Latar Belakang Masalah Etos Kerja Masyarakat Pesisir di Desa Simpang Tiga Jaya Kecamatan Tulung Selapan Kabupaten Ogan Komring Ilir Provinsi Sumatera Selatan

4 diperbaharui, environmental service, dan lagi temuan benda-benda berharga asal muatan kapal yang tenggelam dibawah permukaan laut yang memiliki nilai ekonomi dan sejarah yang tinggi. 5 Mereka yang menghuni wilayah pesisir disebut sebagai masyarakat pesisir. Masyarakat pesisir diartikan sebagai kelompok orang yang bermukin di wilayah pesisir, mempunyai mata pencaharian dari sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan pesisir dan laut, misalnya nelayan, penbudidaya ikan atau udang, pedagang, pengelola ikan, pemilik atau pekerja perusahaan perhubungan laut, pemilik galangan kapal dan coastal dan engineering. 6 Walaupun wilayah pesisir dihuni oleh banyak orang serta memiliki potensi yang sangat besar, namun tidak sedikit orang gagal memanfaatkannya. Sebagai contoh masyarakat pesisir nelayan kecil, umumnya masih sangat miskin dengan tingkat pendapatan rendah, posisi tawar mereka sangat rendah dan permasalahan hidup lainnya. 7 Oleh karena banyak orang yang gagal memanfaatkan wilayah pesisir maka wilayah pesisir sering dikatakan sebagai kantong-kantong kemiskinan struktural yang pontesial. Pada dasarnya pengelolaan sosial dalam masyarakat nelayan dapat ditinjau dari tiga sudut pandang. Pertama, dari segi penguasaan alat-alat produksi atau peralatan tangkap, struktur masyarakat nelayan terbagi dalam katagori nelayan pemilik alat produksi dan nelayan buruh. Dalam kegiatan produksi nelayan buruh hanya menyumbangkan jasa tenaganya dan memperoleh hak-hak 5 Moh. Ali Azis, Dakwah Pemberdayaan Masyarakat, Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Aksara, 2005,h-133 6 Burhanudin Safari, dkk, h-14 7 Ibid., h-14 5 yang sangat terbatas. Kedua, ditinjau dari tingkat skala investasi modal usahanya, struktur masyarakat nelayan terbagi dalam katagori nelayan besar dan nelayan kecil. Disebut nelayan besar karena jumlah modal yang diinvestasikan dalam usaha perikanan relatif banyak, sedangkan pada nelayan kecil justru sebaliknya. Ketiga dipandang dari tingkat teknologi peralatan tangkap yang digunakan, masyarakat nalayan modern reltif kecil dibandingkan nelayan tradisional. 8 Dalam masa-masa sepi penghasilan, biasanya para istri dan anak-anak nelayan, harus berjuang keras ikut mencari nafkah dengan melakukan segala pekerjaan yang mendatangkan penghasilan. Demikan juga ketika sedang tidak melaut, nelayan buruh dapat berkerja apa saja di daratan untuk memperoleh penghasilan sehingga kelangsungan hidup rumah tangganya dapat dijamin. Seperti bekerja di tambak udang atau ikan, itu salah satu artenatif jalan keluar jika datangnya musin para pelaut anjelok. Akan tetapi, sejauh mana peluang-peluang kerja tersebut bisa di peroleh anggota-anggota rumah tangga nelayan buruh sangat ditentukan juga oleh karakteristik struktur sumber ekonomi desa setempat. 9 Oleh sebab itu keadaan seperti ini akan mengakibatkan keadaan mereka manjadi terpuruk. Sebagi mana yang dikatakan oleh Yusuf Solichien Martadiningrat ketua Umum DPP Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia HNSI di Medan, Sumatera Utara, belum lama ini, data yang ia miliki menyatakan bahwa sedikitnya 14,58 juta atau sekitar 92 dari 16,2 juta nelayan di Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan. 10 8 Kusnadi, Komflik Sosial Nelayan, Yogyakarta : LKIS, 2006, h-9 9 Ibid., h-7 10 http:www.menkokesra.go.idcontentview979439 6 Begitu pula dengan yang terjadi pada masyarakat pantai pesisir di desa simpang tiga jaya yang mayoritas di desa ini adalah nelayan, setelah peneliti mengamati adanya kesenjangan sosial yang terjadi pada masyarakat tersebut. Maka dari itu penulis ingin mengetahui lebih dalam faktor yang menjadikan desa ini mengalami kesenjangan sosial khususnya dalam hal kesejahteraan dalam bidang ekonomi sehari-hari. Atas dasar hal-hal yang telah dibahas maka sepertinya menjadi penting bagi kita untuk mengetahui atau mempelajari sudahkah etos kerja diterapkan oleh masyarakat dalam meningkatkan taraf kesejahteraannya, yang khususnya dalam hal ini adalah masyarakat pantai pesisir di desa Simpang Tiga Jaya. Hal inilah yang mendorong penulis untuk meneliti lebih jauh bagaimana etos kerja yang diterapkan oleh masyarakat pesisir desa Simpang Tiga Jaya serta bagaimana kaitannya dengan peningkatan taraf kesejahteraannya. Untuk penulis memilih judul ”Etos Kerja Masyarakat Pesisir di Desa Simpang Tiga Jaya, Kecamatan Tulung Selapan, Kabupaten Ogan Komring Ilir Provinsi Sumatera selatan”.

