4.2 Pembahasan
4.2.1 Kondisi Bahan Tanaman
Eksplan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan tunas dari tanaman jabon yang berumur ± 3 bulan yang merupakan tanaman dengan jaringan
muda yang sedang aktif tumbuh. Kavitha et al. 2009 melakukan penelitian respon pertumbuhan eksplan jabon terhadap perbedaan jenis eksplan. Eksplan
jabon dari jaringan muda tanaman yang aktif tumbuh akan memberikan respon pertumbuhan yang baik dalam kultur jaringan dibandingkan dengan tunas dorman
ataupun tunas yang sudah berkayu. Waktu bertunas dan banyaknya tunas eksplan jabon akan maksimum apabila yang digunakan adalah jaringan muda yang sedang
aktif tumbuh, sedangkan jaringan tua tidak memberikan respon, bahkan akan mengalami pencoklatan dan mati.
Naghmouchi et al. 2008 menyatakan bahwa eksplan carob Ceratonia siliqua
yang mempunyai karakteristik juvenile akan memberikan respon yang bagus dalam pembentukan tunas dan kecepatan pembentukan akar dalam media
kultur. Penggunaan eksplan muda akan lebih optimal dalam pembentukan tunas dibandingkan dengan penggunaan eksplan yang sudah berlignin. Respon eksplan
akan menurun seiring dengan naiknya umur eksplan. Eksplan yang berasal dari jaringan tanaman yang masih muda memiliki
kandungan fenol yang lebih rendah dibandingkan jaringan tanaman yang sudah tua. Penggunaan tanaman muda dapat mengurangi kemungkinan browning yang
terjadi pada eksplan.
4.2.2 Karantina Tanaman dan Perendaman Antibiotik
Karantina tanaman induk bertujuan untuk mempersiapkan bahan eksplan yang sehat dan bebas dari kontaminan internal. Bahan eksplan yang sehat sangat
penting dalam kultur jaringan tanaman. Eksplan yang sudah terinfeksi patogen kemungkinan besar akan terkontaminasi saat dikulturkan. Karantina dilakukan
dengan pemberian antibiotik, fungisida atau bakterisida secara kontinyu pada tanaman yang akan dikulturkan. Hal ini bertujuan untuk mematikan ataupun
mengurangi mikroba yang ada di dalam jaringan tanaman. Pengontrolan
kontaminasi mikroba sangat sulit dilakukan terutama untuk tanaman berkayu yang berasal dari lapangan Bausher et al. 1998.
Karantina penting dilakukan karena sterilisasi permukaan tidak cukup membunuh mikroba kontaminan. Konsentrasi bahan sterilisasi yang rendah dan
waktu yang singkat pada sterilisasi permukaan, tidak bisa membunuh mikroba kontaminan. Namun, jika konsentrasi dan waktu perendaman eksplan dengan
bahan sterilisasi dinaikkan, mikroba akan terbunuh dan dapat mematikan eksplan. Kegiatan karantina dilakukan sebagai kontrol pertumbuhan cendawan dan bakteri
secara kontinyu. Kegiatan karantina ini juga sebagai penurun tingkat kontaminasi secara internal dan secara tidak langsung mengurangi besarnya konsentrasi bahan
sterilisasi serta lamanya waktu sterilisasi yang akan merusak eksplan. Perendaman eksplan dengan antibiotik dilakukan sebagai bagian dari
sterilisasi internal jaringan eksplan. Eksplan yang telah terpotong masih membutuhkan oksigen untuk melakukan aktivitas selnya. Eksplan tersebut
diberikan oksigen dengan menggunakan aerator dalam air kaya oksigen dalam proses peredamannya. Seperti dalam proses karantina, perendaman antibiotik
dilakukan untuk membunuh ataupun mengeliminir mikroba yang ada di dalam jaringan eksplan.
Kontaminasi eksplan paling rendah pada perlakuan tanpa perendaman. Hal ini disebabkan jaringan eksplan yang sebelumnya dioles alkohol mengalami luka
dan saat perendaman mikroba dari jaringan eksplan yang lain akan sangat mudah masuk jaringan yang luka. Air sebagai sarana metabolisme eksplan juga diduga
dapat memobilisasi mikroba ke jaringan eksplan. Dosis dan waktu perendaman antibiotik yang tidak tepat juga mengakibatkan tujuan perendaman yaitu
menurunkan tingkat kontaminasi belum tercapai.
4.2.3 Tingkat Browning Eksplan