Analisis Data A Analisis Peredaran Kayu Bulat

3 Peta Sungai Batanghari Pembuatan Peta Sungai Batanghari dengan langkah-langkah : a. Penyiapan Peta Sungai. b. Melakukan query dengan SIG terhadap Sungai Batanghari. c. Menampilkan Sungai Batanghari sebagai peta sendiri. d. Peta Sungai Batanghari telah terbentuk. 4 Peta Volume Asal dan Tujuan Peredaran Kayu Bulat Pembuatan peta tersebut dengan langkah-kangkah sebagai beikut : a. Penyiapan Peta Administrasi. b. Input data volume asal dan tujuan peredaran kayu bulat dalam atribut Peta Administrasi. c. Penentuan kelas kriteria volume asal dan tujuan peredaran kayu bulat dengan pengklasifikasian 5 lima kelas volume dengan pendekatan SIG classify of natural breaks type, yaitu : - Kelas volume asal peredaran, terdiri dari : 0-11 . 194 m 3 , 11 . 195- 81 . 105 m 3 , 81 . 106-179 . 801 m 3 , 179 . 802-599 . 795 m 3 , dan 599 . 796- 1 . 224 . 996 m 3 . - Kelas volume tujuan peredaran, terdiri dari : 0-5 . 726 m 3 , 5 . 727- 16 . 600 m 3 , 16 . 601-50 . 416 m 3 , 50 . 417-181 . 860 m 3 , dan 181 . 861- 2 . 006 . 494 m 3 . d. Peta Volume Asal dan Tujuan Peredaran Kayu Bulat telah terbentuk berdasarkan masing-masing kriteria yang telah ditentukan.

