36
8 Berdasarkan hasil kajian pemberdaya dan masukan dari berbagai pihak di dalam masyarakat pesisir, mulai menentukan jenis-jenis modal sosial dan
pihak-pihak yang berpengaruh, yang diharapkan peranannya dapat membantu
kelancaran dan
keberhasilan pelaksanaan
program pemberdayaan masyarakat pesisir.
Melalui langkah-langkah tersebut, diharapkan para pemberdaya masyarakat nelayan memiliki pemahaman yang baik tehadap aspek-aspek kehidupan sosial,
ekonomi, dan budaya masyarakat yang akan diberdayakan.
46
Dari segi geografis permasalahan yang dihadapi masyarakat nelayan yaitu, desa-desa di daerah pantai pada umumnya relatif lebih rendah keadaan lingkungan
hidupnya, baik dilihat dari kondisi prasarana perumahan, kesehatan lingkungan dan pendidikan. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dengan teknologi yang
dimilikinya, telah menimbulkan gejala-gejala yang membahayakan kelestarian lingkungan hidup di daerah itu.
Cara mengatasi suatu masalah yang terjadi dikalangan para nelayan yaitu dengan cara sebagai berikut:
1 Mengajukan kepemerintah kabupaten kota agar merancang skim kredit khusus berbunga rendah untuk pengusaha pemindangan.
2 Membangun kerja sama dengan lembaga perbankan yang terdekat untuk memudahkan akses modal usaha.
3 Membentuk unit simpan-pinjam USP berbasis masyarakat berbudaya lokal.
47
46
Kusnadi, Komflik Sosial Nelayan, Yogyakarta: LKIS, 2006,h. 40-42
47
Ibid., h. 43-44
37
5. Gaya Hidup Nelayan
Dalam konteks ini, ada tiga jenis capital yang berpengaruh besar terhadap penentuan kualitas status sosial seorang nelayan, yaitu:
1 Kapital Politik berkaitan dengan pemilikan akses kekuasaan oleh seseorang terhadap pusat-pusat kebijakan lokal, seperti ditingkat desa dan
kecamatan. Misalnya, eksistensi seseorang senantiasa dipertimbangkan aspirasi dan pemikiran dalam penentuan kebijakan politik local atau bisa
mempengaruhi perubahan kebijakan pembagunan setempat. 2 Kapital Ekonomi berhubungan dengan pemikiran usaha ekonomi yang
berkala besar dan beragam, misalnya memiliki beberapa perahu, usaha pengelola hasil tangkap, rumah yang bagus, mobil, ternak yang banyak,
dan memiliki tanah persawahan-tegal yang luas.
48
3 Kapital Budaya berkaitan dengan pemilikan symbol-simbol kesalehaan beragama, misalnya sudah menuaikan haji, suka beramal atau dermawan,
memiliki kepedulian besar terhadap berbagai persoalan yang terjadi di lingkungan masyarakat, dan bergaya hidup yang lebih dari kebiasaan
local.
6. Strategi Pemberdayaan Nelayan
Dalam rangka memperbaiki taraf hidup dan memberikan peluang kepada nelayan tradisional agar dapat melakukakan mobilitas vartikal, paling tidak ada
dua yang bisa ditempuh, yaitu:
49
1 Adalah dengan cara mendorong pergeseran status nelayan tradisional menjadi nelayan modern.
48
Ibid, h. 107
49
Rr. Suhartini, A. Halim, Model-model Pemberdayaan Masyarakat, Yogyakarta: Pustaka Pesantren,2005, h.72
38
2 Dengan cara tetap membiarkan nelayan tradisional dalam status tradisional, tetapi mempasilitasi meraka agar lebih berdaya dan memiliki
kemampuan penyengga ekonomi keluarga yang kenyal terhadap tekanan krisis.
Pilihan manapun yang diambil yang jelas, pertimbangan utama yang semestinya dijadikan dasar pengambilan keputusan adalah kepentingan dan nasib
nelayan tradisional itu sendiri sebagai subjek pembangunan.Berikut ini, beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum melaksanakan program pemberantasan
kemiskinan stuktural nelayan tradisional adalah.
50
1 Pemberdayaan nelayan tradisional seyogyanya mempertimbangkan, dan bahkan lurus bertumpuh pada keberadaan pranata sosial budaya di
masing-masing komunitas local nelayan tradisio nal.
