15 mengakibatkan lahirnya organisasi-organisasi yang lain yang tentu memiliki
tujuan dan sasaran yang berbeda. Organisasi-organisasi tanpa manajemen akan menjadi kacau dan bahkan mungkin gulung tikar. Hal ini terbukti dengan jelas
dalam situasi yang tidak normal seperti adanya bencana ketika organisasi sedang tidak teratur maka manajemen sangat dibutuhkan untuk membenahi organisasi
agar menjadi lebih baik.
1
1.6.2. Teori Gerakan Sosial
Gerakan sosial 6
6 Robert Misel. Teori Pergerakan Sosial. Resist Book, Yogyakarta 2005
adalah aktivitas sosial berupa gerakan sejenis tindakan sekelompok yang merupakan kelompok informal yang berbetuk organisasi,
berjumlah besar atau individu yang secara spesifik berfokus pada suatu isu-isu sosial atau politik dengan melaksanakan, menolak, atau mengkampanyekan
sebuah perubahan sosial.
1
Sejumlah ahli sosiologi menekankan pada segi kolektif dan gerakan sosial ini, sedangkan diantara mereka ada pula yang menambahkan
segi kesengajaan, organisasi dan kesinambungan. Definisikan gerakan sosial
sebagai: “any board social alliance of people who are associated in seeking to effect or to block an aspect of social change within a society” artinya, Suatu
aliansi sosial sejumlah besar orang yang berserikat untuk mendorong ataupun menghambat suatu segi perubahan sosial dalam suatu masyarakat.
1
16 Organisasi yang dinamis adalah organisasi yang mampu berkolaborasi
dengan sekitarnya. Ketika sumber daya yang ada dapat berkolaborasi dan berbaur dengan sekitar maka akan tercipta sebuah gerakan yang besar dan terarah. Jika
subjek-subjek yang berada didalam sebuah wadah organisasi mampu meningkatkan kualitas diri dan mampu meningkatkan jejaring komunikasi dan
kerjasama. Konsep Dalam Marxisme tradisional perjuangan kelas ditempatkan pada titik sentral dan faktor esensial dalam menentukan suatu perubahan sosial.
Masyarakat kapitalis dibagi menjadi dua kelas utama, yaitu kelas proletar kelas yang dieksploitasi dan kelas kapitalis kelas yang mengeksploitasi. Oleh karena
itu, dalam perspektif ini, masyarakat terdiri dari dua unsur esensial, yaitu dasar dan superstruktur.
Unsur dasar adalah faktor ekonomi, dianggap sebagai landasan yang secara esensial menentukan dalam perubahan sosial. Sedangkan superstruktur,
adalah faktor pendidikan, budaya, dan ideologi yang berada di tempat kedua, karena faktor tersebut ditentukan oleh kondisi perekonomian. Dengan demikian,
menurut pendekatan ini, perubahan sosial terkaji dikarenakan adanya perjuangan kelas, yaitu kelas yang dieksploitasi buruh berjuang melawan kelas yang
mengeksploitasi kelas kapitalis. Dengan kata lain, aspek esensial perubahan sosial adalah revolusi kelas buruh, dengan determinisme ekonomi sebagai
landasan gerakan sosial.
17 Pendidikan, budaya dan kesadaran merupakan sesuatu permasalahan yang
sangat penting dan perlu diperjuangkan dalam perubahan sosial. Hegemoni merupakan bentuk kekuasaan kelompok dominan yang digunakan untuk
membentuk kesadaran subordinat. Dalam perspektif Gramscian, konsep organisasi gerakan sosial dikategorikan sebagai masyarakat sipil terorganisir. Konsep
tersebut didasarkan pada analisis tentang kepentingan konfliktual dan dealektika atau kesatuan dalam keberbedaan antara Negara State dengan Masyarakat Sipil
Civil Socoety.
