mencapai sekitar 8 – 31 hari yang dipelihara dengan menggunakan kotoran ayam negeri. Selama hidupnya hewan ini mengalami pergantian kulit pada stadia anak
sebanyak 2 – 5 kali, remaja satu kali dan dewasa beberapa kali tergantung jenisnya. Pergantian kulit pada waktu dewasa selalu diikuti oleh pembentukan
sekelompok telur baru dalam ovarium.
2.8.2 Makanan dan kebiasaan makan
Daphnia magna termasuk hewan filter feeder yaitu memfilter air untuk mendapatkan pakannya berupa berbagai macam bakteri, ragi, alga bersel tunggal,
detritus dan bahan organik terlarut. Mekanisme filtrasinya berfungsi sebagai pompa penghisap Ivleva, 1973. Pasang kaki pertama dan kedua berfungsi untuk
menciptakan arus air dan partikel tersuspensi. Sepasang kaki kelima berperan besar dalam penghisapan air, sementara pasangan kaki ketiga dan keempat
berperan sebagai filter sebenarnya. Daphnia magna muda berukuran panjang kurang dari satu millimeter
menyaring partikel kecil ukuran 20 – 30 mikrometer, sedangkan yang dewasa dengan ukuran 2 – 3 mm dapat menangkap partikel sebesar 60 – 140 mikrometer
Ivleva, 1973. Dalam kondisi makanan yang normal penyaringan dan pemasukan makanan ke saluran pencernaan terjadi terus menerus tanpa irama yang pasti.
Penyaringan dan pemakanan makanan partikel tersuspensi merupakan peristiwa mekanik tanpa seleksi aktif untuk makanan yang paling baik Mujiman, 1985.
Departemen pertanian 1984 menyatakan bahwa populasi Daphnia menurun apabila makanan yang tersedia tidak mencukupi. Hal ini disebabkan karena
mortalitas akibat persaingan makanan.
2.8.3 Kualitas air untuk pertumbuhan Daphnia magna
Untuk hidup dan berkembang dengan baik maka diperlukan faktor-faktor yang mendukung agar pertumbuhan Daphnia magna tidak terhambat. Faktor-
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan Daphnia magna antara lain temperatur, pH, cahaya, kandungan bahan organik dan makanan Ansaka, 2002.
Daphnia magna dapat beradaptasi dengan baik pada perubahan lingkungan hidupnya. Daphnia magna tahan terhadap fluktuasi suhu harian
maupun tahunan. Kisaran suhu yang ditolerir Daphnia magna bervariasi dengan umur dan adaptasinya pada lingkungan tertentu. Yulianti 1984 menyatakan
bahwa untuk kultur Daphnia umumnya digunakan suhu antara 24 – 28 C,
sedangkan untuk kultur massal Daphnia suhu optimum yang digunakan berkisar antara 25 – 30
C. Mudjiman 1985 menyatakan bahwa pada lingkungan yang bersuhu
21 – 31 C dan pH antara 6,6 – 7,4 Daphnia magna. sudah menjadi dewasa 4 – 5
hari. Pennack 1989 dan Departemen pertanian 1984 menyatakan bahwa Daphnia magna membutuhkan lingkungan dengan suhu 21
C, oksigen terlarut lebih dari 2 ppm dan pH antara 6,5 – 8,5. Pescod 1973 menyatakan bahwa
kandungan O
2
terlarut minimum 2 ppm sudah cukup mendukung kehidupan organisme perairan secara normal. Siklus hidup Daphnia sangat bervariasi
bergantung spesies dan lingkungannya. Pennack 1989 menyatakan suhu air media yang rendah antara 14 – 17
C akan menghasilkan individu jantan, dimana kondisi tersebut akan mengubah metabolisme Daphnia sehingga dapat
mempengaruhi mekanisme kromosom. Daphnia akan mencapai reproduksi tertinggi pada suhu 21
C.
Umumnya Cladocera dapat hidup pada kisaran pH antara 6,5 – 8,5 Pennack, 1953. Lingkungan yang netral dan relatif basa yaitu pada kisaran nilai
pH 7,1 – 8,0 lebih baik untuk pertumbuhan Daphnia magna.Ivleva, 1973. Selanjutnya Suwignyo 1989 menyatakan bahwa pada lingkungan yang ber-pH
antara 6,6 – 7,4 Daphnia magna telah menjadi dewasa pada umur 4 – 5 hari, sedangkan menurut Yulianti 1984 Daphnia magna mampu hidup pada pH antara
6,3 – 6,7. Parameter lain yang berhubungan erat dengan nilai pH adalah alkalinitas. Unsur-unsur dalam kelompok alkil seperti magnesium merupakan
faktor penting yang menjadi pembatas Limiting factor yang menghambat reproduksi Daphnia magna.
BAB III METODELOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Lingkungan Pusat Laboratorium Terpadu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ciputat. Waktu
penelitian 27 April – 6 Mei 2007.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Daphnia magna yang diambil dari rawa, air tanah yang diendapkan sehari 10 liter, minyak
jelantah,metanol, NaOH, air suling dan susu fermentasi yakult. Bahan baku minyak jelantah yang digunakan dalam penelitian telah rata-rata digunakan 3
tiga kali menggoreng bahan makanan. Minyak yang digunakan adalah minyak goreng merk Bimoli.
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah 1 buah wadah plastik ukuran 20 liter, beker glass 1000 ml 1 buah, 500 ml 10 buah, erlenmeyer, gelas
ukur, lup, corong, termometer, mikropipet, hot plate dengan stirrer, timbangan, oven serta piknometer, water quality chakker.
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Proses pemurnian minyak jelantah dari pengotoran
Minyak jelantah yang telah digunakan untuk menggoreng berulang kali
diambil sebanyak 500 ml dimasukkan ke dalam gelas ukur. Minyak jelantah tersebut dibiarkan mengendap selama 2 – 3 jam. Air dan kotoran pada minyak