Perbandingan Terjadinya Epitelialisasi Pada Luka Bakar Derajat Dua Dengan Pemakaian Aloe Vera Dan Moist Exposed Burn Oinment Pada Hewan Coba
Perbandingan Terjadinya Epitelialisasi
Pada Luka Bakar Derajat Dua Dengan Pemakaian
Aloe Vera Dan Moist Exposed Burn Oinment Pada
Hewan Coba
TESIS
OLEH SAYED MUSY’ARI
PROGRAM PENDIDIKAN MAGISTER DOKTER SPESIALIS BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014
(2)
PERNYATAAN
Saya selaku peneliti menyatakan bahwa dalam tesis yang berjudul “ Perbandingan Terjadinya Epitelialisasi Pada Luka Bakar Derajat Dua Dengan Pemakaian Aloe Vera dan Moist Exposed Burn Oinment Pada Hewan Coba ” adalah penelitian yang tidak mempunyai kepentingan profit dan tidak disponsori atau dibiayai oleh pihak mana pun.
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur kehadirat Allah SWT penulis panjatkan, karena berkat segala rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis Magister ini yang merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Kedokteran dalam bidang Ilmu Bedah di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan. Shalawat dan Salam tak lupa penulis sampaikan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW.
Dengan selesainya penulisan tesis ini, perkenankanlah penulis untuk menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara dan Bapak Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis untuk mengikuti Program Pendidikan Magister Kedokteran Ilmu Bedah di lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Ketua Departemen Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, dr. Emir T Pasaribu, SpB(K)ONK dan Sekretaris Departemen, dr. Erjan Fikri, SpB,SpBA. Ketua Program Studi Ilmu Bedah, dr. Marshal SpB,SpBTKV dan Sekretaris Program Studi Ilmu Bedah, dr. Asrul S, SpB-KBD, yang telah bersedia menerima, mendidik dan membimbing penulis dengan penuh kesabaran selama penulis menjalani pendidikan.
Dr. Frank Bietra Buchari, SpBP-RE(K); Ketua Divisi Bedah Plastik, Departemen Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan Pembimbing penulisan tesis, Dr. Eddy Sutrisno,SpBP-RE(K); Staf Divisi Bedah Plastik, Departemen Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan pembimbing penulisan tesis, Dr. Utama Abdi Tarigan, Sp.BP-RE(K); Staf Divisi Bedah Plastik, Departemen Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan pembimbing penulisan tesis, terima kasih yang sedalam-dalamnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya yang dapat penulis sampaikan, yang telah membimbing, mendidik, membuka wawasan penulis, senantiasa memberikan dorongan dan motivasi yang tiada hentinya dengan penuh bijaksana dan tulus ikhlas disepanjang waktu sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
(8)
Rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya saya sampaikan kepada guru-guru saya : Prof. Dr. Bachtiar Surya, SpB-KBD, Prof. DR. Dr. Iskandar Japardi, M.Kes, SpBS(K), Prof. Dr. Hafas Hanafiah, SpB,SpOT(K), Dr. Marshal,Sp.B,Sp.BTKV(K), Dr. Frank Bietra Buchari,Sp.BP-RE(K), Dr. Syah Mirsya Warli, Sp.U , Dr. Mahyono, Sp.B,Sp.BA dan seluruh guru bedah saya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, di lingkungan RSUP H Adam Malik, RSU Pirngadi Medan dan di semua tempat yang telah mengajarkan ketrampilan bedah pada diri saya. Semua telah tanpa pamrih memberikan bimbingan, koreksi dan saran kepada penulis selama mengikuti program pendidikan ini.
Prof. Aznan Lelo, PhD, SpFK, yang telah membimbing, membantu dan meluangkan waktu dalam konsultasi statistik dari tesis ini.
Dr. Jamaluddin, Sp.PA, Konsultan Patologi Anatomi,yang telah membimbing, membantu dan meluangkan waktu dalam konsultasi pemeriksaan histologi jaringan dalam tesis ini.
Para Senior, dan sejawat peserta program studi Bedah yang bersama-sama menjalani suka duka selama pendidikan.
