Jumlah Pegawai, Kualifikasi Pendidikan, Pangkat dan Golongan Kelembagaan yang dibentuk Potensi bencana yang diperkirakan terjadi

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Tahun Anggaran 2011 470 Bidang Penanggulangan Bahaya Kebakaran mempunyai tugas menyelenggarakan dan membina operasional dan pengelolaan sarana dan prasarana pemadam kebakaran. Bidang Penanggulangan Bahaya Kebakaran mempunyai fungsi sebagai berikut : 1 Penyusunan rencana kerja Bidang Penanggulangan Bahaya Kebakaran; 2 Perumusan kebijakan teknis operasional dan pengelolaan sarana dan prasarana pemadam kebakaran; 3 Penyelenggaraan dan pembinaan operasional pemadam kebakaran; 4 Penyelenggaraan dan pembinaan pengelolaan sarana dan prasarana pemadam kebakaran; dan 5 Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan rencana kerja Bidang Penanggulangan Bahaya Kebakaran.

5. Jumlah Pegawai, Kualifikasi Pendidikan, Pangkat dan Golongan

Sumber daya penyelenggara urusan Pencegahan dan Penanggulangan Bencana Alam sebagaimana tabel berikut. Tabel 5.9. SDM Penyelenggara Penangulangan Bencana Alam dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran Jumlah SDM orang No. Jenis Pendidikan Jumlah No Golongan Jumlah 1 SD - 1. I 2 SMP 1 2. II 28 3 SMA 41 3. III 21 4 Sarjana MudaD3 4. IV 1 5 Strata 1 5 6 Strata 2 3 Jumlah 50 Jumlah 50 Sumber: Bakesbanglinmas dan PB

6. Kelembagaan yang dibentuk

Fungsi penanggulangan bencana di Kabupaten Sleman dilaksanakan oleh Badan Kesatuan Bangsa, Perlindungan Masyarakat, dan Penanggulangan sesuai Perda Nomor 9 tahun 2009 tentang Organisasi Perangkat Daerah. Dengan terbitnya Permendagri Nomor 46 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Badan Penggulangan Bencana Daerah serta pelaksanaan Pasal 25 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Tahun Anggaran 2011 471 Penanggulangan Bencana, di setiap kabupaten kota dapat dibentuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah. Kabupaten Sleman telah mengimplementasikan pembentukan BPBD melalui Perbup No 342010 tanggal 1 Desember 2010 yang mewadahi ketugasan penanggulangan bencana pada dinas yang memiliki fungsi yang bersesuaian dengan fungsi penanggulangan bencana.

