Kebutuhan Kayu Bulat untuk Industri dari Provinsi Jambi

53 Kabupaten Kerinci mempunyai jumlah penduduk sebanyak 309 . 333 jiwa dan kepadatan penduduk sebanyak 74 jiwakm 2 , merupakan jumlah penduduk dan kepadatan penduduk yang terbesar kedua setelah Kota Jambi, tetapi karena kondisi kawasan hutan dan tidak ada IPHHK yang di Kabupaten Kerinci, maka tidak terdapat hubungan antara keberadaan penduduk yang cukup besar dengan aktivitas kehutanan khususnya industri kayu.

6.3.3 Kebutuhan Kayu Bulat untuk Industri dari Provinsi Jambi

Berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan bahan baku kayu bulat, Provinsi Jambi dengan jumlah industri aktif berkapasitas 6 . 000 m 3 tahun dan 6 . 000 m 3 tahun sebesar 100 buah dengan total kapasitas sebesar 3 . 114 . 032 m 3 memerlukan kebutuhan kayu bulat sebesar 6 . 120 . 588 m 3 tahun. Perhitungan tersebut dengan pendekatan rendemen untuk industri pengolahan kayu sebesar 62.5 untuk IPHHK berkapasitas 6 . 000 m 3 tahun dan 50 untuk IPHHK berkapasitas 6 . 000 m 3 tahun SK Dirjen BPK Nomor S.948VI-BPPHH2004. Tabel demand, supply, dan neraca kayu bulat untuk industri tahun 2004 berdasarkan kapasitas izin tiap kabupatenkota disajikan pada Lampiran 26. Grafik demand, supply, dan neraca kayu bulat untuk industri tahun 2004 berdasarkan kapasitas izin per kabupatenkota disajikan pada Gambar 16. 500000 1000000 1500000 2000000 2500000 3000000 3500000 Kerinci Merangin Sarolangun Batanghari Muaro Jambi T anjung Jabung T imur T anjung Jabung Barat T ebo Bungo Kota Jambi KabupatenKota Vo lu m e K B m 3 Demand KB Supply KB Neraca KB Gambar 16 Demand, supply, dan neraca kayu bulat untuk industri berdasarkan kapasitas izin per kabupatenkota tahun 2004. 54 Kabupaten Muaro Jambi pada tahun 2004 mendapatkan supply bahan baku kayu bulat untuk industri dari dalam Provinsi Jambi sebesar 181 . 860 m 3 , sedangkan demand bahan baku kayu bulat sebesar 3 . 016 . 644 m 3 untuk 23 industri, sehingga terjadi kekurangan kebutuhan kayu bulat sebesar 2 . 834 . 784 m 3 94.0. Data ini menggambarkan bahwa dengan kegiatan produksi secara maksimal, maka Kabupaten Muaro Jambi hanya mampu memenuhi kebutuhan kayu bulat sebesar 6.0, sedangkan kebutuhan kayu bulat sebesar 94.0 harus dipenuhi dari luar Provinsi Jambi. Fakta ini dapat mengindikasikan adanya industri yang tidak dapat beroperasi, karena tidak dapat memenuhi kebutuhan kayu bulat. Kabupaten Bungo dengan kebutuhan bahan baku kayu bulat terkecil mendapatkan supply bahan baku kayu bulat dari dalam Provinsi Jambi sebesar 50 . 416 m 3 , sedangkan demand kayu bulat sebesar 52 . 800 m 3 untuk 9 industri, sehingga terjadi kekurangan kayu bulat sebesar 2 . 384 m 3 4.5. Data ini menggambarkan bahwa kemampuan Kabupaten Bungo dalam memenuhi kebutuhan kayu bulat untuk industri dengan kapasitas izin maksimal masih cukup baik, dimana kebutuhan kayu bulat terpenuhi sebesar 95.5. Jumlah kebutuhan kayu bulat yang cukup besar tersebut ternyata tidak diimbangi dengan jumlah kayu bulat yang beredar. Berdasarkan hasil pengolahan basis data hasil hutan Provinsi Jambi tahun 2004, jumlah peredaran kayu bulat yang menuju Provinsi Jambi sebesar 2 . 351 . 363 m 3 . Jumlah ini hanya dapat mencukupi kebutuhan kayu bulat sebesar 38.4 dari total kebutuhan kayu bulat tahun 2004 sebesar 6 . 120 . 588 m 3 dan terdapat kekurangan sebesar 3 . 769 . 