2.6.2 Parameter kimia
2.6.2.1 Derajat keasaman pH
pH didefinisikan sebagai log negatif dari konsentrasi ion hydrogen. Batas toleransi organisme perairan terhadap pH bervariasi dan dipengaruhi oleh
banyak faktor antara lain: suhu, oksigen terlarut, alkalinitas, adanya berbagai anion dan kation serta jenis dan stadia organisme, tetapi pH yang ideal adalah
antara 6,5 – 8,5 Pescod, 1973. Perairan yang mempunyai pH rendah, kekayaan spesiesnya rendah pula. Hal ini disebabkan sebagian besar makro avertebrata
sangat sensitive terhadap peningkatan kasaman perairan Harper,1977. Nilai pH merupakan salah satu parameter dalam penentuan kualitas air.
Organisme air masing-masing memiliki toleransi pH perairan. Pada umumnya kematian organisme perairan lebih disebabkan oleh rendahnya nilai pH daripada
total kematian yang disebabkan oleh tingginya nilai pH. Perubahan nilai pH dapat juga dipengaruhi oleh buangan industri dan rumah tangga. Akibat buangan yang
dikeluarkan oleh industri dapat menyebabkan menurunnya nilai pH yang akan berakibat fatal terhadap organisme perairan. Batas toleransi organisme akuatik
terhadap derajat keasaman bervariasi bergantung pada suhu air, oksigen terlarut dan adanya anion dan kation serta organisme Pescod, 1973.
Benerjea 1967, membagi perairan tawar berdasarkan nilai pHnya menjadi tiga golongan yakni: pH 5,5 – 6,5 tergolong tidak subur; pH 6,5 – 7,5
tergolong produktif dan pH 7,5 – 8,5 tidak produktif lagi. Derajat keasaman mmpunyai peran dan pengaruh penting terhadap kemampuan racun toksisitas
dari bahan beracun, tetapi pada pH 5 – 9 pengaruh yang bersifat langsung bahan beracun adalah kecil Hawkes 1972 dalam Ramli, 2000.
2.6.2.2 Oksigen terlarut DO
Menurut Odum 1971 kandungan oksigen terlarut sangat penting bagi makrozoobentos terutama dalam proses respirasi dan dekomposisi bahan organik.
Menurutnya kandungan oksigen akan menyebabkan kematian spesies-spesies yang peka terhadap penurunan oksigen dan diganti oleh spesies yang lebih adaptif
Kandungan oksigen terlarut di perairan dapat dijadikan sebagai petunjuk tentang adanya pencemaran bahan organik. Mason 1991 menyatakan
bahwa banyaknya kandungan bahan organik dan tingginya populasi bakteri dalam sedimen menyebabkan makin meningkatnya kebutuhan oksigen di perairan
tersebut. Kelarutan oksigen dipengaruhi oleh faktor suhu, pada suhu tinggi
kelarutan oksigen rendah dan pada suhu rendah kelarutan oksigen tinggi. Tiap- tiap spesies biota akuatik mempunyai kisaran toleransi yang berbeda-beda
terhadap konsentrasi oksigen terlarut di suatu perairan. Spesies yang mempunyai kisaran toleransi lebar terhadap oksigen maka penyebarannya luas dan spesies
yang mempunyai kisaran toleransi sempit hanya terdapat di tempat-tempat tertentu saja Novianthy,2006.Lee et al., 1978 in Ardi 2002 mengelompokkan
kualitas perairan berdasarkan kandungan oksigen terlarut menjadi 4 kelompok.
Tabel 6. Kriteria tingkat pencemaran berdasarkan kandungan oksigen terlarut
Parameter Kriteria kualitas
air Keterangan
6,5 mgl Tidak tercemar
4,5 – 6,5 mgl Ringan
2,0 – 4,4 mgl Sedang
Oksigen terlarut
2,0 mgl Berat
Sumber : Lee et al., 1978 in Ardi, 2002
2.7 Uji Hayati
Uji hayati merupakan suatu cara untuk menentukan toksisitas zat pencemar, mendeteksi, serta mengevaluasi keadaan pencemaran suatu perairan.
Kegunaan uji hayati erat sekali hubungannya dengan penentuan toksisitas suatu buangan industri dan penentuan efisiensi suatu pengolahan limbah. Toksisitas
suatu buangan sangat dipengaruhi oleh interaksi antara organisme dengan buangan tersebut. Hal ini disebabkan adanya ikatan senyawa kimia yang bersifat
sinergis lebih beracun dan antagonis kurang beracun. Setiap jenis organisme mempunyai daya tahan tertentu terhadap bahan beracunbuangan Salim, 1992.
Salah satu uji hayati yang dapat dilaksanakan adalah uji konsentrasi letal 50 LC
50
. Uji ini untuk mengetahui jumlah kematian 50 dari jumlah hewan uji akibat toksisitas senyawa kimia atau limbah yang diujikan. Kematian tersebut
tergantung kepada kedua faktor, yaitu besar konsentrasi yang diberikan dan lamanya waktu pengujiaan 24, 48, 72 dan 96 jam.
2.8 Organisme Uji
2.8.1 Biologi Daphnia magna
Klasifikasi Daphnia magna adalah sebagai berikut: Phyllum :
Arthropoda Subphyllum :
Mandibulata Class
: Crustacea Subclass :
Branchopoda Ordo
: Cladocera
Familia : Daphnidae
Genus : Daphnia
Species : Daphnia magna