jelas Gambar 1. Tepi daunnya rata dengan ujung daun yang lancip dan pangkal daun berbentuk bulat atau tumpul. Buahnya terdapat di sepanjang tangkai daun
dan berwarna putih. Tanaman ini tumbuh baik pada daerah dengan ketinggian1.300 m dpl dan di daerah yang terbuka tetapi tidak langsung terkena
sinar matahari. Tanaman ini juga memerlukan banyak air untuk pertumbuhannya Sukendar 1997; Supriati et al. 2008
Gambar 1 Tanaman katuk
2.1.2 Pemanfaatan dan Toksisitas Daun Katuk Bagi Manusia dan Ternak
Pada umumnya daun katuk digunakan sebagai sayuran atau lalapan dan dipercaya masyarakat mampu melancarkan air susu ibu dan mempercepat
pemulihan tenaga bagi orang yang sakit Soeseno 1984. Pemanfaatan daun katuk sebagai obat tradisional telah banyak dibuktikan secara ilmiah, Suprayogi 1995
menyatakan bahwa daun katuk terbukti memiliki khasiat sebagai obat bisul dan borok serta mampu memperbaiki fungsi pencernaan dan metabolisme tubuh.
Pemberian suspensi daun katuk dapat meningkatkan kecernaan terhadap pakan diantaranya bahan kering, protein, dan lemak serta dapat meningkatkan absorpsi
glukosa di saluran pencernaan dan metabolisme glukosa di hati. Selain itu air rebusan dari akar tanaman ini diyakini dapat menurunkan panas tubuh pada saat
demam dan dapat juga melancarkan air seni, sedangkan akar tanaman yang telah
digiling digunakan sebagai obat luar untuk frambusia dan buahnya sering dibuat sebagai manisan Heyne 1987.
Penggunaan daun katuk dalam meningkatkan produksi ASI telah dibuktikan Suprayogi et al. 1992 dengan menggunakan kambing laktasi. Pemberian estrak
daun katuk melalui abomasum dapat meningkatkan produksi ASI sebesar 21,03 dengan diimbangi susunan air susu yang baik. Selain itu terjadi peningkatan
aktivitas metabolisme glukosa pada sel ambing sebesar 52,66 yang berarti kelenjar ambing bekerja ekstra untuk mensintesis air susu. Sehingga secara
langsung dapat meningkatkan keuntungan bagi peternak. Sa’roni et al. 2004 juga mengatakan bahwa pemberian ekstrak daun katuk pada kelompok ibu
melahirkan dan menyusui bayinya dengan dosis 3 x 300mghari selama 15 hari terus menerus mulai hari ke-2 atau hari ke-3 setelah melahirkan dapat
meningkatkan produksi ASI 50,70 lebih banyak dibandingkan dengan kelompok ibu melahirkan dan menyusui bayinya yang tidak diberi ekstrak daun
katuk. Pemberian ekstrak daun katuk tersebut tidak menurunkan kadar protein dan kadar lemak ASI Sa’roni et al. 2004. Hasil penelitian lain menunjukkan
bahwa penambahan daun katuk dalam ransum unggas menujukkan hasil yang sangat memuaskan. Subekti 2003 menunjukkan bahwa pemberian tepung daun
katuk 6 dan 9 dapat meningkatkan konsumsi ransum ayam lokal. Selain itu pemberian tepung daun katuk dan tepung ekstrak daun katuk dalam ransum puyuh
menunjukkan pengaruh yang positif terhadap peningkatan sistem reproduksi yang terlihat dari peningkatan perkembangan organ reproduksi, kualitas telur,
percepatan umur dewasa kelamin, peningkatan fertilitas, dan daya tetas telur Subekti et al. 2008.
Di samping manfaat yang begitu banyak bagi manusia dan ternak, ternyata daun katuk juga memberikan efek negatif bila di konsumsi dalam konsentrasi
yang tinggi. Ger et al. 1997 melaporkan bahwa adanya hubungan antara konsumsi daun katuk dengan bronkiolitis di Taiwan Selatan. Sebanyak 54 kasus
bronkiolitis yang diteliti di Rumah Sakit Veterans General Hospital-Kaohsiung menunjukkan bahwa 100 pasien mengkonsumsi daun katuk. Suprayogi 2000
juga mengatakan bahwa penggunaan daun katuk menunjukkan efek yang cukup
mengganggu yaitu penghambatan absorpsi kalsium di saluran pencernaan dan gangguan pada pernafasan.
Saat ini, dari 213 jenis jamu yang berasal dari pabrik jamu, hanya ditemukan 6 jenis jamu 2,8 yang mengandung daun katuk. Dari 6 jenis
tersebut, 4 di antaranya mempunyai indikasi sebagai pelancar ASI Sutedja et al. 1997. Selain sebagai pelancar ASI, daun katuk juga bermanfaat dalam
mempercepat involusi uterus. Bihariddin 2004 melaporkan bahwa pemberian minuman ekstrak daun katuk kering pada mencit dari masa kawin sampai partus
mengakibatkan terjadinya percepatan involusi uterus yaitu pada hari ke-2 postpartus. Hal ini lebih cepat bila dibandingkan dengan kontrol yaitu pada hari
ke-5 postpartus, sedangkan pada pemberian minuman ekstrak daun katuk hijau, involusi uterus terjadi pada hari ke-5 postpartus sama seperti kelompok kontrol.
2.1.3 Kandungan Nutrisi dan Senyawa Aktif Daun Katuk