Masyarakat sipil terdiri dari berbagai bentuk masyarakat voluntir dan merupakan dunia politik utama, dimana semuanya berada dalam aktivitas ideologi
dan intektual yang dinamis maupun konstruksi hegemoni. Masyarakat sipil merupakan konteks dimana seseorang menjadi sadar dan seseorang pertama kali
ikut serta dalam aksi politik. Dengan demikian, masyarakat sipil adalah suatu agregasi atau percampuran kepentingan, dimana kepentingan sempit
ditransformasikan menjadi pandangan yang lebih universal sebagai ideologi dan dipakai atau diubah. Dalam konteks ini, bagi Gramsci masyarakat sipil adalah
dunia dimana rakyat membuat perubahan dan menciptakan sejarah7
Di sisi lain gerakan sosial, ditandai dengan adanya tujuan jangka panjang, yaitu untuk menghubah ataupun mempertahankan masyarakat atau institusi yang
.
7 Nezar Patria dan Andi Arief. Antonio Gramsci, Negara dan Hegemoni. Pustaka Pelajar 2012.
18 ada didalamnya. Contoh, gerakan mahasiswa di beberapa kota di Indonesia pada
tahun 1965-1966 yang dilancarkan hampir tiap hari bertujuan perimbangan politik dan kebijakan ekonomi pemerintah pemberantasan korupsi, penurunan harga,
perubahan kabinet. Giddens dan Light, Keller dan Calhoun menyebutkan ciri lain gerakan sosial, yaitu penggunaan cara yang berada diluar institusi yang ada.
Berbagai gerakan sosial memang memenuhi kriteria ini. Gerakan mahasiswa Indonesia pada tahun 1966 dan 1998, gerakan mahasiswa Amerika Serikat
menentang perang Vietnam, memang sering berada diluar institusi yang ada. Sebagaimana dapat dilihat kasus di atas, cara yang digunakan memang berada
diluar Institusi, misalnya, pemogokan, pawai, unjuk rasa atau demonstrasi tanpa izin, mogok makan, intimidasi, konfrontasi dengan aparat keamanan.
Perubahan-perubahan besar dalam tatanan sosial di dunia yang muncul dalam dua abad terakhir sebagian besar secara langsung atau tak langsung hasil
dari gerakan-gerakan sosial. Meskipun misalnya gerakan sosial itu tidak mencapai tujuannya, sebagian dari programnya diterima dan digabungkan kedalam tatanan
sosial yang sudah berubah. Inilah fungsi utama atau yang manifest dari gerakan- gerakan sosial. Saat gerakan sosial tumbuh, fungsi-fungsi sekunder atau “laten”
dapat dilihat sebagai berikut:
19 1.
Gerakan Sosial memberikan sumbangsih kedalam pembentukan opini publik dengan memberikan diskusi-diskusi masalah sosial dan politik dan
melalui penggabungan sejumlah gagasan-gagasan gerakan kedalam opini publik yang dominan.
2. Gerakan Sosial memberikan pelatihan para pemimpin yang aka menjadi
bagian dari elit politik dan mungkin meningkatkan posisinya menjadi negarawan penting. Gerakan-gerakan buruh sosialis dan kemerdekaan
nasional menghasilkan banyak pemimpin yang sekarang memimpin negaranya.
Para pemimpin buruh dan gerakan lainnya bahkan sekalipun mereka tidak memegang jabatan pemerintah juga menjadi elit politik di banyak negara.
Kenyataan ini banyak diakui oleh sejumlah kepala pemerintahan yang memberikan penghargaan kepada para pemimpin gerakan sosial dan berkonsultasi
dengan mereka dalam isu-isu politik. Saat dua fungsi ini mencapai titik dimana gerakan sesudah mengubah atau memodifikasi tatanan sosial, menjadi bagian dari
tatanan itu maka siklus hidup gerakan sosial akan berakhir karena melembaga.
