Penyerahan BKP Tidak Termasuk Penyerahan BKP PPN Terhutang Dasar Pengenaan PBB :

7. Jasa di bidang kesenian dan hiburan yang telah dikenakan pajak tontonan, termasuk jasa di bidang kesenian yang tidak bersifat komersial seperti pementasan kesenian tradisional yang diselenggarakan cuma-cuma. 8. Jasa di bidang penyiaran yang bukan bersifat iklan, yaitu jasa penyiaran radio atau TV yang dilakukan oleh instansi pemerintah atau swasta yang bukan bersifat iklan dan tidak dibiayai oleh sponsor yang bertujuan komersial. 9. Jasa di bidang angkutan umum di darat, air, danau, dan sungai yang dilakukan pemerintah atau pun swasta. 10. Jasa di bidang tenaga kerja, sepanjang pengusaha penyedia tenaga kerja tidak bertanggung jawab atas hasil kerja dari tenaga kerja yang bersangkutan. 11. Jasa di bidang perhotelan. 12. Jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara umum seperti pemberian IMB, pemberian ijin usaha perdagangan, pemberian NPWP, pembuatan KTP.

E. Penyerahan BKP

1. Penyerahan hak karena suatu perjanjian. 2. Pengalihan karena perjanjian sewa beli dan perjanjian leasing. 3. Penyerahan kepada pedagang perantara atau melalui juru lelang. 4. Pemakaian sendiri dan atau pemberian cuma-cuma. 5. Persediaan dan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan. 6. Penyerahan dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan penyerahan antar cabang. 7. Penyerahan secara konsinyasi. 8. Penyerahan antar divisi atau antar unit dalam perusahaan terpadu yang terletak dalam wilayah KPP yang berbeda.

F. Tidak Termasuk Penyerahan BKP

1. Penyerahan kepada makelar sebagaimana dimaksud dalam KUHD. 2. Penyerahan untuk jaminan utang piutang. 40 3. Penyerahan dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan penyerahan antar cabang, bagi PKP yang memperoleh ijin pemusatan tempat pajak terutang dari Dirjen Pajak.

G. PPN Terhutang

Harga Barang Rp48.000.000 Biaya Pengiriman Rp 2.000.000 Harga Beli DPP Rp50.000.000 PPN Masukan 10xRp50.000.000 Rp 5.000.000 Harga Pokok Rp50.000.000 Margin Laba Rp10.000.000 Biaya Pengiriman Rp 2.000.000 Harga Jual DPP Rp62.000.000 PPN Keluaran 10xRp62.000.000 Rp 6.200.000 PPN yang masih harus disetor Rp 1.200.000 Rp6.200.000-Rp5.000.000

