zona fotosintesis. Apabila kecerahan pada suatu perairan
rendah, berarti perairan itu keruh. Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh
bahan-bahan yang terdapat di dalam air Wetzel dan Likens 1991. Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut,
maupun bahan organik dan anorganik yang berupa plankton dan mikroorganisme lain APHA 2005.
Menurut Sumawidjaja 1974 kecerahan air mempengaruhi jumlah dan kualitas sinar matahari dalam perairan. Jumlah dan kualitas sinar matahari ini
mempengaruhi kualitas plankton melalui penyediaan energi untuk melangsungkan proses fotosintesis. Fitoplankton sebagai produsen primer di perairan, memerlukan
cahaya matahari untuk berfotosintesis. Peningkatan kepadatan fitoplankton akan meningkatkan suplai oksigen yang berasal dari fotosintesis, sehingga penetrasi
cahaya matahari ke dalam perairan akan menentukan produktivitas primer suatu perairan Boyd 1982.
2.2.3. pH
Nilai pH merupakan salah satu komponen terpenting dan sering digunakan sebagai penentu dalam pengukuran parameter kimia perairan APHA 2005. Nilai
pH air menunjukkan apakah reaksi basa atau asam relatif terhadap titik netral pH 7,0. Nilai pH perairan secara normal berfluktuasi pada siklus siang hari atau diurnal
secara primer dipengaruhi oleh kadar-kadar CO
2
, kepadatan fitoplankton dan alkalinitas total serta tingkat kesadahan Schmittou 1991.
Nilai pH pada suatu ekosistem sangat penting, karena berhubungan dengan produktivitas biologis. Meskipun toleransi organisme terhadap pH bervariasi, nilai
pH antara 6,5-8,5 biasanya menunjukkan kualitas air yang baik UNEP-GEMS 2006. Nilai pH dalam suatu perairan dapat mempengaruhi jenis dan susunan zat
dalam lingkungan perairan dan mempengaruhi tersedianya unsur hara serta toksisitas dari unsur-unsur renik. Kondisi perairan yang bersifat sangat asam
10 maupun sangat basa akan membahayakan kelangsungan hidup organisme karena
menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi Barus 2002.
2.2.4. Fitoplankton
Plankton adalah mikroorganisme yang ditemui hidup melayang dan hidup bebas di perairan dengan kemampuan pergerakan yang rendah. Organisme ini
merupakan salah satu parameter biologi yang memberikan informasi mengenai kondisi perairan baik kualitas perairan maupun tingkat kesuburannya Schmittou
1991 in Astuti dan Satria 2009. Fitoplankton memiliki klorofil untuk dapat berfotosintesis, menghasilkan senyawa organik seperti karbohidrat dan oksigen.
Fitoplankton sebagai produsen primer di perairan merupakan sumber kehidupan bagi seluruh organisme akuatik lainnya. Di samping sebagai penghasil
oksigen, fitoplankton merupakan makanan bagi konsumer primer yaitu zooplankton. Fitoplankton tergolong sebagai organisme autotrof, yang membangun tubuhnya
dengan mengubah unsur-unsur anorganik menjadi zat organik dengan memanfaatkan energi karbon dari CO
2
dan bantuan sinar matahari melalui proses fotosintesis Basmi 1999.
Dalam suatu perairan fitoplankton berfungsi sebagai pemasok oksigen terbesar melalui proses fotosintesis, sehingga kelimpahannya dapat menggambarkan
seberapa besar kemampuan suatu perairan dalam mensuplai oksigen ke dalam perairan. Selain itu, fitoplankton merupakan bagian dari tumbuhan fotosintetik yang
memiliki klorofil-a yang sangat penting, sebagai katalis dan berperan langsung dalam proses fotosintesis. Klorofil-a dapat digunakan sebagai penduga besarnya
produksi dan produktivitas primer yang dihasilkan oleh populasi fitoplankton. Dengan melakukan pengukuran klorofil-a, akan diketahui produksi primer bersih
dari fitoplankton Basmi 1999.
11
3. METODE PENELITIAN
3. 1. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Danau Lido, Bogor, Jawa Barat. Danau Lido berada pada koordinat 106° 48’ 26” - 106° 48’ 50” BT dan 6° 44’ 30” - 6° 44’ 58”
LS Gambar 3. Danau Lido terletak di Desa Watesjaya, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor. Danau ini adalah danau buatan yang mendapat masukan air dari
beberapa aliran sungai, seperti Cileteuh, Ciketing, Pereng, dan rembesan-rembesan dari areal perkebunan Pondok Gedeh.
Kegiatan penelitian dibagi dalam dua tahap, yaitu kegiatan di lapangan dan kegiatan di laboratorium. Kegiatan pengamatan lapang dan pengambilan contoh
dilakukan pada tanggal 27-29 Mei 2011. Analisis kualitas air dilakukan di Laboratorium Produktivitas Lingkungan, Manajemen Sumberdaya Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Gambar 3. Peta lokasi Danau Lido
3.2. Pelaksanaan Penelitian 3.2.1. Penentuan stasiun
Lokasi pengambilan contoh berada pada outlet yang berdekatan dengan KJA. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kandungan oksigen terlarut yang berada di