B. Batasan Masalah

Agar masalah penelitian ini tidak terlalu luas maka peneliti memberikan batasan masalah: Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Etos kerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kebiasaan kerja atau cara kerja yang dilakukan oleh masyarakat pesisir di desa simpang tiga jaya. 7 2. Kesejahteraan ekonomi yaitu terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan yang mendasar pada setiap masyarakat yang tinggal di desa simpang tiga jaya. Kebutuhan-kebutuhan yang dapat menunjang kehidupan masyarakat menjadi lebih mudah seperti pendidikan dan lembaga swadaya masyarakat yang turut menunjang dan andil untuk mencapai kesejahteraan suatu daerah.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada permasalahan yang dijelaskan, maka rumusan masalah pada penelitian ini yaitu: 1. Bagaimana etos kerja masyarakat Desa Simpang Tiga Jaya? 2. Apakah etos kerja yang dimiliki masyarakat Desa Simpang Tiga Jaya dapat memperbaiki kesenjangan sosial yang terjadi di desa tersebut? 3. Apa faktor penyebab yang mempengaruhi etos kerja masyarakat Desa Simpang Tiga Jaya?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui etos kerja yang dimiliki masyarakat desa simpang tiga jaya. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana etos kerja yang dimiliki oleh masyarakat Desa Simpang Tiga Jaya. 3. Untuk mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi etos kerja masyarakat Desa Simpang Tiga Jaya 8

E. Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan masukan bagi universitas yang membidangin ilmu sosial, khususnya jurusan pengembang masyarakat, dalam rangka menciptakan program pendidikan, kurikulum, serta network untuk pendidikan. 2. Penelitian ini agar diharapkan dapat memberikan sumbangan keilmuan dan pengaruh, baik bagi para pembacanya maupun bagi para praktisi pengembangan masyarakat, khususnya yang membidangi ilmu sosial. 3. Penelitian ini ddiharapkan dalap memberikan informasi dan bahan masukan bagi lembaga-lembaga khususnya yang berada di desa simpang jaya agar lebih meningkatkan lagi sumber daya masyarakat untuk tercapainya perekonomian yang lebih baik.

F. Metodologi Penelitian

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis yaitu menganalisa data yang diperoleh dari hasil penelitian berupa data dan informasi yang berkaitan dengan tema yang diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui etos kerja yang dimiliki masyarakat Desa Simpang Tiga Jaya. Maka untuk mengetahui lebih dalam etos kerja yang dimiliki masyarakat Desa Simpang Tiga Jaya peneliti mempersiapkan angket yang akan disebarkan kepada sampel yang telah dipilih secara random atau acak dari banyaknya populasi yang ada di Desa Simpang Tiga Jaya. Adapun jumlah sampel yang diambil 10-15 dari jumlah populasi. Dengan cara 9 pengamatan dan menggunakan data dokumentasi, wawancara kepada beberapa pihak yang terpilih untuk memperkuat analisa peneliti dan upaya melengkapi data-data akurat yang terkait dengan penelitian ini.