H. Soal Latihan

Daniel adalah seorang pengusaha retail dengan NPWPNPPKP: 02.003.456.4.567.000. Daniel adalah seorang pedagang yang membeli barang dan menjual kembali barang tersebut tanpa mengubah bentuk dan merek dagang. Adapun data transaksi untuk bulan Februari 2010 adalah sebagai berikut: Tanggal Transaksi atau Kegiatan 1 Februari 2010 Daniel memiliki kelebihan PPN dari masa Januari 2010 sebesar 41 Rp10.000.000 yang dapat dikompensasikan pada masa Februari 2010. 3 Februari 2010 Daniel membeli 1.000 dus mie instan dengan harga Rp30.000, 1.000 pack sarden Rp50.000, dan 1.000 pcs sabun cuci Rp12.000 dari PT.Sentosa dan mendapat faktur pajak resmi. 4 Februari 2010 Daniel membeli sepeda motor roda tiga dengan harga Rp13.200.000 termasuk PPN dan mendapat faktur pajak untuk mengurus BBN. 5 Februari 2010 Daniel menjual 500 dus mie instan Rp45.000, 600 pack sarden Rp75.000, dan 700 pcs sabun cuci Rp15.000 kepada Indomart tunai. 7 Februari 2010 Daniel menjual 200 dus mie instan Rp55.000 dan 100 pack sarden Rp80.000 kepada Pak Abi tunai. 9 Februari 2010 Daniel membeli 500 ton beras Rp5000.000 dari DOLOG. 10 Februari 2010 Daniel membeli mobil bekas dari CV.Maju seharga Rp120.000.000 baru dibayar 70 dan sisanya dibayarkan bulan April 2010. 12 Februari 2010 Daniel menjual 300 dus mie instan Rp50.000, 300 pack sarden Rp85.000, dan 300 pcs sabun cuci Rp20.000. 14 Februari 2010 Daniel menjual 400 ton beras Rp5.500.000 kepada Koperasi Suka- Suka. 15 Februari 2010 Daniel membeli 1.500 dus mie instan Rp30.000 dan 1.000 pack sarden Rp45.000 dan mendapat faktur pajak resmi. 18 Februari 2010 Daniel membeli 1.000 pack sabun mandi Rp10.000 tunai namun faktur pajaknya rusak. 19 Februari 2010 Daniel membeli 500kg telur Rp8.000 dari PT.Adem Ayem. 20 Februari 2010 Daniel menjual 800 pack sabun mandi Rp15.000 kepada Alfamart, baru dibayar 75. 22 Februari 2010 Daniel menjual 800 dus mie instan Rp40.000 kepada PT.Rita, baru menerima pembayaran 60. 24 Februari 2010 Daniel membeli 4 set computer seharga Rp18.000.000 tanpa faktur pajak. 42 25 Februari 2010 Daniel menjual 450kg telur Rp12.000 kepada konsumen akhir. 27 Februari 2010 Daniel menjual 600 pack sarden Rp55.000 baru dibayar 75. 28 Februari 2010 Daniel membayar telpon kantor Rp1.650.000 termasuk PPN 28 Februari 2010 Daniel membayar tagihan listrik dan air Rp825.000 termasuk PPN Diminta: a. Buatlah kertas kerja PPN untuk semua transaksi di atas b. Berapa pajak kurang lebih bayar?? c. Pertanyaan teori:  Apa yang dimaksud dengan daerah pabean?  Sebutkan mekanisme PPN murni  Kegiatan transaksi apa saja yang dikenakan tarif PPN 0? BAB V BEA MATERAI Pajak merupakan peralihan kekayaan atau uang dari rakyat kepada pemerintah yang dapat dipaksakan melalui Negara tanpa adanya imbalan langsung yang dapat ditunjuk. Disini letak pentingnya peran pajak sebagai salah satu penerimaan dalam negeri yang mempunyai peranan sangat besar untuk menjadikannya sebagai modal pembagunan nasional. Pengertian pajak menurut Rachmat Soemitro yang dikutip Mardiasmo 2004:1 adalah sebagai berikut : 43 “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat jasa timbal kontraprestasi yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum”. Definisi tersebut kemudian dikoreksinya, menjadi : “Peralihan dari pihak rakyat kepada kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan “surplusnya” digunakan untuk “public saving” yang merupakan sumber utama membiayai “public investment”. Sedangkan menurut pendapat Soeparman Soemahamidjaja yang dikutip oleh Early Suandy 2004:5 mengartikan pajak adalah sebagai berikut : “Pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau barang, yang dipungut oleh peguasa norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum”. Dari definisi tersebut mengandung pengertian sebagai berikut : Bahwa pajak adalah sejenis pungutan yang berfungsi mengatur dan ditekankan pentingnya unsur paksaan, karena dengan mencantumkan unsur paksaan seakan-akan tidak ada kesadaran masyarakat untuk melakukan kewajibannya. Sedangkan prestasi kembali atas iuran yang dilaksanakan wajib pajak tidak diberikan secara langsung dengan perkataan lain prestasi yang diberikan Negara seperti hak menggunakan sarana-sarana umum, hak mendapat perlindungan dan lain-lain. 44 Dari definisi tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur-unsur sebagai berikut : 1. Iuran dari rakyat kepada Negara Yang berhak memungut pajak adalah Negara, iuran tersebut berupa uang bukan barang 2. Berdasarkan undang-undang. Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaannya. 3. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari Negara yang langsung dapat ditunjukan. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan dengan kontraprestasi individu oleh pemerintah. 4. Digunakan untuk menbiayai rumah tangga Negara, yakni pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas. Dengan demikian dapat diketahui bahwa pajak hanya dapat dipungut oleh pemerintah berdasarkan undang-undang yang telah ditetapkan. Selain pengertian pajak secara umum penulis juga akan mengutip beberapa pengertian pajak daerah, antara lain : 1. Pengertian pajak daerah yang dikutip dari buku Selayang Pandang Pendapatan Daerah yang dikeluarkan oleh Sub Dinas Perencanaan Program Seksi Penyuluhan 2004:21 adalah : 45 “Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang dapat dipaksakan dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah”. 2. Menurut undang-undang No. 18 tahun 1997 dan atau undang-undang No. 34 tahun 2000 pasal 1 ayat 6 tentang pajak daerah dan retribusi daerah dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan pajak daerah adalah : “Iuran wajib yang dilakukan oleh pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembagunan daerah”.