Para pegawai dilingkungan Departemen Ilmu Bedah FK USU, dan para tenaga kesehatan yang berbaur berbagi pekerjaan memberikan pelayanan Bedah di RSUP H Adam Malik, RSU Pirngadi, dan di semua tempat bersama penulis selama penulis menimba ilmu.
Kedua orang tua, ayahanda Alm. Sayed Sufri Salim dan ibunda Almh. Syarifah Muhibbah. Mertua, ayahanda Sayed Mansur dan ibunda Syarifah Maimunah, Orang tua kami Sayed Ardhon dan Fadhilah Hanum, terima kasih yang sedalam-dalamnya dan setulus-tulusnya, yang telah membesarkan dan mendidik penulis sejak kecil dengan penuh kesabaran, kasih sayang dan perhatian, dengan diiringi doa dan dorongan yang tiada hentinya sepanjang waktu, memberikan contoh yang sangat berharga dalam menghargai dan menjalani kehidupan.
(9)
Kepada abang, kakak, adik-adik dan seluruh keluarga besar, penulis mengucapkan terima kasih atas pengertian dan dukungan yang diberikan selama penulis menjalani pendidikan.
Terima kasih yang tak terkira kepada istriku tercinta Syarifah Hafni,SE dan anakku Syarifah Taqiyya dan Sayed Muttaqi atas segala pengorbanan, pengertian, dukungan semangat, kesabaran dan kesetiaan dalam segala suka duka mendampingi penulis selama menjalani masa pendidikan yang panjang ini.
Akhirnya hanya Allah SWT yang dapat membalas segala kebaikan.
Semoga ilmu yang penulis peroleh selama pendidikan Magister Kedokteran ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Terima kasih.
Medan, Juni 2014 Penulis
(10)
DAFTAR ISI
Halaman Pernyataan
PERSETUJUAN PENELITIAN
Pembimbing, Ketua Departemen, Ketua Program Studi ... i
Konsultan Patologi Anatomi ... ii
Konsultan Metodologi Penelitian ... iii
Persetujuan Komite Etik Ucapan Terima kasih DAFTAR ISI ABSTRAK ABSTRACT BAB I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1
1.2.Perumusan Masalah ... 3
1.3.Hipotesis Penelitian ... 3
1.4.Tujuan Penelitian ... 3
1.4.1. Tujuan umum ... 3
1.4.2. Tujuan khusus ... 3
1.5.Manfaat Penelitian ... 3
1.5.1. Bidang akademik ... 3
1.5.2. Bidang pelayanan Masyarakat ... 3
1.5.3. Bidang pengembangan penelitian ... 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Patologi dan Mikrobiologi ... 4
2.2. Fase Penyembuhan luka ... 4
2.3. Klasifikasi Luka bakar ... 7
2.4. Pembagian Zona luka bakar ... 11
2.5. Luas luka bakar ... 11
2.6. Proses penyembuhan luka ... 12
(11)
2.8. Pengobatan lokal luka bakar ... 14
Aloe Vera……….………...14
MEBO……….………....15
2.9. Histologic Asessment Scale ... 15
BAB 3. METODE PENELITIAN 3.1. Desain. ... 17
3.2. Tempat dan Waktu ... 17
3.3. Objek penelitian ... 17
3.4. Perkiraan Besar Sampel ... 17
3.5. Variabel penelitian ... 17
3.6. Definisi Operasional ... 18
3.7. Rencana pengolahan dan analisis data ... 18
3.8. Kerangka konsep ... 19
3.9. Alur penelitian ... 20
3.10. Cara Kerja ... 20
BAB IV. HASIL PENELITIAN...24
BAB V. PEMBAHASAN...30
BAB VI. SIMPULAN...32
DAFTAR PUSTAKA...33
(12)
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Klasifikasi luka bakar...7
Tabel 2 : Kedalaman luka bakar...10
Tabel 3 : Rule of Nine luka bakar...11
Tabel 4 : Histologic Assessment Scale...16
Tabel 5 : Perbandingan luas luka hari ke-3,7 dan 14 pada tiap kelompok...24
Tabel 6 : Histologic Assessment Scale dari seluruh tikus pada masing- Masing kelompok...28
Tabel 7: Parameter dari Histologic Assessment Scale...29
Tabel 8 : Rata-rata total skor Histologic Assessment Scale pada setiap Kelompok...29
