2. Objek Bea Meterai yang terutang Bea Meterai Rp.1.000,00 : a. Surat yang memuat jumlah uang, apabila harga nominalnya lebih dari Rp.250.000,00
tetapi tidak lebih dari Rp.1.000.000,00 b. Surat berharga seperti wesel, promes, aksep yang harga nominalnya lebih dari
Rp.250.000,00 tetapi tidak lebih dari Rp.1.000.000,00 c. Efek dengan nama dan dalam bentuk apapun sepanjang harga nominalnya lebih dari
Rp.250.000,00 tetapi tidak lebih dari Rp.1.000.000,00 3. Objek Bea Meterai yang tidak terutang Bea Meterai
a. Surat yang yang memuat jumlah uang, apabila harga nominalnya tidak lebih dari Rp.250.000,00
b. Surat berharga seperti wesel,promes, aksep yang harga nominalnya tidak lebih dari Rp.250.000,00.
c. Efek dengan nama dan dalam bentuk apapun sepanjang harga nominalnya tidal lebih dari Rp.250.000,00.
4. Tarif Bea Meterai atas cek dan bilyet giro Ditetapkan sebesar Rp.1.000,00 tanpa batas pengenaan besarnya harga nominal
III. BUKAN OBJEK TIDAK DIKENAKAN BEA METERAI
1. Dokumen yang berupa : a. Surat Penyimpanan Barang;
b. Konosemen; c. Surat angkutan penumpang dan barang;
d. Keterangan pemindahan yang dituliskan diatas dokumen sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, b dan c; e. Bukti untuk pengiriman dan penerimaan barang;
f. Surat Pengiriman barang untuk dijual atas tanggungan pengirim; g. Surat-surat lainnya yang dapat disamakan dengan surat-surat sebagaimana dimaksud
dalam hurup a sampai hurup f. 2. Segala bentuk ijasah
3. Tanda terima gaji, uang tunggu, pensiun, uang tunjangan, dan pembayaran lainnya yang ada kaitannya dengan hubungan kerja serta surat-surat yang diserahkan untuk
mendapatkan pembayaran itu. 4. Tanda bukti penerimaan uang negara dari kas negara, kas pemerintah daerah dan bank.
5. Kuitansi untuk semua jenis pajak dan untuk penerimaan lainnya yang dapat disamakan dengan itu dari kas negara, kas pemerintah daerah dan bank.
6. Tanda penerimaan uang yang dibuat untuk keperluan intern organisasi. 7. Dokumen yang menyebutkan tabungan, pembayaran uang tabungan kepada penabung
oleh bank, koperasi dan badan-badan lainnya yang bergerak di bidang tersebut. 8. Surat gadai yang diberikan oleh perusahaan umum pegadaian.
9. Tanda pembagian keuntungan atau bunga dari efek, dengan nama dan dalam bentuk apapun.
52
IV. SAAT DAN PIHAK YANG TERUTANG BEA METERAI
1. Saat terutang : a. Dokumen yang dibuat oleh satu pihak, pada saat dokumen diserahkan
b. Dokumen yang dibuat oleh lebih dari satu pihak, pada saat selesainya dokumen dibuat. c. Dokumen yang dibuat di luar negeri, pada saat digunakan di Indonesia.
2. Pihak yang terutang : Bea Meterai terutang oleh pihak yang menerima atau pihak yang mendapat manfaat dari
dokumen, kecuali pihak-pihak yang bersangkutan menentukan lain
V. DENDA ADMINISTRASI DAN KEWAJIBAN PEMENUHAN BEA METERAI
1. Dokumen yang terutang Bea Meterai tetapi Bea Meterainya tidak atau kurang dilunasi sebagaimana mestinya dikenakan denda sebesar 200 dari Bea Meterai yang
tidak atau kurang dibayar. 2. Pelunasan Bea Meterai yang terutang berikut dendanya dengan cara
pemeteraian kemudian. Bea meterai dikenakan terhadap dokumen yang berbentuk:
1. Surat perjanjian dan surat-surat lain yang dibuat dengan tujuan sebagai pembuktian
mengenai perbuatan, kenyataan atau keadaan yang bersifat perdata
2.
Akta-akta notaris
beserta salinan-salinannya 3.
Akta-akta pejabat pembuat akta tanah beserta rangkap-rangkapnya
4.
Surat berharga 5.
Efek
53
6. Dokumen yang digunakan untuk pembuktian di pengadilan.
[3]
Tidak dikenakan bea Secara umum dokumen yang tidak dikenakan bea meterai adalah dokumen yang berhubungan
dengan transaksi internal perusahaan, berkaitan dengan pembayaran pajak dan dokumen Negara. Dokumen yang tidak termasuk objek Bea Meterai adalah:
Dokumen yang berupa:
1. surat penyimpanan barang;
2. konosemen;
3. surat angkutan penumpang dan barang;
4. keterangan pemindahan yang dituliskan diatas dokumen surat penyimpanan barang,
konosemen, dan surat angkutan penumpang dan barang; 5.
bukti untuk pengiriman barang untuk dijual atas tanggungan pengirim; 6.
surat pengiriman barang untuk dijual atas tanggungan pengirim; 7.
surat-surat lainnya yang dapat disamakan dengan surat-surat di atas.
Segala bentuk ijazah
Tanda terima gaji, uang tunggu, pensiun, uang tunjangan dan pembayaran lainnya yang ada kaitannya dengan hubungan kerja serta surat-surat yang diserahkan untuk mendapatkan
pembayaran itu.