Diskusi mengenai konsep gerakan sosial banyak muncul dari berbagai pendekatan paradigmatik. Secara umum banyak yang mengkonotasikan bahwa
gerakan sosial sebagai sebuah dinamika sosial yang berjalan secara khusus. Ada
20 pandangan yang melihat bahwa gerakan sosial ada dalam sebuah proses di mana
sejumlah aktor-aktor yang berbeda, baik secara individual, kelompok-kelompok informal danatau organisasi-organisasi, melakukan elaborasi melalui aktivitas
aksi bersama atau komunikasi, mendefinisikan secara bersama bahwa mereka adalah satu bagian dari sebuah posisi tertentu dalam sebuah konflik sosial.
Dengan begitu mereka memberikan pemaknaan terhadap event-event protes maupun praktek-praktek antagonis simbolis lainnya yang belum berkaitan.
Dinamika ini terefleksi dalam definisi yang melihat gerakan sosial sebagai bagian dari jaringan kerja atau interaksi informal di antara pluralitas individu-individu,
kelompok-kelompok danatau organisasi-organisasi yang terlibat dalam sebuah konflik politik atau kultural dengan berbasiskan pengelompokan berdasarkan
identitas kolektif.
Dilihat dari perspektif Marxis, gerakan sosial 8
8 Jules Townshend. Politik Marxisme. Jendela, Yogyakarta 2003
dianggap sebagai gejala yang positif yang kemunculannya disebabkan oleh karena terjadinya proses
eksploitasi dan dominasi satu kelas terhadap kelas lainnya. Gerakan sosial, dengan demikian, dipahami sebagai reaksi perlawanan kaum proletar terhadap kaum
borjuis, merupakan ekspresi dari struktur kelas yang kontradiktif. Singkatnya, gerakan sosial adalah perjuangan kelas yang lahir karena adanya kesadaran kelas
.1
21 Konsep gerakan sosial banyak muncul dari pendekatan paradigmatik
secara umum yang lebih banyak mengkonotasikan bahwa gerakan sosial sebagai sebuah dinamika sosial yang berjalan secara khusus. Ada pandangan yang melihat
bahwa gerakan sosial ada dalam sebuah proses, ketika sejumlah aktor melakukan elaborasi melalui aktivitas bersama dalam sebuah konflik sosial-politik. Dalam
bukunya, Noer Fauzi mengatakan bahwa gerakan social pada awalnya muncul gerakan sebagai respons terhadap formasi hegemoni di negara-negara Barat pasca-
Perang Dunia II, sebuah formasi dalam krisis saat ini. Format hegemoni tersebut diletakkan pada tempatnya semenjak abad ini. Adanya gerakan sosial sebelum
Perang Dunia II, namun berkembang secara utuh setelah perang sebagai respons terhadap hegemoni formasi sosial baru. Antagonisme sosial baru inilah yang
menjadi lokus dari lahirnya gerakan sosial yang bukan hanya berbasiskan pada keagenan buruh, melainkan agen gerakan sosial yang mengusung tuntutan
berbagai bidang. Denny JA juga menyatakan adanya tiga kondisi lahirnya gerakan sosial
seperti gerakan mahasiswa. Gerakan social juga sama dengan perjuangan kelas. Memiliki asal usul dalam perubahan tenaga produktif dan proses kerja secara
umum dan mengekspresikan kepentingan starata social tertentu dengan berbagai cara dan memiliki dasar dalam hubungan produksi social. Kondisi tenaga
22 produktif dan Pertama, gerakan sosial dilahirkan oleh kondisi yang memberikan
kesempatan bagi gerakan itu. Pemerintahan yang moderat, misalnya memberikan kesempatan yang
lebih besar bagi timbulnya gerakan sosial ketimbang pemerintahan yang sangat otoriter. Kedua, gerakan sosial timbul karena meluasnya ketidakpuasan atas