(13)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Fase inflamasi dalam proses penyembuhan luka...5
Gambar 2 : Fase proliferatif dalam proses penyembuhan luka...6
Gambar 3 : Fase remodeling dalam proses penyembuhan luka...7
Gambar 4 : Bahan dan alat penelitian...8
Gambar 5 : Masa adaptasi seluruh tikus kelompok kontrol,MEBO, dan Aloe vera...22
Gambar 6 : Proses pembiusan dan pencukuran...22
Gambar 7 : Proses pemanasan besi, besi ditempelkan dan luka bakar...22
Gambar 8 : Gambaran luka hari ke-3 kelompok kontrol, MEBO, Aloe vera...25
Gambar 9 : Gambaran luka hari ke-7 kelompok kontrol, MEBO, Aloe vera...25
Gambar 10 : Gambaran luka hari ke-14 kelompok kontrol, MEBO, dan Aloe vera...26
Gambar 11 : Histologi luka pada hari ke-3, perlakuan kontrol,MEBO dan Aloe vera...26
Gambar 12 : Histologi luka pada hari ke-7, perlakuan kontrol,MEBO dan Aloe vera...27
Gambar 13 : Histologi luka pada hari ke-14, perlakuan kontrol,MEBO dan Aloe vera...27
(14)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Gambaran histologi luka pada masing-masing kelompok...36
Lampiran 2 : Gambaran luka pada masing-masing kelompok...37
Lampiran 3 : Susunan peneliti...38
Lampiran 4 : Anggaran Penelitian...39
(15)
Perbandingan Terjadinya Epitelialisasi Pada Luka Bakar Derajat Dua Dengan Pemakaian Aloe Vera Dan Moist Exposed Burn Oinment Pada Hewan Coba
Sayed Musy’ari1, Frank B. Buchari2, Eddy Sutrisno3, Utama A. Tarigan3 1PPDS Bedah Umum Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 2Ketua Divisi Bedah Plastik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
3Staf Divisi Bedah Plastik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Pendahuluan. Penanganan luka bakar mempunyai kompleksitas dalam hal penyembuhan luka dan infeksi. Salah satu cara yang efektif dalam mencegah hal tersebut adalah dengan obat topikal. Sampai saat ini masih diteliti obat topikal yang mempunyai efek penyembuhan yang cepat, dapat mengurangi rasa nyeri, dapat meninggalkan bekas luka yang halus, biaya yang murah dan lama rawatan rumah sakit yang pendek. Dalam penelitian ini dilakukan perbandingan terhadap dua obat topikal yaitu menggunakan Moist Exposed Burn Oinment (MEBO) dan Aloe vera.
Metode. 18 ekor tikus dalam laboratorium hewan dibuatkan luka bakar artifisial derajat dua, kemudian dibagi menjadi 3 kelompok. Kelompok pertama sebagai kontrol, kelompok kedua diberikan MEBO dan kelompok ketiga diberikan Aloe vera. 18 ekor tikus dinilai luas luka bakar dan pemeriksaan histologi luka pada hari ke 3, 7 dan 14. Hasil. Pada pemeriksaan luas luka bakar didapatkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada ketiga kelompok tikus tersebut pada hari ke 7 dan 14 (p<0,05), dimana luas luka kelompok MEBO lebih kecil daripada kelompok Aloe vera, dan luas luka kelompok aloe vera lebih kecil daripada kelompok kontrol. Sedangkan pada pemeriksaan histologi didapatkan bahwa secara mikroskopik terdapat perbedaan yang bermakna terjadinya epitelialisasi pada ketiga kelompok, dimana kelompok MEBO lebih baik daripada kelompok Aloe vera dan kelompok Aloe vera lebih baik daripada kelompok kontrol.
Simpulan. Terdapat perbedaan yang bermakna terjadinya epitelialisasi pada luka bakar derajat dua dengan pemakaian MEBO dan Aloe vera pada hewan coba tikus, dimana pemakaian MEBO lebih baik dibandingkan dengan Aloe vera.