2.1.2 Jenis Pajak

Jenis pajak dibagi kedalam beberapa kelompok, antara lain: 1. Menurut Golongannya Dibagi menjadi 2 dua golongan: a Pajak Langsung Yaitu pajak yang bebannya harus ditanggung sendiri oleh wajib pajak yang bersangkutan dan tidak dapat dialihkan kepada pihak lain. Contoh: Pajak Penghasilan. b Pajak Tidak Langsung Yaitu pajak yang bebannya dapat dialihkan atau digeserkan kepada pihak lain sehingga sering disebut,juga sebagai pajak tidak langsung. 46 Contoh: Pajak Pertambahan Nilai. 2. Menurut Sifatnya Dibagi menjadi 2 dua golongan: a Pajak Subjektif Yaitu pajak yang memperhatikan kondisi keadaan wajib pajak. Dalam menentukan pajaknya harus ada alasan-alasan objektif yang berhubungan erat dengan keadaan materialnya. Contoh: Pajak Penghasilan. b Pajak Objektif Yaitu pajak yang ada pada awalnya memperhatikan objek yang menyebabkan timbuInya kewajiban membayar kemudian baru dicari subjeknya baik orang pribadi atau badan. Dengan kata lain, pajak objektif adalah pengenaan pajak yang hanya memperhatikan kondisi objeknya. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah. 3. Menurut Lembaga Pemungutannya Dibagi menjadi 2 dua golongan: a Pajak Pusat Pajak Negara 47 Yaitu pajak yang wewenang pemungutannya ada pada pemerintah pusat yang pelaksanaanya dilakukan oleh Departemen Keuangan melalui Direktorat Jenderal Pajak. Contoh: Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Materai. b Pajak Daerah Yaitu. pajak yang wewenang pemungutannya ada pada Pemerintah Daerah yang pelaksanaanya dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah. Pajak daerah terdiri atas: 1. Pajak Daerah Propinsi Contoh: Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor. 2. Pajak Daerah Kabupaten Kotamadya Contoh: Pajak Hotel dan Restoran Pengganti Pembangunan Pajak1, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, dan Pajak Penerangan Jalan.

2.1.3 Fungsi Pajak

Pajak dilihat dari pemungutannya memiliki dua fungsi, yaitu: 1. Fungsi Budgetair Penerimaan Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran- pengeluarannya. Fungsi ini terletak dan lazim dilakukan pada sektor public dan pajak disini merupakan suatu alat yang dapat dipergunakan. untuk memasukkan uang sebanyak-banyaknya kedalam kas negara daerah sesuai dengan waktunya dalam rangka membiayai seluruh pengeluaran rutin dan pembangunan pemerintah pusat 48 daerah. 2. Fungsi Regulerend mengatur Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang, sosial dan ekonomi. Fungsi ini merupakan fungsi yang dipergunakan oleh pemerintah pusat daerah untuk mencapai tujuan tertentu yang berada diluar sektor keuangan negara daerah, konsep ini paling sering dipergunakan pada sektor swasta. Berdasarkan kedua jenis fungsi pajak diatas tersebut dapat dipahami atau dimengerti bahwa fungsi budgetair pajak dikaitkan dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN umumnya dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD pada khususnya dimaksudkan untuk mengisi kas negara daerah sebanyak-banyaknya dalam rangka membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan pemerintah pusat daerah.