situasi yang ada. Perubahan dari masyarakat tradisional ke masyarakat modern, misalnya dapat mengakibatkan kesenjangan ekonomi yang makin lebar untuk
sementara antara yang kaya dan yang miskin. Perubahan ini dapat pula menyebabkan krisis identitas dan lunturnya nilai-nilai sosial yang selama ini
diagungkan. Perubahan ini akan menimbulkan gejolak yang dirugikan dan kemudian meluasnya gerakan sosial.Ketiga, gerakan sosial semata-masa masalah
kemampuan kepemimpinan dari tokoh penggerak. Adalah sang tokoh penggerak yang mampu memberikan inspirasi, membuat jaringan, membangun organisasi
yang menyebabkan sekelompok orang termotivasi terlibat dalam gerakan.Gerakan mahasiswa mengaktualisikan potensinya melalui sikap-sikap dan pernyataan yang
bersifat imbauan moral. Mereka mendorong perubahan dengan mengetengahkan isu-isu moral sesuai sifatnya yang bersifat ideal. Ciri khas gerakan mahasiswa ini
adalah mengaktualisasikan nilai-nilai ideal mereka karena ketidakpuasan terhadap lingkungan sekitarnya. Hubungan produksi di masyarakat yang telah terbagi
dalam kelas-kelas memunculkan kondisi laten dimana rakyat menjadi peduli
23 terhadap sebuah isu dan terdapat basis social untuk gerakan. Secara keseluruhan
gerakan social bertujuan mencapai target mereka di dalam masyarakat yang ada. Lebih lanjut Scott menjelaskan tentang perlawanan yang sesungguhnya bersifat:
1
1. Terorganisir, sistematis dan kooperatif 2. Berprinsip atau tanpa pamrih
3. Mempunyai akibat-akibat revolusioner 4. Mengandung gagasan dan tujuan yang meniadakan dasar dari
dominasi itu sendiri Gerakan sosial yang dilakukan mahasiswa pada periode 1998 9
Motif mahasiswa membangun gerakan sosial adalah untuk membangun dan memperlihatkan identitas mereka didalam merealisasikan peran-peran dalam
masyarakatnya. Bahkan mereka membangun organisasi karena yakin akan memainkan
peran sosial mulai dari pemikir, pemimpin dan pelaksana. Sebagai pemikir mahasiswa mencoba menyusun dan menawarkan gagasan tentang arah dan
pengembangan masyarakat. Peran kepemimpinan dilakukan dengan aktivitas dalam mendorong dan menggerakan masyarakat. Sedangkan keterlibatan mereka
dalam aksi sosial, budaya dan politik di sepanjang sejarah merupakan perwujudan dari peran pelaksanaan tersebut. Upaya mahasiswa membangun organiasai
sebagai alat bagi pelaksanaan fungsi intelektual dan peran tidak lepas dari kekhawasannya.
9 Basuki Agus Suparno. Reformasi dan Jatuhnya Soeharto. Jakarta, Kompas 2012
24 kemampuan lembaga masyarakat tersebut sebagai alat perjuangan. Bentuk-bentuk
gerakan mahasiswa mulai dari aktivitas intelektual yang kritis melalui seminar, diskusi dan penelitian merupakan bentuk aktualisasi .Selain kegiatan ilmiah,
gerakan mahasiswa juga menyuarakan sikap moralnya dalam bentuk petisi, pernyataan dan suara protes. Bentuk-bentuk konservatif ini kemudian berkembang
menjadi radikalisme yang dimulai dari aksi demonstrasi di dalam kampus. Secara perlahan karena perkembangan di lapangan dan keberanian mahasiswa maka aksi
protes dilanjutkan dengan turun ke jalan-jalan. Bentuk lain dari aktualisasi peran gerakan mahasiswa ini dilakukan dengan menurunkan massa mahasiwa dalam
jumlah besar dan serentak. Kemudian mahasiswa ini mendorong desakan reformasi politiknya melakukan pendudukan atas bangunan pemerintah dan
menyerukan pemboikotan. Untuk mencapai cita-cita moral politik mahasiwa ini maka muncul berbagai bentuk aksi seperti umumnya terjadi dalam gerakan sosial.