(16)
A Comparison of Epithelialization Occurrences in Second-Degree Burn With Aloe Vera And Moist Exposed Burn Oinment Application on Rats
Sayed Musy'ari1, Frank B. Buchari2, Eddy Sutrisno3, Utama A. Tarigan3 1Resident of General Surgery, Faculty of Medicine, University of Sumatera Utara 2Head of Division of Plastic Surgery, Faculty of Medicine, University of Sumatera Utara
3Staff of Division of Plastic Surgery, Faculty of Medicine, University of Sumatera Utara
ABSTRACT
Introduction. Treatment of Burns have complexity in terms of wound healing and infection. One effective way to prevent this is with a topical medication. It is still investigational topical medication that has the effect of rapid healing, pain relief, can leave smooth of scars, low cost and short hospital stay. In this study, two topical regimen is compared, that use the Moist Exposed Burn oinment (MEBO) and Aloe vera. Method. 18 rats in animal laboratory artificially created for second-degree burns, and then divided into 3 groups. The first group as control, the second group given MEBO and the third group was given Aloe vera. 18 rats were assessed area of burn and wound histology on days 3, 7 and 14.
Result. On examination of the burn area found that there were significant differences in all three groups of mice at day 7 and 14 (p <0.05), in which extensive wound MEBO group is smaller than in Aloe vera and aloe vera extensive wounds smaller than the control group. While the histological examination showed that microscopically there were significant differences in the occurrence of epithelialization in three groups, where theMEBO group is better than Aloe vera group, and Aloe vera group is better than the control group.
Conclusion. There is a significant difference in the epithelialization occurrences in second-degree burns with MEBO and Aloe vera application in rats, where the use of MEBO better than Aloe vera.
Keywords : Second-degree burns, MEBO, Aloe vera.
(17)
Perbandingan Terjadinya Epitelialisasi Pada Luka Bakar Derajat Dua Dengan Pemakaian Aloe Vera Dan Moist Exposed Burn Oinment Pada Hewan Coba
Sayed Musy’ari1, Frank B. Buchari2, Eddy Sutrisno3, Utama A. Tarigan3 1PPDS Bedah Umum Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 2Ketua Divisi Bedah Plastik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
3Staf Divisi Bedah Plastik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Pendahuluan. Penanganan luka bakar mempunyai kompleksitas dalam hal penyembuhan luka dan infeksi. Salah satu cara yang efektif dalam mencegah hal tersebut adalah dengan obat topikal. Sampai saat ini masih diteliti obat topikal yang mempunyai efek penyembuhan yang cepat, dapat mengurangi rasa nyeri, dapat meninggalkan bekas luka yang halus, biaya yang murah dan lama rawatan rumah sakit yang pendek. Dalam penelitian ini dilakukan perbandingan terhadap dua obat topikal yaitu menggunakan Moist Exposed Burn Oinment (MEBO) dan Aloe vera.
Metode. 18 ekor tikus dalam laboratorium hewan dibuatkan luka bakar artifisial derajat dua, kemudian dibagi menjadi 3 kelompok. Kelompok pertama sebagai kontrol, kelompok kedua diberikan MEBO dan kelompok ketiga diberikan Aloe vera. 18 ekor tikus dinilai luas luka bakar dan pemeriksaan histologi luka pada hari ke 3, 7 dan 14. Hasil. Pada pemeriksaan luas luka bakar didapatkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada ketiga kelompok tikus tersebut pada hari ke 7 dan 14 (p<0,05), dimana luas luka kelompok MEBO lebih kecil daripada kelompok Aloe vera, dan luas luka kelompok aloe vera lebih kecil daripada kelompok kontrol. Sedangkan pada pemeriksaan histologi didapatkan bahwa secara mikroskopik terdapat perbedaan yang bermakna terjadinya epitelialisasi pada ketiga kelompok, dimana kelompok MEBO lebih baik daripada kelompok Aloe vera dan kelompok Aloe vera lebih baik daripada kelompok kontrol.
Simpulan. Terdapat perbedaan yang bermakna terjadinya epitelialisasi pada luka bakar derajat dua dengan pemakaian MEBO dan Aloe vera pada hewan coba tikus, dimana pemakaian MEBO lebih baik dibandingkan dengan Aloe vera.