51
2 Apapun bantuan yang diberikan kepada kelompok nelayan tradisional tidak beroriantasi pada kepentingan jangka pendek, sekedar menekankan
pada kepentingan efisiensi pengambilan dana. Padahal semestinya, harus lebih berorientasi pada pemumpukan investasi sosial yang berjangka
panjang dan bersifat strategis.
52
3 Berusaha mengurangi kadar kerentanan keluarga nelayan tradisional dengan cara meningkatkan daya tahan dan nilai tawar dari produk yang
mera hasilkan. 4 Pemberdayaan perempuan dan lansia untuk mendukung proses penguatan
penyangga ekonomi keluarga nelayan tradisional.
50
Ibid., h.72
51
Ibid., h.73
52
Ibid., h.74
39
5 Bagai mana memutus mata rantai eksploitasi yang selama ini merugikan posisi nelayan tradisional. Caranya tidak semata-mata mengandalkan
kebijakan regulative dan pemerintahan atau pemberdayaan komunitas nelayan tradisional itu sendiri sebagai sebuah kelompok sosial.
53
6 Perlu disadari bahwa yang namanya nelayan atau komunitas desa pantai sebetulnya bukanlah kelompok yang homogeny. Buruh nelayan dan
nelayan tradisional umumnya adalah golongan masyarakat pesisir yang pada lapisan sosial paling bawah, yang dalam banyak hal memiliki
kadarkerentanan, ketidak berdayaan, kelemahan jasmani, kemisinan, dan keterisolasian yang lebih parah dibandingkan nelayan modern. Oleh
karena itu yang dibutuhkan adalah spesifikasi program, terutama program yang bertujuan untuk memberdayakan nelayan tradisional.
7 Sebagai tindak lanjut dari program pelindung dan pemberdayaan keluarga
nelayan tradisional
melalui program
pengembangan diversifikasi usaha, tahap berikutnya yang tak kalah penting untuk
dikembangkan di lingkungan komunitas pesisir adalah bagaimana mendorong nelayan tradisional agar dapat lebih produktif, efisien, dan
lebih mampu berkompetisi di sector perikanan atau sctor non perikanan yang ditekuninnya.
7. Perspektif Nelayan Terhadap Pendidikan Anak
Pendidikan merupakan salah satu bentuk investasi dalam sumber daya manusia. Pendidikan memberikan sumbangan langsung terhadap pertumbuhan
53
Ibid., h.77
40
pendapatan nasional melalui peningkatan keterampilan dan produktivitas kerja. Pendidikan diharapkan dapat mengatasi keterbelakangan ekonomi lewat efeknya
pada peningkatan kemampuan manusia dan motivasi manusia untuk berprestasi. Pendidikan berfungsi menyiapkan salah satu input dalam proses produksi, yaitu
tenaga kerja. Hal ini selanjutnya akan mendorong peningkatan output yang diharapkan bermuara pada kesejahteraan penduduk. Semakin tinggi mutu
pendidikan, semakin tinggi pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi suatu masyarakat.
54
Persoalan pendidikan anak nelayan di wilayah pesisir Indonesia tergolong masih memprihatinkan. Data Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia HNSI tahun
2005 menunjukkan, hanya sekitar 1-1,3 persen anak nelayan yang lulus pendidikan sarjana sisanya hanya sekitar 3 persen yang lulus SLTA, 6 persen
lulus SMP, dan 85 persen sisanya hanya mengenyam pendidikan SD. Di sisi lain, persoalan pendidikan anak nelayan ini tidak terlepas dari kemiskinan yang
melingkupi masyarakat pesisir. Perlu digagas pemberdayaan masyarakat pesisir, khususnya pendidikan nonformal yang cocok bagi anak nelayan untuk
mengeluarkan mereka dari kondisi sebagai pekerja anak. Diperkirakan, dari total pekerja anak di Indonesia yang rata-rata berusia 8-15 tahun, sekitar 50 persennya
merupakan anak nelayan, Menurut Ketua Umum HNSI, Sumyaryo Sumiskum dalam diskusi terbatas di Sekretariat Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah
PLS Departemen Pendidikan Nasional. Pemberdayaan bagi anak nelayan ini, menurut dia, tidak bisa diseragamkan, tetapi harus disesuaikan dengan kondisi
54
Mulyadi, Ekonomi Sumber Daya Manusia Dalam Perspektif Pembangunan Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2003, h. 41