225 m 3 61.6. Fakta ini menjelaskan bahwa industri yang beroperasi tidak sepenuhnya dapat dipenuhi kebutuhan bahan bakunya dari Provinsi Jambi sendiri, sehingga kebutuhan sebesar 61.6 harus dipenuhi dari luar Provinsi Jambi. Pemenuhan dari luar Jambi sebesar ini tentunya tidak mudah bagi masing-masing industri, sehingga kebijakan Pemerintah Daerah Provinsi Jambi dalam memberikan izin industri harus lebih memperhatikan pemenuhan bahan baku melalui persyaratan Rencana Pemenuhan Bahan Baku Industri RPBBI. Dengan demikian, tujuan pengaturan dan pembinaan industri primer hasil hutan dapat tercapai, yaitu : mewujudkan industri yang produktif, efisien, dan kompetitif; mencegah timbulnya 55 kerusakan sumberdaya hutan dan lingkungan; serta mengamankan bahan baku dalam rangka Pengelolaan Hutan Lestari PHL PP Nomor 34 tahun 2002. Kabupaten Tanjung Jabung Barat menjadi satu-satunya kabupaten yang tidak terjadi kekurangan kayu bulat. Kabupaten Tanjung Jabung Barat memerlukan bahan baku kayu bulat sebesar 983 . 280 m 3 , sedangkan dipenuhi dengan supply kayu bulat sebesar 2 . 006 . 480 m 3 , sehingga terjadi kelebihan kayu bulat sebesar 1 . 023 . 200 m 3 . Adanya kelebihan kebutuhan kayu bulat tersebut, maka hasil pembaharuan izin industri di Kabupaten Tanjung Jabung Barat tidak ada industri yang ditolak pembaharuannya, dari 7 industri semuanya mendapatkan pembaharuan izin Tabel 21. Adanya industri yang tidak beroperasi disikapi pemerintah dengan mengeluarkan kebijakan pembaharuan izin, dengan mengeluarkan Surat Keputusan Gubernur Jambi tentang pembaharuan izin industri. Sampai tanggal 25 Nopember 2004 dari total 147 industri berkapasitas 6 . 000 m 3 tahun telah disetujui pembaharuan izinnya sebanyak 74 industri, sedangkan berkapasitas 6 . 000 m 3 tahun menjadi kewenangan Menteri Kehutanan sampai tahun 2005 masih dalam proses penilaian oleh Ditjen Bina Produksi Kehutanan. Daftar jumlah industri yang mendapatkn pembaharuan dan penolakan izin disajikan pada Tabel 16. Tabel 16 Jumlah IPHHK berkapasitas 6 . 000 m 3 tahun di Provinsi Jambi yang mendapat pembaharuan dan penolakan izin tahun 2004 Izin Diterima Izin Ditolak Total No Kabupaten Kota Jumlah Kapasitas m 3 tahun Jumlah Kapasitas m 3 tahun Jumlah Kapasitas m 3 tahun 1 Kerinci 2 Merangin 3 15 . 000 6 28 . 000 9 43 . 000 3 Sarolangun 10 38 . 700 1 4 . 500 11 43 . 200 4 Batanghari 14 40 . 600 3 14 . 200 17 54 . 800 5 Muaro Jambi 11 36 . 340 14 27 . 150 25 63 . 490 6 Tanjung Jabung Timur 1 5 . 000 0 1 5 . 000 7 Tanjung Jabung Barat 7 31 . 800 0 7 31 . 800 8 Tebo 12 55 . 650 39 131 . 850 51 187 . 500 9 Bungo 9 33 . 000 10 24 . 800 19 57 . 800 10 Kota Jambi 7 12 . 600 0 7 12 . 600 Jumlah 74 268 . 690 73 230 . 500 147 499 . 190 Sumber : Dinas Kehutanan Provinsi Jambi 2005. 56 Salah satu kabupaten yang perlu mendapatkan perhatian yang serius dari instansi kehutanan adalah Kabupaten Muaro Jambi yang menjadi sentra industri kayu di Provinsi Jambi. Berdasarkan kebijaksanaan pembaharuan izin industri berkapasitas 6 . 000 m 3 tahun yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah Provinsi Jambi sampai tanggal 25 Nopember 2004, khusus untuk Kabupaten Muaro Jambi terdapat penolakan izin industri sebanyak 14 buah dari total 25 buah industri yang mengajukan izin. Kebijakan ini sangat relevan dengan kondisi yang ada di Kabupaten Muaro Jambi yang mengalami kesulitan dalam pemenuhan bahan baku kayu bulat. Dengan banyaknya penolakan izin industri tersebut, hendaknya diiringi dengan pengawasan yang ketat terhadap pelaksanaan keputusan tersebut, sehingga pemenuhan bahan baku kayu bulat dapat dipenuhi melalui peredaran yang resmi.

6.3.4 Kebutuhan Riil Kayu Bulat untuk Industri dari Provinsi Jambi