(18)
A Comparison of Epithelialization Occurrences in Second-Degree Burn With Aloe Vera And Moist Exposed Burn Oinment Application on Rats
Sayed Musy'ari1, Frank B. Buchari2, Eddy Sutrisno3, Utama A. Tarigan3 1Resident of General Surgery, Faculty of Medicine, University of Sumatera Utara 2Head of Division of Plastic Surgery, Faculty of Medicine, University of Sumatera Utara
3Staff of Division of Plastic Surgery, Faculty of Medicine, University of Sumatera Utara
ABSTRACT
Introduction. Treatment of Burns have complexity in terms of wound healing and infection. One effective way to prevent this is with a topical medication. It is still investigational topical medication that has the effect of rapid healing, pain relief, can leave smooth of scars, low cost and short hospital stay. In this study, two topical regimen is compared, that use the Moist Exposed Burn oinment (MEBO) and Aloe vera. Method. 18 rats in animal laboratory artificially created for second-degree burns, and then divided into 3 groups. The first group as control, the second group given MEBO and the third group was given Aloe vera. 18 rats were assessed area of burn and wound histology on days 3, 7 and 14.
Result. On examination of the burn area found that there were significant differences in all three groups of mice at day 7 and 14 (p <0.05), in which extensive wound MEBO group is smaller than in Aloe vera and aloe vera extensive wounds smaller than the control group. While the histological examination showed that microscopically there were significant differences in the occurrence of epithelialization in three groups, where theMEBO group is better than Aloe vera group, and Aloe vera group is better than the control group.
Conclusion. There is a significant difference in the epithelialization occurrences in second-degree burns with MEBO and Aloe vera application in rats, where the use of MEBO better than Aloe vera.
Keywords : Second-degree burns, MEBO, Aloe vera.
(19)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Luka bakar merupakan cedera yang cukup tinggi dihadapi di rumah sakit, dan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat secara global.1. 90% Luka bakar terjadi di Negara berpenghasilan menengah, dimana infrastruktur untuk mencegah terjadinya luka bakar masih sangat minim.2 Selain kompleksitas dari penanganannya, penyembuhan luka dan infeksi masih menjadi masalah yang serius dalam penanganan luka bakar.3
Salah satu cara yang paling efektif untuk mencegah hal tersebut yaitu dengan obat topical.4 Dengan berkurangnya angka kejadian infeksi tentu angka terjadinya sepsis dan kematian akan dapat dikurangi dalam penanganan luka bakar. Pemakaian Silver Sulfadiazine 1% (SSD 1%) sudah menjadi standar pada pengobatan luka bakar, yang mampu menghasilkan waktu penyembuhan 8-15 hari untuk superficial burn dan 14-21 hari untuk deep dermal burn.4
Dalam 20 tahun terakhir ini banyak penelitian-penelitian tentang luka bakar yang mencoba mencari obat atau cara penyembuhan luka bakar agar diperoleh proses epitelisasi kulit yang cepat, lama rawatan rumah sakit sedikit, biaya murah, rasa nyeri yang dirasakan seminimal mungkin dan dapat meninggalkan bekas luka yang halus.3,4