2.1.4 Sifat Pajak

Sifat pajak atau ciri-ciri pajak adalah sebagai berikut : 1. Pajak merupakan peralihan kekayaan dari orang badan ke pemerintah. 2. Pajak dipungut berdasarkan dengan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaannya, sehingga dapat dipaksakan. 3. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontra prestasi langsung secara individual yang diberikan pemenintah. 4. Pajak dipungut oleh negara baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. 5. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengetuaran penierintah, yang bila 49 pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayal public investment. 6. Pajak dapat dipergunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu dari pemerintah. 7. Pajak dapat dipungut secara langsung atau tidak langsung.

2.2 Dasar Hukum, Sistem, dan Tarif Pemungutan Pajak

2.2.1 Dasar Hukum Pemungutan Pajak

Dasar Hukum Pemungutan Pajak Pusat terdiri dari: 1. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 23 ayat 2 Segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan undang-undang. 2. Undang-Undang No. 6 tahun 19874 sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang No. 9 tahun 1994 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. 3. Undang-Undang No. 10 tahun 1994 tentang Pajak Penghasilan. 4. Undang-Undang No. 11 tahun 1994 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah. 5. Undang-Undang No. 11 tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan. 6. Undang-Undang No. 13 tahun 1985 tentang Bea Materai. 7. Undang-Undang No. 20 tahun 1997 tentang.Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan. 8. Peraturan Pemerintah PP No. 65 tahun 2001 tentang “Pajak Reklame” 9. Peraturan Pemerintah PP. 50 10. Keputusan Menteri Keuangan KMK. 11. Surat Edaran Dirjen Pajak SE Dirjen Pajak.

I. PENGERTIAN

1. Dokumen adalah kertas yang berisikan tulisan yang mengandung arti dan maksud tentang : perbuatan,- keadaan kenyataan bagi seseorang dan atau pihak-pihak yang berkepentingan. 2. Benda Meterai adalah meterai tempel dan kertas meterai yang dikeluarkan oleh Pemerintah R.I. 3. Pemeteraian Kemudian adalah suatu cara pelunasan Bea Meterai yang dilakukan oleh Pejabat Pos atas permintaan pemegang dokumen yang Bea Meterainya belum dilunasi sebagaimana mestinya. 4. Tanda Tangan adalah tanda tangan sebagaimana lazimnya dipergunakan, termasuk : parap, teraan cap tanda tangan cap parap, teraan cap nama tanda lainnya sebagai pengganti tanda tangan