4.3.3 Analisis Data A Analisis Peredaran Kayu Bulat

Analisis peredaran kayu bulat dilakukan dengan melakukan query Basis data Hasil Hutan Provinsi Jambi. Analisis ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1 Analisis Kabupatenkota Asal dan Tujuan Peredaran Hasil Hutan. Analisis kabupatenkota asal dan tujuan peredaran hasil hutan dilakukan untuk menganalisis asal dan tujuan peredaran hasil hutan dari dan ke kabupatenkota. Analisis ini menjelaskan tentang kesesuaian kondisi lokasi kabupatenkota asal dan tujuan peredaran hasil hutan dan pola asal dan tujuannya. Kesesuaian kondisi lokasi asal dengan mengkaji data distribusi lokasi HPH dan HPHTI di masing-masing kabupaten dan distribusi pada kawasan hutan hutan produksi. Kesesuaian kondisi lokasi tujuan peredaran kayu bulat dengan mengkaji data lokasi industri kayu IPHHK di tiap kabupatenkota, jumlah penduduk, dan jalur transportasi yang digunakan. 2 Analisis Volume Peredaran Hasil Hutan. Analisis volume peredaran hasil hutan dilakukan untuk menganalisis besarnya volume asal dan tujuan peredaran kayu bulat dari dan ke kabupatenkota. Analisis ini menjelaskan tentang kesesuaian kondisi lokasi kabupatenkota asal dan tujuan peredaran hasil hutan dengan besarnya volume peredaran masing-masing kabupatenkota asal dan tujuan. Kesesuaian kondisi lokasi asal dengan mengkaji data distribusi lokasi HPH dan HPHTI di masing-masing kabupaten, distribusi kawasan hutan hutan produksi. Kesesuaian kondisi lokasi tujuan peredaran kayu bulat dengan mengkaji data lokasi industri kayu IPHHK yang aktif di tiap kabupatenkota, kebutuhan bahan baku kayu bulat tiap kabupatenkota berdasarkan jumlah industri dan kapasitasnya, jumlah penduduk, dan jalur transportasi yang digunakan. 3 Analisis Kelompok Jenis Hasil Hutan. Analisis kelompok jenis hasil hutan dilakukan untuk menganalisis kelompok jenis yang beredar, terdiri dari : Kelompok Jenis Kayu Meranti, Kelompok Jenis Kayu Campuran, dan Kelompok Jenis Kayu Indah. Pada analisis ini dijelaskan tentang dasar pengelompokan jenis kayu bulat oleh Departemen Kehutanan dan volume peredaran masing-masing kelompok jenis tiap kabupatenkota. Volume peredaran dibandingkan dengan jatah tebang yang ditetapkan oleh Departemen Kehutanan. 4 Analisis Jalur Transportasi yang Digunakan. Analisis jalur transportasi yang digunakan dilakukan untuk menganalisis jenis-jenis alat angkut yang digunakan, terdiri dari : analisis alat angkut darat dan sungai yang digunakan, serta jumlah volume per alat angkutkabupaten. B Analisis Spasial Analisis spasial dilakukan untuk menganalisis data spasial yang terkait dengan peredaran kayu bulat di Provinsi Jambi dengan pendekatan Sistem Informasi Geografis SIG, dengan metode overlay tumpang tindih. Tumpang tindih beberapa peta dilakukan untuk mendapatkan beberapa peta yang diinginkan untuk analisis data spasial yang terkait dengan peredaran kayu bulat. Proses yang dilakukan pada metode ini, antara lain : 1 Penentuan Lokasi Kabupatenkota Asal Peredaran Hasil Hutan. Penentuan lokasi ini dengan melakukan tumpang tindih Peta HPH dan Peta HPHTI dengan Peta Administrasi untuk mendapatkan Peta Lokasi HPH dan HPHTI Provinsi Jambi. Lokasi masing-masing HPH dan HPHTI pada masing-masing kabupaten sebagai lokasi asal peredaran kayu bulat. Keberadaan HPH dan HPHTI pada masing-masing kabupaten mempunyai pengaruh terhadap volume asal peredaran kayu bulat. 2 Penentuan Lokasi Kabupatenkota Tujuan Peredaran Hasil Hutan. Penentuan lokasi ini dengan melakukan tumpang tindih Peta IPHHK dengan Peta Administrasi untuk mendapatkan Peta Lokasi IPHHK Provinsi Jambi. Lokasi masing-masing IPHHK pada masing-masing kabupatenkota sebagai lokasi tujuan peredaran kayu bulat. Keberadaan IPHHK pada masing-masing kabupatenkota mempunyai pengaruh terhadap volume tujuan peredaran hasil hutan. 3 Penentuan Jalur Peredaran Hasil Hutan. Penentuan jalur peredaran hasil hutan dengan melakukan tumpang tindih Peta Jaringan Jalan dan Sungai dengan Peta Administarsi untuk mendapatkan Peta Jalur Darat dan Sungai Provinsi Jambi. Pemetaan jalur peredaran yang digunakan dengan menggunakan Peta Jalur Darat dan Sungai, sehingga dapat digambarkan melalui jalur mana saja peredaran terjadi dan berapa besar volume pada masing-masing jalur peredaran yang digunakan tiap kabupatenkota. 4 Penentuan Distribusi Kawasan Hutan. Penentuan distribusi kawasan hutan, khususnya hutan produksi pada masing-masing kabupaten dengan melakukan tumpang tindih Peta Kawasan Hutan dengan Peta Administrasi untuk mendapatkan Peta Distribusi Kawasan Hutan Provinsi Jambi. Hasil tumpang tindih khususnya keberadaan hutan produksi pada tiap kabupaten memberikan indikasi sebagai faktor yang mempengaruhi besarnya asal peredaran kayu bulat. 5 Penentuan Peta Peredaran Kayu Bulat Provinsi Jambi Penentuan peta ini dengan melakukan tumpang tindih Peta Administrasi, Peta HPH, Peta HPHTI, Peta IPHHK, Peta Hutan Produksi, Peta Jaringan Jalan Utama, dan Peta Sungai untuk mendapatkan Peta Peredaran Kayu Bulat Provinsi Jambi. C Analisis Kebutuhan Bahan Baku Kayu Bulat Industri 1 Analisis kebutuhan berdasarkan kapasitas izin industri tiap kabupaten. Analisis ini dilakukan dengan melakukan perhitungan terhadap kebutuhan bahan baku kayu bulat dengan rumus sebagai berikut : Dimana : - Total kapasitas adalah total kapasitas industri tiap kabupaten. - Rendemen adalah persentase hasil bersih produk pengolahan, besarnya berdasarkan masing-masing jenis kayu olahan SK Dirjen BPK Nomor S.948VI-BPPHH2004. Hasil perhitungan ini untuk mengetahui kemampuan Provinsi Jambi dalam supply bahan baku kayu bulat untuk industri. 2 Analisis kebutuhan riil berdasarkan jumlah volume peredaran kayu olahan. Analisis ini dilakukan dengan menghitung kebutuhan kayu bulat dengan rumus sebagai berikut : Kebutuhan Kayu Bulat = Total Kapasitas Izin x 1Rendemen Kebutuhan Riil Kayu Bulat = Total Peredaran Kayu Olahan x 1Rendemen Dimana : - Total peredaran kayu olahan adalah produksi kayu olahan hasil pengolahan basis data hasil hutan. - Rendemen adalah persentase hasil bersih produk pengolahan, besarnya berdasarkan masing-masing jenis kayu olahan SK Dirjen BPK Nomor S.948VI-BPPHH2004. Hasil perhitungan ini untuk mengetahui kemampuan riil Provinsi Jambi dalam supply bahan baku kayu bulat untuk industri. D Analisis Deskriptif Kuantitatif Analisis ini digunakan untuk menjelaskan peredaran kayu bulat yang terjadi, terkait dengan asal, tujuan, volume, kelompok jenis kayu bulat, alat angkut yang digunakan, dan kaitan dengan data spasial yang ada. Jenis data yang digunakan, sumber data, teknik analisis, dan output yang ingin dicapai berdasarkan setiap tujuan penelitian ini disajikan pada Tabel 1.

4.3.4 Rekomendasi Peredaran Kayu Bulat