2.7 Uji Hayati
Uji hayati merupakan suatu cara untuk menentukan toksisitas zat pencemar, mendeteksi, serta mengevaluasi keadaan pencemaran suatu perairan.
Kegunaan uji hayati erat sekali hubungannya dengan penentuan toksisitas suatu buangan industri dan penentuan efisiensi suatu pengolahan limbah. Toksisitas
suatu buangan sangat dipengaruhi oleh interaksi antara organisme dengan buangan tersebut. Hal ini disebabkan adanya ikatan senyawa kimia yang bersifat
sinergis lebih beracun dan antagonis kurang beracun. Setiap jenis organisme mempunyai daya tahan tertentu terhadap bahan beracunbuangan Salim, 1992.
Salah satu uji hayati yang dapat dilaksanakan adalah uji konsentrasi letal 50 LC
50
. Uji ini untuk mengetahui jumlah kematian 50 dari jumlah hewan uji akibat toksisitas senyawa kimia atau limbah yang diujikan. Kematian tersebut
tergantung kepada kedua faktor, yaitu besar konsentrasi yang diberikan dan lamanya waktu pengujiaan 24, 48, 72 dan 96 jam.
2.8 Organisme Uji
2.8.1 Biologi Daphnia magna
Klasifikasi Daphnia magna adalah sebagai berikut: Phyllum :
Arthropoda Subphyllum :
Mandibulata Class
: Crustacea Subclass :
Branchopoda Ordo
: Cladocera
Familia : Daphnidae
Genus : Daphnia
Species : Daphnia magna
Gambar 1. Morfologi Daphnia magna Suwignyo, 1989 Keterangan:
CE: Mata majemuk; B: Otak; O: Bintik Mata; R: Rostrum; FA; Antena Pertama Antennule; SG: Sel Cangkang; C: Usus buntu; F: Penunjang cangkang; INT:
Saluran Pencernaan; H: Jantung; BC: Kantung Pengeraman; OV: Kandung Telur.
Daphnia dapat ditemukan di kolam, sungai dan danau atau di tempat- tempat dimana kesadahan air sangat bervariasi EFA, 1991. Daphnia magna
memiliki ukuran 1 – 3 mm, tubuh lonjong, pipih, terdapat ruas-ruassegmen meskipun ruas ini tidak terlihat jelas.
Pada bagian kepala terdapat sebuah mata majemuk, occelus dan lima pasang alat tambahan. Alat tambahan pertama disebut antennule, terletak di
bagian ventral, berukuran kecil, tidak bersegmen dan berfungsi sebagai alat penciuman. Alat tambahan kedua disebut antenna yang berfungsi sebagai alat
berenang. Antena ini berukuran besar, berjumlah satu pasang, masing-masing mempunyai sebuah pangkal ruas yang kuat dan bercabang dua menjadi sebuah
ramus dorsal dan ramus ventral. Pada setiap ramus terdapat setae berbulu. Formula setae ini sering dipakai untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasikan
spesies. Umumnya cara berenang Daphnia magna tersendat-sendat intermitenly,
tetapi ada beberapa spesies yang tidak dapat berenang dan bergerak karena telah beradaptasi untuk hidup di lumut dan sampah daun-daun yang berasal dari hutan
tropik Suwignyo, 1989. Bagian tubuh Daphnia magna tertutup oleh cangkang dari kitin yang
transparan. Cangkang di bagian punggung menyatu sedangkan pada pada bagian perut berongga dan menutupi lima pasang kaki. Ruang antara cangkang dengan
tubuh bagian dorsal terdapat kantung yang berfungsi sebagai tempat pengeraman dan perkembangan telur. Pada ujung perut terdapat dua kuku yang berbulu keras
Departemen pertanian, 1984. Daphnia mempunyai warna yang berbeda-beda tergantung habitatnya.
Spesies daerah limnetik biasanya tidak mempunyai warna atau berwarna muda, sedangkan di daerah litoral, kolam dangkal dan dasar perairan berwarna lebih
gelap, bervariasi dari coklat kekuningan, coklat kemerahan, kelabu sampai hitam. Pigmentasi terdapat baik pada bagian karapas maupun jaringan tubuh Casmuji,
2002. Pada keadaan baik Daphnia magna berkembang secara parthenogenesis,
yaitu individu-individu baru yang berasal dari telur-telur yang tidak dibuahi tanpa melalui proses perkawinan antar induk jantan dan betina Mudjiman, 2004.
Telur berkembang dan menetas menjadi embrio kemudian tumbuh menjadi Daphnia Setelah dewasa masih berlangsung di dalam ruang penetasan. Anak
Daphnia magna keluar dari ruang penetasan sudah dalam bentuk Daphnia magna setengah dewasa. Anak Daphnia magna dikeluarkan dari ruang penetasan pada
saat induk mengalami pergantian kulit Ansaka,2002.
Pada saat kondisi kurang baik, seperti adanya perubahan temperatur, kurangnya makanan dan akumulasi limbah, produksi telur secara
partnernogenesis menjadi berkurang bahkan beberapa menetas dan telur berkembang menjadi individu jantan Hickman, 1967. Dengan munculnya
Daphnia jantan, maka populasi mulai bereproduksi secara seksual. Kondisi yang merangsang terbentuknya telur yang menghasilkan individu jantan menurut
Pennack 1953 meliputi: akumulasi limbah akibat tingginya populasi Daphnia, berkurangnya makanan dan suhu media mencapai 14 – 17
C.
Gambar 2. Siklus hidup Daphnia magna. Selama hidupnya Daphnia magna mengalami empat periode yaitu telur,
juvenil, remaja dan dewasa. Segmentasi mulai terjadi sesaat setelah telur dilepas ke brood chamber. Setelah kurang lebih dari dua hari, instar juvenil pertama yang
bentuknya mirip Daphnia dewasa dilepas dari brood chamber. Jumlah instar pada stadia juvenil hanya sedikit, tetapi tingkat pertumbuhan yang tertinggi terjadi pada
stadia ini Pennack, 1953. Siklus hidup Daphnia bervariasi tergantung pada spesies dan
lingkungannya. Harijanto 1974 menyatakan bahwa umur Daphnia magna. dapat
mencapai sekitar 8 – 31 hari yang dipelihara dengan menggunakan kotoran ayam negeri. Selama hidupnya hewan ini mengalami pergantian kulit pada stadia anak
sebanyak 2 – 5 kali, remaja satu kali dan dewasa beberapa kali tergantung jenisnya. Pergantian kulit pada waktu dewasa selalu diikuti oleh pembentukan
sekelompok telur baru dalam ovarium.
2.8.2 Makanan dan kebiasaan makan