Uji preklinik pada binatang (babi) untuk luka bakar derajat II, aloe vera lebih cepat dalam penyembuhan luka dibandingkan SSD 1% (p<0,02) dan untuk efek anti mikrobial ekstrak aloe vera mempunyai efek penyembuhan yang lebih baik dari pada SSD 1% (p=0,015).5 Percobaan pada tikus, pemberian aloe vera mempercepat penyembuhan luka (p<0,05) dibandingkan krim topikal SSD 1% (Visathikosal V, dkk.1995)6. Di Indonesia, Penyembuhan dengan aloe vera didapatkan dalam 18 hari (p=0,003) dibandingkan dengan SSD 1% (Widagdo TD,2004). Di Cina juga telah dilakukan percobaan untuk pasien dengan luka bakar derajat II dengan salep MEBO (Moist Exposed Burn Ointment), sembuh dalam 17 hari dan SSD 1% sembuh dalam 20 hari (p=0,11), untuk efek antimikrobial sama (p=0,76).7 MEBO adalah salep yang berbahan dasar minyak mengandung beeswax, minyak sesame, 17 asam amino, 14 asam lemak dan polisakarida. Kandungan aktif utamanya adalah B-sitosterol 0,25% yang berfungsi sebagai anti inflamasi. Selain itu MEBO terdiri dari ramuan tradisional Cina seperti Radix scutellaria, Cortex Phellodendri, dan Rhizoma coptidis yang berguna untuk menghilangkan panas, mengurangi rasa nyeri dan merangsang regenerasi kulit. Dengan
(20)
MEBO juga menciptakan lingkungan luka yang lembab, yang optimal untuk penyembuhan dan re-epitelisasi tanpa membutuhkan penutup luka tambahan.7,8,9 Aloe vera mengandung 6 agen antiseptik seperti lupeol, asam salisilat, urea nitrogen, asam sinamoa, fenol dan sulfur. Lupeol dan asam salisilat sangat efektif menyembuhkan luka. Senyawa senyawa tersebut ampuh mengendalikan dan membunuh bakteri, jamur dan virus penyebab infeksi.10,11 Pada trauma akan dikeluarkan mediator thromboxane A2 yang akan memperberat kerusakan jaringan. Asam salisilat yang dikandung aloe vera juga berfungsi sebagai penghambat keluarnya mediator thromboxane A2 sehingga mencegah progresifitas kerusakan jaringan.10,11,12
Dari pengamatan klinis, banyak penelitian tentang MEBO dan penggunaan MEBO di rumah sakit, bahkan di beberapa Rumah sakit swasta menjadi standar pengobatan luka bakar, namun salep MEBO harganya masih cukup mahal, dan masih sulit didapat terutama di daerah-daerah kabupaten. Indonesia dengan iklim tropis, banyak tanaman obat tradisional yang tumbuh subur, salah satunya aloe vera atau lidah buaya. Sudah dilakukan penelitian aloe vera dibandingkan SSD 1% dan MEBO dibandingkan SSD 1%, yang kesemuanya Aloe Vera dan MEBO lebih baik dari pada SSD 1%. Sedangkan penelitian membandingkan aloe vera dengan MEBO belum ada. Oleh karena itulah peneliti melakukan penelitian ini.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Apakah ada perbedaan terjadinya epitelialisasi pada luka bakar derajat dua dengan pemakaian Aloe vera dan MEBO pada hewan coba.
1.3 HIPOTESIS PENELITIAN
Ada perbedaan terjadinya epitelialisasi pada luka bakar derajat dua dengan pemakaian Aloe Vera dan MEBO pada hewan coba.
1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum
Membandingkan perbedaan terjadinya epitelialisasi pada luka bakar derajat dua dengan pemakaian Aloe vera dan MEBO pada hewan coba.
(21)
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui terjadinya epitelialisasi pada luka bakat derajat dua dengan pemakaian Aloe Vera pada hewan coba.
2. Mengetahui terjadinya epitelialisasi pada luka bakar derajat dua dengan pemakaian MEBO pada hewan coba.
1.5 Manfaat
1.5.1 Bidang akademik / ilmiah
Meningkatkan pengetahuan peneliti di bidang Bedah Plastik, khususnya tentang perawatan luka bakar derajat dua dengan Aloe vera dan MEBO.
1.5.2 Bidang pelayanan masyarakat
Meningkatkan pelayanan penderita luka bakar, khususnya pelayanan dibidang bedah plastik.
1.5.3 Bidang pengembangan penelitian
Memberikan data awal terhadap departemen Bedah Plastik mengenai perawatan luka bakar derajat dua dengan menggunakan Aloe vera dan MEBO.
