Subjek PPh Ketentuan umum dan tata cara perpajakan

SPT berdasarkan Pasal 37A UU KUP di bagian atas tengah SPT Induk dan setiap Lampirannya. 32. Kekurangan pembayaran pajak yang terutang harus dilunasi dengan menggunakan Surat Setoran Pajak sebelum pembetulan SPT. Tahunan PPh tersebut disampaikan ke KPP; harus dilampiri dengan Surat Setoran Pajak Lembar 3 atas pelunasan kekurangan pembayaran pajak yang terutang. 33. Data danatau informasi yang tercantum dalam SPT Tahunan WPOP tersebut pada no.1 tidak dapat digunakan sebagai dasar untuk menerbitkan surat ketetapan pajak atas pajak lainnya. 34. Data danatau informasi yang tercantum dalam Pembetulan SPT. Tahunan PPh. WPOP atau Badan tersebut no.2 tidak dapat digunakan sebagai dasar untuk menerbitkan surat ketetapan pajak atas pajak lainnya. 35. Penghapusan sanksi administrasi berupa bunga tersebut no.1 dan 2 dilakukan tanpa menerbitkan Surat Tagihan Pajak. 36. SPT Tahunan PPh WPOP untuk Tahun Pajak 2007 dan sebelumnya tersebut no.1, yang disampaikan ke KPP setelah tanggal 31 Desember 2007 s.d. 30 Juni 2008 dapat diperlakukan sebagai SPT. Tahunan PPh dalam rangka Pasal 37A KUP. 37. Pembetulan SPT. Tahunan PPh untuk Tahun Pajak 2006 dan sebelumnya tersebut pada no.2, yang disampaikan ke KPP setelah tanggal 31 Desember 2007 s.d. 30 Juni 2008, dapat diperlakukan sebagai Pembetulan SPT. Tahunan PPh dalam rangka Pasal 37A KUP. 38. WPOP yang memperoleh NPWP secara sukarela dalam tahun 2008 dan telah menyampaikan SPT. Tahunan PPh Tahun Pajak 2007 dan sebelumnya setelah tgl 31 Des. 2007 s.d. tgl 30 Juni 2008, dapat menyampaikan Pembetulan SPT. Tahunan PPh Tahun Pajak 2007 dan sebelumnya dalam rangka Pasal 37A KUP satu kali setelah tgl 27 Juni 2008 s.d. 31 Des. 2008. WP yang telah memiliki NPWP sebelum tgl 1 Januari 2008 dan telah menyampaikan SPT. Tahunan PPh atau Pembetulan SPT. Tahun PPh sebelum Tahun Pajak 2007 setelah tgl 31 Des 2007 s.d. 30 Juni 2008 dapat menyampaikan Pembetulan SPT. Tahunan PPh sebelum Tahun Pajak 2007 dalam rangka Pasal 37A KUP satu kali setelah tanggal 27 Juni 2008 sampai dengan tgl 31 Des. 2008. BAB III PAJAK PENGHASILAN

A. Subjek PPh

23 PPh dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam suatu tahun pajak. Dengan kata lain, subjek pajak tersebut dikenakan pajak apabila menerima atau memperoleh penghasilan. 1. Orang pribadi Subjek pajak orang pribadi dibedakan menjadi subjek pajak orang pribadi dalam negeri dan subjek pajak orang pribadi luar negeri. Subjek pajak orang pribadi dalam negeri adalah: a. Orang pribadi yang tinggal di Indonesia. b. Berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan. c. Dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan berniat untuk bertempat tinggal di Indonesia. Subjek pajak orang pribadi luar negeri adalah: a. Yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia. b. Yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia. SPDN SPLN Penghasilan yang dikenai pajak penghasilan Penghasilan dari seluruh dunia. Hanya penghasilan dari Indonesia. Pengenaan Pajak Dari penghasilan neto PKP Dari penghasilan bruto. Tarif Pajak Progresif. Tetap. Kewajiban SPT Wajib menyampaikan SPT. Tidak wajib. 2. Selain Orang Pribadi a. Warisan belum terbagi, dinyatakan sebagai subyek pajak agar penghasilan yang mungkin diterimadiperoleh dari warisan itu tetap dikenai pajak. Bila warisan telah terbagi, maka pertanggungjawaban perpajakannya berada di tangan para ahli waris. b. Badan, dinyatakan sebagai subyek pajak di mana pengertiannya seperti di KUP. 24 c. Bentuk Usaha Tetap BUT, merupakan bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi SPLN maupun badan SPLN untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia. Meski tidak secara jelas termasuk subyek pajak dalam atau luar negeri, kewajiban pajak BUT sama dengan subyek pajak dalam negeri, khususnya subyek pajak badan. 3. Pengecualian Subyek Pajak a. Badan perwakilan negara asing. b. Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik, dan konsulat atau pejabat-pejabat lain dari negara asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka, dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar jabatan dan pekerjaannya tersebut serta negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik. c. Organisasi-organisasi internasional yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan, dengan syarat: 1 Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut. 2 Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia selain pemberian pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal dari iuran anggota. d. Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan dengan syarat bukan WNI dan tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan lain di Indonesia.

B. Kewajiban Wajib Pajak