Kebutuhan Riil Kayu Bulat untuk Industri dari Provinsi Jambi

56 Salah satu kabupaten yang perlu mendapatkan perhatian yang serius dari instansi kehutanan adalah Kabupaten Muaro Jambi yang menjadi sentra industri kayu di Provinsi Jambi. Berdasarkan kebijaksanaan pembaharuan izin industri berkapasitas 6 . 000 m 3 tahun yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah Provinsi Jambi sampai tanggal 25 Nopember 2004, khusus untuk Kabupaten Muaro Jambi terdapat penolakan izin industri sebanyak 14 buah dari total 25 buah industri yang mengajukan izin. Kebijakan ini sangat relevan dengan kondisi yang ada di Kabupaten Muaro Jambi yang mengalami kesulitan dalam pemenuhan bahan baku kayu bulat. Dengan banyaknya penolakan izin industri tersebut, hendaknya diiringi dengan pengawasan yang ketat terhadap pelaksanaan keputusan tersebut, sehingga pemenuhan bahan baku kayu bulat dapat dipenuhi melalui peredaran yang resmi.

6.3.4 Kebutuhan Riil Kayu Bulat untuk Industri dari Provinsi Jambi

Kebutuhan kayu bulat riil Provinsi Jambi tahun 2004 dapat diketahui dengan menghitung kayu bulat yang dibutuhkan untuk memproduksi kayu olahan berdasarkan rendemen kayu olahan yang beredar. Hasil pengolahan basis data diketahui bahwa peredaran kayu olahan Provinsi Jambi sebesar 2 . 068 . 772 m 3 , sehingga kayu bulat yang dibutuhkan sebesar 4 . 597 . 271 m 3 rendemen kayu olahan sebesar 45, dihitung secara proporsional dari jenis kayu olahan yang beredar. Kebutuhan kayu bulat tersebut hanya dapat dipenuhi sebesar 2 . 351 . 363 m 3 51.1, sedangkan sisanya sebesar 2 . 245 . 908 m 3 48.9 dipenuhi dari luar Provinsi Jambi. Volume peredaran kayu olahan, demand, supply, dan neraca kayu bulat Provinsi Jambi tahun 2004 disajikan pada Tabel 17. 57 Tabel 17 Volume peredaran kayu olahan, demand, supply, dan neraca kayu bulat Provinsi Jambi tahun 2004 No KabupatenKota Volume Per Kelompok Jenis Demand Supply Neraca Meranti Campuran Total Kayu Bulat Kayu Bulat 1 Kayu Bulat 1 2 3 4 5 6 7 8 1 Kerinci 0 0 0 2 Merangin 2 159 12 910 15 069 33 487 5 726 -27 761 3 Sarolangun 2 179 12 386 14 565 32 367 26 906 -5 461 4 Batanghari 8 747 9 878 18 625 41 389 11 011 -30 378 5 Muaro Jambi 446 141 644 184 1 090 325 2 422 944 181 860 - 2 241 084 6 Tanjung Jabung Timur 0 719 719 1 600 1 570 -30 7 Tanjung Jabung Barat 637 44 956 45 593 101 318 2 006 494 1 905 176 8 Tebo 7 489 239 592 247 081 549 069 35 661 -513 408 9 Bungo 14 451 10 796 25 247 56 104 50 416 -5 688 10 Kota Jambi 50 210 561 338 611 548 1 358 996 42 025 -1 354 971 Jumlah 532 013 1 536 759 2 068 772 4 597 271 2 351 363 -2 245 908 Sumber : Hasil pengolahan basis data hasil hutan Provinsi Jambi 2005. Keterangan : 1 Berdasarkan rendemen yang dihitung secara proporsional dari kayu olahan yang beredar yaitu sebesar 45. 6 = 5 x 1Rendemen 8 = 7 – 6, jika negatif -, maka terjadi kekurangan. Berdasarkan tabel di atas, Kabupaten Muaro Jambi sebagai kabupaten dengan volume peredaran kayu olahan yang terbesar dengan jumlah volume sebesar 1 . 090 . 325 m 3 , sehingga kebutuhan riil kayu bulat sebesar 2 . 422 . 944 m 3 . Dengan supply bahan baku kayu bulat dari Provinsi Jambi ke Kabupaten Muaro Jambi sebesar 181 . 860 m 3 7.5, maka terjadi kekurangan pemenuhan kayu bulat oleh Provinsi Jambi ke Kabupaten Muaro Jambi sebesar 2 . 241 . 084 m 3 92.5. Pemenuhan kayu bulat sebesar 92.5 berasal dari luar Provinsi Jambi. Hal ini akan menjadi permasalahan bagi industri pengolahan kayu di Provinsi Jambi dalam hal pemenuhan bahan baku kayu bulat. Permasalahan dalam pemenuhan bahan baku kayu bulat yang berasal dari luar Provinsi Jambi tentunya memerlukan biaya transportasi pengangkutan yang lebih mahal dan waktu yang relatif lama. Kekurangan pemenuhan bahan baku kayu bulat oleh Provinsi Jambi juga terjadi di kabupatenkota yang lain, kecuali Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Kabupaten Tanjung Jabung Barat mempunyai kelebihan supply bahan baku kayu bulat sebesar 1 . 905 . 176 m 3 . Hal ini juga perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah daerah instansi kehutanan, dimana Kabupaten Tanjung Jabung Barat 58 terdapat 11 industri dengan total kapasitas 498 . 000 m 3 dan dengan produksi kayu olahan sebesar 45 . 593 m 3 , maka kebutuhan riil kayu bulat hanya sebesar 101 . 318 m 3 , sehingga kelebihan supply yang sangat besar Tabel 17. Grafik volume peredaran kayu olahan, demand kayu bulat, dan supply riil kayu bulat Provinsi Jambi tahun 2004 disajikan pada Gambar 17. 500000 1000000 1500000 2000000 2500000 3000000 Kerinci M erangin Sarolangun Batanghari M uaro Jambi Tanjung Jabung Timur Tanjung Jabung Barat Tebo Bungo Kota Jambi KabupatenKota Vo lu m e m 3 Volume KO Demand KB Supply KB Gambar 17 Volume peredaran kayu olahan, demand kayu bulat, dan supply riil kayu bulat Provinsi Jambi tahun 2004. Dengan kondisi ini, hendaknya Pemerintah Daerah Provinsi Jambi agar lebih selektif dalam memberikan izin industri, khususnya kabupatenkota yang mempunyai kapasitas industri yang besar tetapi kemampuan dalam memenuhi bahan baku kayu bulat relatif kecil, seperti : Kabupaten Muaro Jambi, Kota Jambi, dan Kabupaten Tebo, sehingga kesulitan pemenuhan bahan baku kayu bulat dapat dihindari. Kebijakan pembaharuan izin industri sebagai salah satu kebijakan yang cukup relevan dalam menunjang tujuan pengaturan dan pembinaan industri, sehingga hanya industri yang produktif, efisien, dan kompetitif yang dapat diberikan izin dan tetap beroperasi. 59

6.4 Jalur Transportasi Peredaran Kayu Bulat