Teknik Analisis Data Etos Kerja Masyarakat Pesisir di Desa Simpang Tiga Jaya Kecamatan Tulung Selapan Kabupaten Ogan Komring Ilir Provinsi Sumatera Selatan

56 35-39 53 40-44 59 45-49 43 50-54 48 55-59 18 60-64 21 65-69 23 Jumlah 893 Sumber: Diolah berdasarkan data kependudukan keluruhan Desa Simpang Tiga Jaya tahun 2013 636 Dari tabel klasifikasi penduduk berdasarkan kelompok umur ini terlihat bahwa mayoritas penduduk ada pada usia produktif yang mana usai produktif adalah usai ketika seseorang maupun bekerja dan menghasilkan sesuatu yaitu usia 15-60 tahun. 70 Sehingga dapat diketahui bahwa 71,2 penduduk desa Simpang Tiga Jaya ada pada usia produktif. 7. Klasifikasi Penduduk Berdasarkan agama Tabel 4.2 Klasifikasi Penduduk Berdasarkan agama No Agama Jumlah 1 Islam 893 2 Kristen - 3 Katolik - 70 httpwww.datastatistik-indonesia.com 57 4 Budha - 5 Hindu - Sumber: Diolah berdasarkan data kependudukan Kelurahan Desa Simpang Tiga Jaya tahun 2013 Dari tabel klasifikasi penduduk berdasarkan agama ini dapat diketahui bahwa 100 penduduk Simpang Tiga Jaya beragama Islam. Dan dalam konteks ini agama Islam menjadi sangat penting, terutama dalam kaitannya membentuk suatu etos kerja produktif dan mandiri. 8. Lapangan Kerja Penduduk Tabel 4.3 Lapangan Kerja Penduduk No Jenis Pekerjaan Jumlah 1. Petani 13 2. Petani PengarapPenyekap 55 3. Buruh Tani 34 4. Nelayan 284 5. Petambak 156 6. Pertukangan 20 7. Pegawai Negeri Sipil PNS 4 8. Perangakat Desa 18 9. Pengangguran 52 Sumber: Diolah berdasarkan data kependudukan Kelurahan Desa Simpang Tiga Jaya tahun 2013 58 Mayoritas pneduduk di Desa Simpang Tiga Jaya bekerja di sector non formal yaitu sebagai nelayan, yang artinya perekonomian di Desa Simpang Tiga Jaya ditepong oleh sector perikanan.

B. Deskripsi Data Responden Penelitian Tabel 4.4

Karakteristik responden berdasarkan pendidikan No Jenjangn Pendidikan Frekuensi 1 SD 5 orang 2 SD 36 orang 3 SMP 59 orang Sumber: Berdasarkan data hasil penelitian Dari tabel karakteristik responden berdasarkan pendidikan dapat diketahui bahwa 95 berada pada pendidikan yang terbilang rendah yang hanya menempuh hingga jenjeng pendidikan dasar di tambah dengan tidak adanya SMA yang terletak di kecamatan,untuk mencapai dikecatan perluh biaya kurang lebih Rp250.000,-. Hal ini yang memungkinkan penduduk mayoritas bekerja di sector non formal.