II. OBJEK, TARIF, DAN YANG TERUTANG BEA METERAI

1. Objek Bea Meterai yang terutang Bea Meterai Rp.2.000,00 : a. Surat perjanjian dan surat-surat lainnya a.l. Surat Kuasa, Surat Hibah, Surat Pernyataan yang dibuat dengan tujuan untuk digunakan sebagai alat pembuktian mengenai perbuatan, kenyataan keadaan yang bersifat perdata. b. Akta-akta Notaris termasuk salinannya c. Akta-akta yang dibuat PPAT termasuk rangkap-rangkapnya d. Surat yang memuat jumlah uang lebih dari Rp.1.000.000,00 satu juta rupiah atau dalam mata uang selain rupiah dengan jumlah yang sama: 1 Yang menyebutkan penerimaan uang; 2 Yang menyatakan pembukuan uang atau penyimpanan uang dalan rekening di bank; 3 Yang berisi pemberitahuan saldo rekening di bank; 4 Yang berisi pengakuan bahwa utang uang seluruhnyasebagian telah dilunasi diperhitungkan. e. Surat berharga seperti wesel, promes, aksep, yang harga nominalnya lebih dari Rp.1.000.000,00 f. Efek dengan nama dan dalam bentuk apapun, sepanjang harga nominalnya lebih dari Rp.1.000.000,00 g. Dokumen yang akan digunakan sebagai alat pembuktian di muka pengadilan: 1. Surat-surat biasa dan surat-surat kerumahtanggaan 2. Surat-surat yang semula tidak dikenakan Bea Meterai berdasarkan tujuannya, jika digunakan untuk tujuan lain digunakan oleh orang lain, lain dari maksud semula 51 2. Objek Bea Meterai yang terutang Bea Meterai Rp.1.000,00 : a. Surat yang memuat jumlah uang, apabila harga nominalnya lebih dari Rp.250.000,00 tetapi tidak lebih dari Rp.1.000.000,00 b. Surat berharga seperti wesel, promes, aksep yang harga nominalnya lebih dari Rp.250.000,00 tetapi tidak lebih dari Rp.1.000.000,00 c. Efek dengan nama dan dalam bentuk apapun sepanjang harga nominalnya lebih dari Rp.250.000,00 tetapi tidak lebih dari Rp.1.000.000,00 3. Objek Bea Meterai yang tidak terutang Bea Meterai a. Surat yang yang memuat jumlah uang, apabila harga nominalnya tidak lebih dari Rp.250.000,00 b. Surat berharga seperti wesel,promes, aksep yang harga nominalnya tidak lebih dari Rp.250.000,00. c. Efek dengan nama dan dalam bentuk apapun sepanjang harga nominalnya tidal lebih dari Rp.250.000,00. 4. Tarif Bea Meterai atas cek dan bilyet giro Ditetapkan sebesar Rp.1.000,00 tanpa batas pengenaan besarnya harga nominal

III. BUKAN OBJEK TIDAK DIKENAKAN BEA METERAI

1. Dokumen yang berupa : a. Surat Penyimpanan Barang; b. Konosemen; c. Surat angkutan penumpang dan barang; d. Keterangan pemindahan yang dituliskan diatas dokumen sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b dan c; e. Bukti untuk pengiriman dan penerimaan barang; f. Surat Pengiriman barang untuk dijual atas tanggungan pengirim; g. Surat-surat lainnya yang dapat disamakan dengan surat-surat sebagaimana dimaksud dalam hurup a sampai hurup f. 2. Segala bentuk ijasah 3. Tanda terima gaji, uang tunggu, pensiun, uang tunjangan, dan pembayaran lainnya yang ada kaitannya dengan hubungan kerja serta surat-surat yang diserahkan untuk mendapatkan pembayaran itu. 4. Tanda bukti penerimaan uang negara dari kas negara, kas pemerintah daerah dan bank. 5. Kuitansi untuk semua jenis pajak dan untuk penerimaan lainnya yang dapat disamakan dengan itu dari kas negara, kas pemerintah daerah dan bank. 6. Tanda penerimaan uang yang dibuat untuk keperluan intern organisasi. 7. Dokumen yang menyebutkan tabungan, pembayaran uang tabungan kepada penabung oleh bank, koperasi dan badan-badan lainnya yang bergerak di bidang tersebut. 8. Surat gadai yang diberikan oleh perusahaan umum pegadaian. 9. Tanda pembagian keuntungan atau bunga dari efek, dengan nama dan dalam bentuk apapun. 52

IV. SAAT DAN PIHAK YANG TERUTANG BEA METERAI

1. Saat terutang : a. Dokumen yang dibuat oleh satu pihak, pada saat dokumen diserahkan b. Dokumen yang dibuat oleh lebih dari satu pihak, pada saat selesainya dokumen dibuat. c. Dokumen yang dibuat di luar negeri, pada saat digunakan di Indonesia. 2. Pihak yang terutang : Bea Meterai terutang oleh pihak yang menerima atau pihak yang mendapat manfaat dari dokumen, kecuali pihak-pihak yang bersangkutan menentukan lain