(22)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Patologi dan Mikrobiologi
Luka bakar adalah luka iskemi dimana terjadi thrombosis pada arteriole, kapiler, venule, bahkan kadang-kadang pada pembuluh darah yang lebih besar. Pemberian anti mikroba sistemik dalam keadaan ini kurang efektif karena penetrasinya kurang pada jaringan yang mengalami luka bakar akibat gangguan sirkulasi local. Pemberian anti mikroba topical merupakan pilihan dan sama pentingnya dengan resusitasi cairan, karena penyebab terbanyak kematian pada luka bakar adalah syok dan sepsis berat.14
Jenis bakteri penyebab infeksi terbanyak pada luka bakar adalah Staphylococcus aureus, Koliform, Pseudomonas aeruginosa, Proteus sp, dan Streptococcus piogenes.15
2.2 Fase Penyembuhan Luka Bakar Terbagi menjadi 3 fase16 :
1. Fase Inflamasi
Berlangsung sejak terjadinya luka sampai hari ke-5. Sel mast dalam jaringan ikat menghasilkan serotonin dan histamine yang meningkatkan peermeabilitas kapiler, sehingga terjadi eksudasi cairan, penyerbukan sel radang disertai vasodilatasi setempat yang menyebabkan edema dan pembengkakan. Aktifitas seluler yang terjadi pada fase ini adalah migrasi leukosit dari pembuluh darah yang dilatasi. Leukosit ini mengeluarkan enzim hidrolitik yang membantu mencerna mikroorganisme. Sedangkan pembentukan kolagen pada fase ini masih sedikit. Bila diskematiskan menjadi:
a. Dimulai saat terjadi luka, bertahan 2 sampai 3 hari
b. Diawali dengan vasokontriksi untuk mencapai hemostasis (efek epinefrin dan tromboksan)
c. Thrombus terbentuk, dan rangkaian pembekuan darah diaktifkan, terjadi deposisi fibrin
d. Keping darah melepaskan platelet derived growth factor (PDGF) dan transforming growth factor β (TGF β) dari granula alfa, yang menarik sel-sel inflamasi terutama makrofag
(23)
e. Setelah hemostasis tercapai, terjadi vasodilatasi dan permeabilitas darah meningkat (akibat histamine, platelet activating factor, bradikinin, prostaglandin I2, prostaglandin E2) membantu infiltrasi sel-sel inflamasi ke daerah luka
f. Jumlah nerofil memuncak dalam 24 jam dan membantu debridement g. Monosit memasuki luka, menjadi makrofag, dan jumlahnya memuncak
dalam 2-3 hari
h. Sejumlah kecil limfosit juga memasuki luka, tetapi perannya tidak diketahui
i. Makrofag menghasilkan PDGF dan TGF β, akan menarik fibroblast dan merangsang pembentukan kolagen
Gambar 1. Fase inflamasi dalam proses penyembuhan luka
2.Fase Proliferasi/Fibroplasia
Fase ini berlangsung dari akhir fase inflamasi (hari ke-5 sampai hari ke-14). Pada fase ini luka dipenuhi sel radang fibroblast dan kolagen membentuk jaringan berwarna kemerahan dan mudah berdarah dengan permukaan yang berbenjol halus yang disebut granulasi. Pada fase ini juga terjadi proses mitosis kea rah permukaan yang datar atau lebih rendah. Bila diskematiskan menjadi :
a. Dimulai pada hari ke-3 setelah fibroblast terbentuk, dan bertahan hingga minggu ke-3
b. Fibroblast ditarik dan diaktifkan PDGF dan TGF β, memasuki luka pada hari ke-3, mencapai jumlah terbanyak pada hari ke-7
(24)
d. Jumlah kolagen total meningkat selama 3 minggu, hingga produksi dan pemecahan kolagen mencapai keseimbangan
Gambar 2. Fase proliferatif dalam proses penyembuhan luka
3.Fase Maturasi/Remodelling
Fase ini berlangsung berbulan-bulan. Disini terjadio proses pematangan yang terdiri dari penyerapan kembali jaringan yang berlebihan dan penaatan kembali jaringan yang baru terbentuk.