Gerakan sosial senantiasa berubah sesuai dengan perkembangan dan kondisi suatu negara dan dipengaruhi oleh budaya yang berkembang pada masa
itu. Dengan kata lain gerakan sosial mempengaruhi perubahan , budaya, ekonomi, politik sebuah negara. Perhatian terbesar mereka adalah pada kondisi-kondisi di
mana keyakinan-keyakinan ditransformasikan kepada tindakan konkrit. Dari perspektif ini yang dibutuhkan adanya pemimpin yang memiliki pengalaman
politik, serta organisasi yang kuat, dan jika perlu profesional
.1
Mereka juga
25 memberikan tekanan pada kondisi-kondisi yang memfasilitasi pembentukan
organisasi-organsiasi gerakan sosial, sebagaimana juga terciptanya dinamika- dinamika dari berjalannya kerjasamakompetisi co-operationcompetition di
antara mereka.
1
Berbeda dari perspektif-perspektif yang diuraikan di atas, maka pendekatan “gerakan sosial baru” atau yang kerap dikenal dengan “new social
movement” berusaha melihat hubungan antara gerakan-gerakan sosial dengan perubahan struktural dan kultural dalam skala besar. Alain Touraine
mengindentifikasi keterkaitan gerakan sosial dengan adanya konflik dominan yang sudah ada dalam masyarakat. Menurut Touraine, gerakan sosial merupakan
“perilakutindakan kolektif yang terorganisir dari aktor berbasiskan kelas yang berjuang melawan kelas yang menjadi lawan musuh untuk mengambil kontrol
sosial secara historis dalam sebuah komunitas yang konkret”. Historisitas yang dimaksud Touraine adalah keseluruhan sistem pemaknaan system of meaning
yang menciptakan aturan-aturan dominan dalam sebuah masyarakat yang sudah terbentuk.
Touraine melihat gerakan sosial dalam konteks “gerakan sosial baru” new social movement. Gagasan Touraine mengenai gerakan sosial sebagai kombinasi
dari prinsip identitas, prinsip oposisi dan prinsip totalitas, di mana aktor-aktor
26 sosial mengidentifikasikan diri mereka, lawan mereka secara sosial dan pada
tingkatan-tingkatan sebuah konflik. Gerakan sosial baru muncul dalam konteks adanya konflik baru dalam masyarakat post-industri kontemporer. Bagi Touraine
kombinasi tersebut atau pun juga proses “formasi identitas” dapat dideteksi pada setiap aspek dari perilaku sosial, tetapi gerakan sosial harus dibedakan sejauh
isunya mencapai tingkat tertentu yang dapat dirujuk secara historis sebagaimana Dia nyatakan sebelumnya lebih dari sekedar “keputusan-keputusan institusional
atau norma-norma organisasional” yang ada dalam masyarakat.
Melucci menyatakan bahwa gerakan-gerakan sosial tidak dapat disamakan begitu saja dengan konflik-konflik politik yang “kasat mata”, karena dalam
faktanya aksi publik hanyalah salah satu bagian dari pengalaman gerakan-gerakan sosial. Sekalipun tidak terlibat dalam kampanye-kampanye dan mobilisasi,
gerakan sosial mungkin akan tetap aktif berproduksi di wilayah kebudayaan. Sejumlah gerakan yang berorientasi kultural, mungkin bisa melakukan mobilisasi
pada hal-hal tertentu dalam arena politik. Ini misalnya bisa dilihat dalam gerakan sosial yang mengangkat isu keagamaan, atau etnisistas. Aktivitasnya secara luas
dibangun dalam “wilayah gerakan”, yakni “jaringan kerja kelompok-kelompok dan individu-individu yang memiliki kesamaan dalam konfliktual secara kultural
dan identitas kolektif”.
27 Jadi, bisa dibuat kesimpulan umum bahwa dari keempat pendekatan
tersebut setidaknya ada empat aspek yang bisa dirangkum dalam melihat dinamika dari gerakan sosial: pertama, adanya jaringan kerja dan interaksi
informal; kedua, adanya kesamaan keyakinan dan solidaritas; ketiga, aksi kolektif atas issu-issu konfliktual; keempat, aksi yang menunjukkan ruang yang luas di
luar institusionalitas dan prosedur-prosedur rutin dari kehidupan sosial.
1.6.3 Teori Partisipasi Politik