45
PEMBAHASAN
Kegiatan panen merupakan salah satu kegiatan budidaya kelapa sawit yang paling penting. Cara panen yang tepat sangat mempengaruhi kuantitas
produksi dan waktu yang tepat mempengaruhi kualitas produksi. Dengan demikian, diharapkan kegiatan panen dilakukan dengan tepat dan sesuai dengan
kriteria yang telah ditetapkan sehingga dapat meminimalisasi losses panen. Permasalahan secara umum yang sering dijumpai dalam pengelolaan
kegiatan panen di Perkebunan Bangun Bandar yaitu terjadinya kehilangan produksi losses, mutu buah yang belum sesuai dengan ketetapan perusahaan
serta permasalahan dalam proses pengangkutan TBS ke PKS. Hal ini dapat disebabkan karena sistem panen yang belum diterapkan dengan baik, rotasi panen
yang tidak dijaga, pelaksanaan taksasi produksi yang belum tepat serta kurang efektifnya pengawasan dari Asisten divisi, Mandor I dan mandor panen.
Persiapan Panen
Kegiatan persiapan panen dilakukan pagi hari pada saat antrian pagi. Antrian pagi dilakukan oleh asisten divisi, mandor I produksi dan mandor panen.
Asisten divisi memberi pengarahan kepada mandor I produksi dan mandor panen meliputi kebutuhan tenaga kerja, penetapan seksi potong buah, penetapan ancak
permandoran panen, dan kesiapan peralatan panen yang akan digunakan oleh pemanen. Selain itu, dijelaskan juga mengenai kriteria buah matang yang akan
dipanen. Setelah melaksanakan antrian pagi, masing-masing mandor panen
langsung menuju ke lapangan dan melakukan antrian pagi bersama pemanen. Hal yang disampaikan oleh mandor panen kepada pemanen adalah pembagian ancak
panen, mengecek persiapan alat panen, dan memastikan pemanen telah menggunakan Alat Pelindung Diri APD.
I.1 Peralatan Panen
Peralatan panen merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam pemanenan kelapa sawit. Peralatan yang kurang memadai dapat menyebabkan
46
losses panen. Peralatan panen yang digunakan di divisi II Perkebunan Bangun Bandar yaitu 1. Pisau Egrek, untuk pemotongan TBS tanaman berumur 9
tahun dengan ketinggian pokok 2 meter; 2 Bambu egrek dan Allumunium Pole, sebagai gagang pisau egrek; 3. Tali nilon, untuk pengikat pisau egrek; 4.
Angkong, untuk tempat atau wadah TBS dan brondolan yang akan diangkut ke TPH; 5. Kapak, sebagai alat pemotong tangkai tandan yang panjang; 6. Gancu,
berfungsi sebagai alat penyusunan TBS di TPH; 7. Goni eks pupuk, untuk mengumpulkan brondolan ; 8. Tojok, sebagai alat muat buah ke dalam dump
truck pengangkut buah. Selain peralatan panen yang telah disebutkan diatas, pemanen diwajibkan menggunakan Alat Pelindung Diri APD untuk
meminimalisir kecelakaan kerja pemanenan. APD yang digunakan oleh pemanen adalah 1. Helm, 2. Sarung tangan, 3. Sepatu boot, 4. Kaca mata.
Berdasarkan hasil pengamatan penulis, peralatan panen yang digunakan oleh pemanen banyak yang tidak sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Sebagai
contoh pada saat pelaksanaan panen di tanaman yang sudah tinggi, egrek yang digunakan pemanen tidak dapat mencapai TBS yang akan dipanen. Selain itu
APD yang digunakan oleh pemanen tidak lengkap, hal ini dikarenakan APD tersebut dapat mengganggu aktifitas dan kecepatan pemanen dalam melaksanakan
pemanenan. Alat-alat panen yang digunakan di Perkebunan Bangun Bandar dapat dilihat pada Gambar 9-12.
