BAB 3 BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi, Departemen Anatomi, Fisiologi dan Farmakologi dan Kandang Unit Hewan Laboratorium, Fakultas
Kedokteran Hewan IPB, pada bulan Oktober 2009 sampai dengan Juni 2010.
3.2 Hewan Coba dan Pemeliharaannya
Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih Rattus norvegicus betina bunting 1 hari, galur Sprague Dawley. Tikus dikandangkan
secara individu dalam bak plastik yang berukuran 40x30x15 cm
3
dengan penutup kawat di atas kandang. Kandang dialasi dengan sekam yang diganti 3
hari sekali untuk menjaga kebersihan dan kesehatan. Pemberian minum pada tikus dilakukan ad libitum dan pemberian pakan sesuai perlakuan.
3.3 Metode Penelitian
3.3.1 Pembuatan Ekstrak dan Fraksi Daun Katuk
Pembuatan simplisia, ekstraksi, dan fraksinasi daun katuk dilakukan seperti cara yang dilakukan oleh Suprayogi et al. 2009 yang dapat dilihat pada Gambar
3.
3.3.1.1 Pembuatan Simplisia
Daun katuk segar yang digunakan diperoleh di daerah sekitar Cinangneng, Ciampea Kabupaten Bogor. Daun tersebut dicuci dengan air bersih, kemudian
dijemur di bawah sinar matahari sampai layu. Pengeringan dilanjutkan dengan menggunakan oven pada suhu 60ºC selama 12 jam, sehingga dari pengeringan ini
diperoleh daun katuk kering.
3.3.1.2 Pembuatan Ekstrak Etanol
Ekstraksi daun katuk dilakukan dengan metode maserasi. Sebanyak 2 kg simplisia dilarutkan dengan 13 L pelarut etanol EtOH di dalam panci stenliss.
Campuran tersebut diaduk secara manual dengan pengaduk selama 30 menit dan kemudian didiamkan selama 24 jam. Setelah itu dilakukan penyaringan dengan
menggunakan kain flanel dan kertas saring. Filtrat hasil penyaringan ini
merupakan ekstrak etanol daun katuk. Kemudian metode yang sama diulang sampai diperoleh larutan ekstrak etanol yang relatif jernih. Ekstrak etanol yang
diperoleh dievaporasi menggunakan rotary-evaporator dengan pengaturan temperatur 40ºC. Hasil dari evaporasi ini berupa ekstrak etanol yang kental.
3.3.1.3 Pembuatan Fraksi Heksan
Ekstraksi dilanjutkan untuk memisahkan senyawa nonpolar menggunakan pelarut heksan. Sebanyak 20 g ekstrak etanol dilarutkan dalam 500 mL pelarut
etanol, lalu dimasukkan ke dalam gelas separasi. Ke dalam larutan tersebut ditambahkan pelarut heksan sebanyak 500 mL. Setelah itu, campuran larutan
tersebut dikocok hingga tercampur sempurna, lalu didiamkan beberapa menit sampai terjadi pemisahan antara kedua larutan yaitu larutan heksan pada bagian
atas dan larutan etanol pada bagian bawah. Kedua larutan tersebut dikeluarkan dan ditempatkan pada gelas erlenmeyer yang berbeda. Pencampuran dan
pengocokan dilakukan berulang hingga larutan yang menggunakan pelarut heksan tampak jernih. Filtrat yang didapat merupakan larutan ekstrak etanol yang telah
bebas senyawa nonpolarnya dan larutan fraksi heksan. Kedua larutan yang diperoleh kemudian dievaporasi sehingga diperoleh fraksi etanol yang telah bebas
dari senyawa nonpolarnya dan fraksi heksan dalam bentuk kental.
3.3.1.4 Pembuatan Fraksi Air dan Fraksi Etil asetat