Tanda bukti penerimaan uang negara dan kas negara, kas pemerintah daerah dan bank.
Kuitansi untuk semua jenis pajak dan untuk penerimaan lainnya yang dapat disamakan
dengan itu ke kas negara, kas pemerintah daerah dan bank.
Tanda penerimaan uang yang dibuat untuk keperluan intern organisasi.
Dokumen yang menyebutkan tabungan, pembayaran uang tabungan kepada penabung oleh bank, koperasi, dan badan-badan lainnya yang bergerak di bidang tersebut.
54
Surat gadai yang diberikan oleh Perum Pegadaian.
Tanda pembagian keuntungan atau bunga dan Efek, dengan nama dan bentuk apapun.
[
1. A 1.1. Kesimpulan
Bea materai digunakan untuk dokumen-dokumen yang berhubungan dengan penerimaan uang, ataupun untuk surat-surat berharga yang penggunaannya telah diatur oleh menteri
keuangan, adapun jenisnya berupa materai tempel dengan nominal Rp. 3.000,00 dan Rp. 6.000,00 maupun materai kertas yang biasanya digunakan untuk surat berharga seperti
surat tanda tamat belajar maupun akta tanah Penggunaan bea materai dalam dokumen-dokumen tersebut adalah sebagai alat
pengesahan dokumen tersebut.
BAB VI PAJAK BUMI BANGUNAN
1. Latar Belakang Beberapa landasan pemikiran yang melatar belakangi lahirnya Undang-
Undang PBB Pajak Bumi dan Bangunan adalah sebagai berikut :
55
1.1 Adanya peraturan pajak atas tanah yang tumpah tindih.
Beberapa peraturan yang dilaksanakan untuk instansi pusat maupun daerah seperti :
a. Ordonansi Pajak Rumah Tangga b. Ordonansi Verponding Indonesia 1923
c. Ordonansi Verponding 1928 d. Ordonansi Pajak Kekayaan 1932
e. Ordonansi Pajak Jalan 1942
1.2. Amanat dalam Garis-garis besar Haluan Negara GBHN
Mengisyaratkan bahwa diperlukan adanya pembaruan sistem perpajakan guna meningkatkan kemampuan negara dan masyarakat untuk
membiayai pembangunan yang berasal dari sumber-sumber dalam negeri, karena semakin meningkatnya penerimaan yang bersumber dari
dalam negeri akan semakin meningkat pula kemandirian dalam pembiayaan pelaksanaan pembangunan.
1.3. Manfaat Bumi dan Bangunan
Bumi dan Bangunan tidak dapat disangkal lagi telah memberikan keuntungan dan atau kedudukan sosial ekonomi yang lebih baik bagi
orang atau badan yang mempunyai suatu hak atasnya atau memperoleh manfaat daripadanya, oleh karena itu wajar apabila mereka diwajibkan
memberikan sebagian manfaat atau kenikmatan yang diperolehnya kepada negara berupa pembayaran pajak.
Dengan adanya beberapa pemikiran diatas, maka wajar apabila peraturan atau ordonansi yang tumpang tindih harus dicabut dan diganti dengan
undang-undang Pajak Bumi dan Bangunan.
56
Subyek Pajak dari Pajak Bumi dan Bangunan
Subyek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang secara nyata:
mempunyai suatu hak atas bumi, dan atau;
memperoleh manfaat atas bumi, dan atau;
memiliki, menguasai atas bangunan, dan atau;
memperoleh manfaat atas bangunan.
Subyek pajak sebagaimana dimaksud diatas yang dikenakan kewajiban membayar pajak menjadi wajib pajak menurut undang-undang
Obyek Pajak dari Pajak Bumi dan Bangunan
Obyek PBB adalah “Bumi dan atau bangunan”:
Bumi: Permukaan bumi tanah dan perairan dan tubuh bumi yang ada dibawahnya, Contoh: sawah, ladang, kebun, tanah pekarangan, tambang, dll.
Bangunan: Konstruksi teknik yang ditanamkan atau dilekatkan secara tetap
pada tanah dan atau perairan di wilayah Republik Indonesia, Contoh: rumah tempat tinggal, bangunan tempat usaha, gedung anjungan
minyak lepas pantai, dll
Obyek Pajak PBB yang dikecualikan
Obyek yang dikecualikan adalah : 1. Digunakan semata –mata untuk melayani kepentingan umum dibidang
ibadah, sosial, pendidikan dan kebudayaan nasional yang tidak di
57
maksudkan untuk memperoleh keuntungan, seperti; masjid, rumah sakit, sekolah, panti asuhan, candi, dan lain-lain.
2. Digunakan untuk kuburan, 3. Digunakan sebagai tempat penyimpanan peninggalan purbakala.
4. Merupakan hutan lindung, suaka alam, hutan wisata, taman nasional, dan
lain-lain. 5. Dimiliki oleh Perwakilan Diplomatik berdasarkan asas timbal balik dan
Organisasi Internasional yang ditentuikan oleh Menteri Keuangan.
Cara Menghitung dan Menetapkan PBB A. Tarif Pajak
Tarif pajak yang dikenakan atas obyek pajak adalah sebesar 0,5 dan jenis tarif ini disebut sebagai Tarif tunggal yang berlaku terhadap obyek
pajak jenis apapun di seluruh wilayah Indonesi.
B. Dasar Pengenaan PBB :