7. Potensi bencana yang diperkirakan terjadi

a. Erupsi Merapi Gunung Merapi di Sleman merupakan salah satu gunung teraktif di dunia dengan tinggi puncak hampir 3000 meter di atas permukaan laut. Merapi merupakan gunung api dengan karakteristik stratovolkano yaitu tubuh gunung api tinggi berbentuk kerucut yang terbentuk dari endapan awan panas dan lava berselang-seling. Merapi memiliki periode erupsi yang singkat terpendek hanya 2 tahun sehingga menjadi ancaman bahaya bagi kehidupan disekitarnya. Merapi memiliki tipe erupsi spesifik yaitu munculnya piroclastic flowawan panas wedhus gembel. Awan panas inilah sebenarnya merupakan letusan Merapi yaitu keluarnya sejumlah material magmatik batu, pasir dan abu dan konsentrasi gas sangat tinggi bersuhu ratusan derajat celcius. Awan panas Merapi yang merupakan bahaya utama dapat meluncur dengan kecepatan sampai 100 kmjam sejauh belasan kilometer. Abu yang dikeluarkan akan menyebar menurut arah dan besar angin, berpotensi merusak tanaman pertanian, mencemarkan air serta mengganggu pernafasan. Awan panas mempunyai daya rusak luar biasa dengan temperatur yang sangat tinggi sehingga dapat menghancurkan bangunan. Kawasan rawan bencana awan panas akibat erupsi 2010 menjadi lebih luas daripada erupsi-esrupsi sebelumnya. Kondisi tersebut lebih mengancam mengingat bukaan kawah berada di tenggaraKecamatan Cangkringan, dengan eksisting lereng sungai yang penuh terisi material endapan vulkanik. Keadaan tersebut mengakibatkan material awan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Tahun Anggaran 2011 472 panas yang relatif sedikit akan mempunyai jarak luncur yang lebih panjang daripada jangkauan normalnya. b. Banjir Lahar dingin Kabupaten Sleman dilalui 5 sungai Kali Gendol, Kali Opak, Kali Kuning, Kali Boyong dan Kali Krasak yang berhulu di Kaki Merapi. Aliran sungai tersebut melalui 7 wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Tempel, Turi, Pakem, Cangkringan, Ngemplak, Ngaglik dan Kalasan. Masyarakat banyak menambang bahan galian Golongan C di sepanjang sungai tersebut. Selain itu pada kanan kiri sungai terdapat pemukiman penduduk, pusat kegiatan ekonomi masyarakat dan jembatan-jembatan. Material vulkanik dengan volume besar dalam bentuk banjir lahar yang bergerak melalui sungai-sungai tersebut dapat merusak daerah yang dilaluinya. Mitigasi bencana secara struktural ditempuh dengan cara membangun bangunan pengendali sedimen atau bangunan sabo dam di sepanjang aliran sungai. Sabo dam dibangun dengan tujuan mengurangi besarnya daya rusak aliran banjir lahar hujan dengan cara menahan laju aliran. Selain itu untuk menghindari terjadinya korban ketika terjadi banjir lahar hujan, maka telah diupayakan peningkatan kewaspadaan aparat dan masyarakat di sekitar lembah dan sungai yang berpotensi dilewati lahar hujan. c. Bahaya Tanah Longsor Terjadinya bahaya longsor di wilayah Kabupaten Sleman disebabkan oleh jenis tanah, batuan dan kemiringannya. Sebagai contoh adalah wilayah Sengir di Kecamatan Prambanan di mana kemiringan tanahnya lebih dari 45 º . Daerah berjenis tanah pasir dengan kemiringan 45 º juga memilki resiko bahaya longsor yang tinggi. Tanah longsor sering terjadi pada waktu hujan terjadi dengan curah yang tinggi dan durasi waktu yang lama. Wilayah-wilayah yang memiliki resiko bahaya tanah longsor di Kabupaten Sleman diantaranya di Kecamatan Prambanan, Moyudan, Ngemplak, Pakem, Cangkringan dan sebagian wilayah Kecamatan Minggir dan Seyegan. Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Tahun Anggaran 2011 473 d. Bahaya angin kencang dan kekeringan Terdapat 10 kecamatan yang rawan bencana angin kencang di Kabupaten Sleman yakni Kecamatan Prambanan, Kalasan, Depok, Berbah, Mlati, Turi, Tempel, Seyegan, Moyudan dan Godean. Resiko kekeringan di wilayah Kabupaten Sleman juga dihadapi oleh masyarakat yang bermukim di wilayah dengan ketersediaan air sangat rendah dan muka air tanah yang sangat dalam. Wilayah yang memiliki resiko bahaya kekeringan adalah Desa Gayamharjo, Prambanan dan sebagian wilayah Kecamatan Gamping. e. Gempa Bumi Berdasarkan peta mikrozonasi gempa yang dibuat oleh Pemerintah Kabupaten Sleman, daerah yang memiliki amplifikasi tanah tinggi berada di wilayah Kecamatan Berbah, Kalasan dan Prambanan. Hal ini terjadi karena kawasan tersebut berada yang berada di jalur patahan aktif Cesar Opak. Kawasan dengan amplifikasi tinggi dan sangat tinggi terdapat di Desa Purwomartani, Tirtomartani dan Tamanmartani Kecamatan Kalasan, Desa Kalitirto, Tegaltirto dan Sendangtirto Kecamatan Berbah dan di Desa Bokoharjo, Desa Sumberharjo dan Wukirharjo Kecamatan Prambanan. Jenis batuan yang ada di wilayah Kabupaten Sleman yang terdiri dari lapisan batuan sedimen hasil erupsi Merapi menyebabkan bertambahnya efek getaran gempa sehingga dapat dirasakan di seluruh wilayah Sleman.

f. Penyelenggaraan Ketentraman dan Ketertiban Umum 1. Gangguan yang Terjadi