Gambar 9. Alat egrek Gambar 10. Angkong
47
Gambar 11. Gancu Gambar 12. Pisau egrek
I.2 Rotasi Panen
Rotasi panen atau pusingan panen merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam pemanenan kelapa sawit. Rotasi panen berfungsi untuk
menentukan tempat yang akan dipanen, jumlah produksi TBS, mutu buah, dan pengolahan TBS di PKS. Rotasi panen yang berlaku di divisi II Perkebunan
Bangun Bandar adalah 67. Berdasarkan praktik langsung penulis di lapangan, terjadi ketidaksesuaian rotasi panen yang berlaku. Ketidaksesuaian tersebut
berupa rotasi panen yang cepat 7 hari dan rotasi panen lambat 7 hari. Penulis melakukan pengamatan rotasi panen dengan data yang tersaji dalam
Tabel. Rotasi panen yang lambat disebabkan oleh tingkat kehadiran pemanen
yang rendah, hari libur nasional Hari Raya Idul Fitri dan tidak selesainya ancak panen saat itu sehingga harus dilanjutkan esok harinya. Akibat dari rotasi panen
yang lebih lambat adalah TBS yang dipanen banyak yang sudah tua. Rotasi panen yang lebih cepat disebabkan oleh angka kerapatan panen rendah, dan
untuk mengejar target rotasi panen setelah hari liburan nasional kembali normal. Akibat dari rotasi panen yang cepat adalah banyaknya buah mentah yang dipanen
untuk memperoleh basis panen yang ditetapkan oleh perusahaan.
48
Selain dapat mempengaruhi mutu buah, rotasi panen yang bertambah lambat
≥ 10 hari juga dapat mengakibatkan terjadinya kehilangan produksi losses. Dapat dilihat pada Tabel 10, rotasi panen selama 11 hari yang terjadi di
Blok 35 juga mengakibatkan brondolan yang tertinggal di piringan dan pasar pikul lebih banyak jika dibadingkan dengan rotasi panen selama 9 dan 10 hari
sebesar 162 brondolan dan 98 brondolan.
Tabel 10. Hubungan Rotasi Panen Terhadap Losses dan Mutu Buah
Blok Rotasi
Mutu Buah Losses buah
M LM
BSK BrP
BrL 33
9 95.79
3.16 1.05
151 72
35 11
95.03 3.81
1.16 162
98 28
10 95.28
3.58 1.14
143 65
Sumber : Data Pengamatan Lapangan 2012 Keterangan :
M : Matang
LM : Lewat matang
BrL : Brondolan di pasar pikul
BSK : Busuk : 10 pokok diamati
BrP : Brondolan di piringan
: Sepanjang 1 TPH 3 gawangan
Berdasarkan data di atas, diketahui bahwa rotasi panen yang paling lama terjadi yaitu di Blok 35 selama 11 hari. Rotasi yang lambat ini mempengaruhi
mutu buah yaitu sebesar 3,81 buah lewat matang dan 1,16 buah busuk yang persentasenya lebih besar daripada rotasi panen 9 dan 10 hari. Terjadinya rotasi
panen yang lambat di Perkebunan Bangun Bandar disebabkan beberapa hal, yaitu: 1 Jumlah tenaga kerja kurang persentase kehadiran karyawan rendah; 2
Banyaknya hari libur; 3 Tidak selesainya ancak pemanen. Buah yang dipotong cenderung terlalu matang over ripe dan busukjanjangan kosong empty bunch.
Permasalahan yang pernah terjadi di Perkebunan Bangun Bandar yaitu meningkatnya rotasi pusingan panen terutama di Divisi II. Rotasi panen
mencapai 8 hari sehingga diambil solusi cepat dengan mengambil bantuan yang disebut “gardang” yang berfungsi untuk mengutip brondolan karena sebelumnya
tenaga bantuan ini tidak ada. Tenaga bantuan tersebut umumnya adalah karyawan
49
harian lepas KHL yang ditransfer dari anggota mandoran lain atau dapat menggunakan istri atau saudara pemanen.
I.3 Taksasi Panen