Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Etos Kerja

20 memurnikan tauhid. Definisi ibadah mencakup perkataan dan perbuatan apa saja yang disukai dan di ridhai oleh Allah SWT baik yang bersifat lahir dan batin. Yang bersifat lahir atau Nampak misalnya pengamalan rukun Islam, berbicsrs benar, menunaikan amanah, dan silaturahmi. Adapun yang bersifat batin seperti ikhlas, sabar, bersyukur tawakal berusaha mencintai keadilan dan kebenaran, dan kegiatan-kegiatan batin lain yang disukai dan mendapat ridha Allah. Maka kerja dan perbuatan posistif yang pada mulanya bernilai sukuler dan bersifat duniawi belaka dapat beubah menjadi bernilai ibadah seperti kegiatan dibidang pertanian, bisnis, pekerjaan rumah tangga, dan olah raga yang dilakukan secara baik-baik, dengan syarat didasri niat, motivasi, atau komitmen ibadah. 26

5.2. Kerja Dilandasi Ilmu

Tanpa iman kerja hanya dapat berorientasi pada pengejaran materi. Kemungkinan besar hal itu akan melahirkan keserakahan, sikap terlalu mementingkan diri sendiri, merugikan diri sendiri dan orang lain. Kerja tanpa iman dapat mendorong prilaku manusia tidak sesuai dengan nilai kemanusiaan dan melahirkan alienated man. Oleh karena itu, tanpa ilmu iman mudah menjadi salah satu arah yang dapat mengoyakan keimanan kita atau mengelincirkan kita, karena dilandasi pemahaman yang tidak proposional. Keadaan demikian akan mengakibatkan keyakinan dan sikap keliru pada orang yang bersangkutan. Jadi iman, ilmu dan kerja dalam rangka mewujudkan amal ibadah, ternyata masing- masing memegang atau memaikan peranan urgen bagi yang lain. Keistimewaan sekaligus kelebihan manusia terutama bertolak dari akal yang dianugrahkan tuhan 26 Ibid., h. 104-109 21 kepadanya. Dan karena mempunyai akallah, manusia berhasil menguasi ilmu pengetahuan dan teknologi, mencapai kebudayaan dan peradaban tinggi. Karenanya, manusia juga dapat mangatur dan memanfaatkan alam sekitar bagi kesejahteraannya baik untuk mas kini maupun mendatang. 27

5.3. Kerja Dengan Meneladani Sifat-sifat Ilahi Serta Mengikuti Petunjuk-petunjuknya

Kalau dikaji lebih jauh, memang banyak sifat-sifat manusia yang mempunyai nama, sebutan, bahkan indikasi yang serupa dengan Al- Asma’ Ul- Husna dan sifat-sifat Allah. Namun demikian, tentu saja dalam bentuk sarta kualitas yang sangat jauh berbeda karena tidak ada satupun yang bisa menyerupainya. Namun dari meneladani sifat-sifat ilahi dapat di gali sikap kerja aktif, kreatif, tekun, konsekuen, adil, kerja didukung ilmu pengetahuan dan teknologi, visioner, berusaha efektif dan efisien, percaya diri, dan mandiri. Allah menunjuk betapa Dia memiliki sifat maha sempurna dalam bekerja. Maka manusia juga dapat mengembangkan aktivitas dan prestasinya sampai tingkat tinggi menurut ukuran manusiawi, kalau dia berusaha sesungguh-sungguhnya. Manusia punya pontensi untuk mengembangkan karakteristik etos kerja tinggi seperti aktif, berencana, efisien, efektif, disiplin, professional, ilmiah, kritis konstruktif, dan indikasi-indikasi etos kerja tinggi lainya.Allah Maka Kuasa Al- Malik dengan kekuasan yang tak terbatas dan maha pengatur Al-Mudabbir, manusia juga punya potensi untuk menguasai memimpin, dan mngembangkan manajemen di bidang usaha, plitik, sosial, dan lain-lain. 28 27 Ibid., h. 112-113 28 Ibid., h. 119-129 22

B. Masyarakat Pesisir 1. Pengertian Masyarakat Pesisir

Masyarakat berasal dari kata musyarak arab, yang artinya bersama-sama, yang kemudian berubah menjadi masyarakat, yang artinya berkumpulbersama, hidup bersama dengan saling berhubungan dan saling mempengaruhi, selanjutnya mendapatkan kesepakatan menjadi masyarakat Indonesia. 29 Menurut Abdul Syani bahwa masyarakat merupakan kelompok-kelompok makhluk hidup dengan realitas-realitas baru yang berkembang menurut hukum- hukumnya sendiri dan berkembang menurut pola perkembangan yang tersendiri. Masyarakat dapat membentuk kepribadian yang khas bagi manusia, sehingga tanpa adanya kelompok, manusia tidak akan mampu untuk dapat berbuat banyak dalam kehidupan. Supaya dapat menjelaskan pengertian masyarakat secara umum, maka perlu ditelaah tentang ciri-ciri dari masyarakat itu sendiri. Menurut Soerjono Soekanto, menyatakan bahwa sebagai suatu pergaulan hidup atau suatu bentuk kehidupan bersama manusia, maka masyarakat itu mempunyai ciri-ciri pokok yaitu: 1 Manusia yang hidup bersama. Di dalam ilmu sosial tidak ada ukuran yang mutlak ataupun angka yang pasti untuk menentukan berapa jumlah manusia yang harus ada. Akan tetapi secara teoritis, angka minimumnya ada dua orang yang hidup barsama. 29 Abdul Syani, Sosiologi Skematika, Teori, Dan Terapan Bandung: PT Bumi Aksara, 2007, h.30.