V. DENDA ADMINISTRASI DAN KEWAJIBAN PEMENUHAN BEA METERAI

1. Dokumen yang terutang Bea Meterai tetapi Bea Meterainya tidak atau kurang dilunasi sebagaimana mestinya dikenakan denda sebesar 200 dari Bea Meterai yang tidak atau kurang dibayar. 2. Pelunasan Bea Meterai yang terutang berikut dendanya dengan cara pemeteraian kemudian. Bea meterai dikenakan terhadap dokumen yang berbentuk: 1. Surat perjanjian dan surat-surat lain yang dibuat dengan tujuan sebagai pembuktian mengenai perbuatan, kenyataan atau keadaan yang bersifat perdata 2. Akta-akta notaris beserta salinan-salinannya 3. Akta-akta pejabat pembuat akta tanah beserta rangkap-rangkapnya 4. Surat berharga 5. Efek 53 6. Dokumen yang digunakan untuk pembuktian di pengadilan. [3] Tidak dikenakan bea Secara umum dokumen yang tidak dikenakan bea meterai adalah dokumen yang berhubungan dengan transaksi internal perusahaan, berkaitan dengan pembayaran pajak dan dokumen Negara. Dokumen yang tidak termasuk objek Bea Meterai adalah:  Dokumen yang berupa: 1. surat penyimpanan barang; 2. konosemen; 3. surat angkutan penumpang dan barang; 4. keterangan pemindahan yang dituliskan diatas dokumen surat penyimpanan barang, konosemen, dan surat angkutan penumpang dan barang; 5. bukti untuk pengiriman barang untuk dijual atas tanggungan pengirim; 6. surat pengiriman barang untuk dijual atas tanggungan pengirim; 7. surat-surat lainnya yang dapat disamakan dengan surat-surat di atas.  Segala bentuk ijazah  Tanda terima gaji, uang tunggu, pensiun, uang tunjangan dan pembayaran lainnya yang ada kaitannya dengan hubungan kerja serta surat-surat yang diserahkan untuk mendapatkan pembayaran itu.  Tanda bukti penerimaan uang negara dan kas negara, kas pemerintah daerah dan bank.  Kuitansi untuk semua jenis pajak dan untuk penerimaan lainnya yang dapat disamakan dengan itu ke kas negara, kas pemerintah daerah dan bank.  Tanda penerimaan uang yang dibuat untuk keperluan intern organisasi.  Dokumen yang menyebutkan tabungan, pembayaran uang tabungan kepada penabung oleh bank, koperasi, dan badan-badan lainnya yang bergerak di bidang tersebut. 54  Surat gadai yang diberikan oleh Perum Pegadaian.  Tanda pembagian keuntungan atau bunga dan Efek, dengan nama dan bentuk apapun. [ 1. A 1.1. Kesimpulan Bea materai digunakan untuk dokumen-dokumen yang berhubungan dengan penerimaan uang, ataupun untuk surat-surat berharga yang penggunaannya telah diatur oleh menteri keuangan, adapun jenisnya berupa materai tempel dengan nominal Rp. 3.000,00 dan Rp. 6.000,00 maupun materai kertas yang biasanya digunakan untuk surat berharga seperti surat tanda tamat belajar maupun akta tanah Penggunaan bea materai dalam dokumen-dokumen tersebut adalah sebagai alat pengesahan dokumen tersebut. BAB VI PAJAK BUMI BANGUNAN

1. Latar Belakang Beberapa landasan pemikiran yang melatar belakangi lahirnya Undang-

Undang PBB Pajak Bumi dan Bangunan adalah sebagai berikut : 55

1.1 Adanya peraturan pajak atas tanah yang tumpah tindih.

Beberapa peraturan yang dilaksanakan untuk instansi pusat maupun daerah seperti : a. Ordonansi Pajak Rumah Tangga b. Ordonansi Verponding Indonesia 1923 c. Ordonansi Verponding 1928 d. Ordonansi Pajak Kekayaan 1932 e. Ordonansi Pajak Jalan 1942

1.2. Amanat dalam Garis-garis besar Haluan Negara GBHN

Mengisyaratkan bahwa diperlukan adanya pembaruan sistem perpajakan guna meningkatkan kemampuan negara dan masyarakat untuk membiayai pembangunan yang berasal dari sumber-sumber dalam negeri, karena semakin meningkatnya penerimaan yang bersumber dari dalam negeri akan semakin meningkat pula kemandirian dalam pembiayaan pelaksanaan pembangunan.

1.3. Manfaat Bumi dan Bangunan

Bumi dan Bangunan tidak dapat disangkal lagi telah memberikan keuntungan dan atau kedudukan sosial ekonomi yang lebih baik bagi orang atau badan yang mempunyai suatu hak atasnya atau memperoleh manfaat daripadanya, oleh karena itu wajar apabila mereka diwajibkan memberikan sebagian manfaat atau kenikmatan yang diperolehnya kepada negara berupa pembayaran pajak. Dengan adanya beberapa pemikiran diatas, maka wajar apabila peraturan atau ordonansi yang tumpang tindih harus dicabut dan diganti dengan undang-undang Pajak Bumi dan Bangunan. 56 Subyek Pajak dari Pajak Bumi dan Bangunan Subyek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang secara nyata:  mempunyai suatu hak atas bumi, dan atau;  memperoleh manfaat atas bumi, dan atau;  memiliki, menguasai atas bangunan, dan atau;  memperoleh manfaat atas bangunan. Subyek pajak sebagaimana dimaksud diatas yang dikenakan kewajiban membayar pajak menjadi wajib pajak menurut undang-undang Obyek Pajak dari Pajak Bumi dan Bangunan Obyek PBB adalah “Bumi dan atau bangunan”: Bumi: Permukaan bumi tanah dan perairan dan tubuh bumi yang ada dibawahnya, Contoh: sawah, ladang, kebun, tanah pekarangan, tambang, dll. Bangunan: Konstruksi teknik yang ditanamkan atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan atau perairan di wilayah Republik Indonesia, Contoh: rumah tempat tinggal, bangunan tempat usaha, gedung anjungan minyak lepas pantai, dll Obyek Pajak PBB yang dikecualikan Obyek yang dikecualikan adalah : 1. Digunakan semata –mata untuk melayani kepentingan umum dibidang ibadah, sosial, pendidikan dan kebudayaan nasional yang tidak di 57 maksudkan untuk memperoleh keuntungan, seperti; masjid, rumah sakit, sekolah, panti asuhan, candi, dan lain-lain. 2. Digunakan untuk kuburan, 3. Digunakan sebagai tempat penyimpanan peninggalan purbakala. 4. Merupakan hutan lindung, suaka alam, hutan wisata, taman nasional, dan lain-lain. 5. Dimiliki oleh Perwakilan Diplomatik berdasarkan asas timbal balik dan Organisasi Internasional yang ditentuikan oleh Menteri Keuangan. Cara Menghitung dan Menetapkan PBB A. Tarif Pajak Tarif pajak yang dikenakan atas obyek pajak adalah sebesar 0,5 dan jenis tarif ini disebut sebagai Tarif tunggal yang berlaku terhadap obyek pajak jenis apapun di seluruh wilayah Indonesi.

B. Dasar Pengenaan PBB :

 Adalah Nilai Jual Objek Pajak NJOP Adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar, dan bilamana tidak terdapat transaksi jual beli, NJOP ditentukan melalui perbandingan harga dengan obyek lain yang sejenis, atau niali perolehan baru atau nilai objek pajak pengganti.  Besarnya Nilai Jual Objek Pajak ditetapkan oleh Menteri Keuangan setiap 3 tahun sekali, kecuali untuk daerah tertentu ditetapkan setiap tahun dengan perkembangan daerahnya.  Dasar perhitungan pajak adalah Nilai Jual Kena Pajak yang ditetapkan serendah-rendahnya 20 dan setinggi-tingginya 100 dari Nilai Jual Kena Pajak.  Besarnyapersentase Nilai jual Kena Pajak ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah dengan memperhatikan kondisi ekonomi nasional. 58 Penentuan NJOP Di dalam penentuan NJOP PBB oleh dirjen pajak Cq Kp PBB ditentukan 3 metode penilaian atau pendekatan penilaian , antara lain : 1. Pendekatan Data Pasar Market Data Approach 2. Pendekatan Biaya Cos Approach 3. Pendekatan Pendapatan Income Approach Untuk Cara Penilaian menggunakan 2 cara,yakni : 1. Penilaian Massal Mass Appraisal 2. Penilaian Individual Individual Appraisal

C. Dasar Perhitungan PBB