a. Peningkatan produksi maupun penyerapan kolagen berlangsung selama 6 bulan hingga 1 tahun
b. Kolagen tipe I menggantikan kolagen tipe III hingga mencapai perbandingan 4:1
c. Kekuatan luka meningkat sejalan dengan reorganisasi kolagen sepanjang garis tegangan kulit dan terjadinya cross link kolagen
(25)
Gambar 3. Fase remodeling dalam proses penyembuhan luka
2.3 Klasifikasi Luka Bakar
Luka bakar dapat dibagi menjadi enam kategori berdasarkan penyebabnya. Yaitu scald (tercelup ke dalam atau terciprat cairan panas, pelumas atau uap panas), contact (menyentuh benda panas), dan luka bakar disebabkan oleh api, kimia, dan elektrik serta radiasi (tabel1). Diantaranya, luka bakar yang paling serius biasanya berasal dari api atau scald.1 Secara umum kulit tubuh manusia dapat mentoleransi suhu sampai 400C. Suhu di atas ini menyebabkan nyeri dan kerusakan pada jaringan.17
Tabel 1. Klasifikasi Luka bakar
Klasifikasi dar i luka bakar (Gr een and Wajed 2000)
Tipe Luka Bakar Ceder a J ar ingan
Ceder a Panas 1. Scald burn 2. Fat burn 3. Flame burn 4. Electrical burn
• Superficial/superficial partial
• Partial thickness/deep dermal loss
• Usually full thickness skin loss
• Full thickness loss with deep extensions
Ceder a kar ena gesekan Panas ditambah abrasi
Radiasi ion Nekrosis jaringan awal, perubahan
(26)
Luka bakar kimia (asam atau alkali) Peradangan, nekrosis jaringan dan respon alergi
2.3.1 Gambar an Kar akter istik Kulit
Area kulit pada manusia bervariasi dari 0,25 m2 pada saat lahir menjadi 1,5-1,9 m2 pada orang dewasa. Kulit merupakan 15% dari masa tubuh dan salah satu organ terbesar pada tubuh. Merupakan penghalang pertama melawan mikroorganisme. Kulit juga mengatur kehilangan panas melalui rambut dan kelenjar keringat, menerima stimuli, mengekskresikan produk sisa metabolisme, melindungi dari cedera, sinar ultraviolet dan kekeringan.18
2.3.2 Str uktur Kulit
Kulit terdiri dari dua lapisan utama yaitu epidermis dan dermis. Epidermis merupakan lapisan keratinized, stratified squamous epithelium dengan tiga elemen tambahan (folikel rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebaceous). Ketiga elemen tambahan ini merupakan sumber dari sel baru untuk rekonstruksi dari epidermis karena lokasi mereka yang dalam.6 Dermis terutama merupakan jaringan penghubung yang membentuk mayoritas dari kulit. Pada tikus, dermis terdiri dari jaringan fibrous, folikel rambut, akar rambut, arrector pilli, kelenjar sebaceous, panniculus carnosus, pembuluh darah dan lymphe serta ujung saraf (Meissner dan Corpus Pacini). Di bawah lapisan dermis terdapat suatu lapisan jaringan penghubung dengan lemak subkutan yang dikenal sebagai hipodermis.18,19
2.3.3 Kedalaman Luka bakar
Berdasarkan kedalaman luka bakar dibagi menjadi ( Wolf and Herndon 2001)17,18 : 1. Luka bakar Derajat I
a. Kerusakan terbatas pada epidermis b. Hiperemi berupa eritem
c. Bula tidak dijumpai
d. Nyeri karena ujung saraf sensorik teriritasi e. Penyembuhan spontan 5-10 hari
(27)
2. Luka bakar Derajat II
a. Kerusakan pada epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi disertai proses eksudasi
b. Bula dijumpai c. Nyeri
d. Dasar luka berwarna merah atau pucat e. Dibedakan menjadi :
• Superficial
- Kerusakan mengenai superficial dari dermis
- Organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar minyak
masih utuh
- Penyembuhan dapat terjadi spontan 10-14 hari
• Deep
- Kerusakan menghenai hampir seluruh dermis - Organ kulit sebagian besar masih utuh
- Penyembuhan lebih lama, bias mencapai lebih 1 bulan
3. Luka bakar Derajat III
a. Kerusakan terjadi pada seluruh dermis dan lapisan yang lebih dalam b. Organ kulit mengalami kerusakan
c. Bula tidak dijumpai
d. Kulit berwarna abu-abu dan pucat
e. Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal dengan eskar f. Nyeri tidak dijumpai
(28)
Tabel 2. Kedalaman luka bakar.
Kedalaman Warna Bullae Capillary refill
Sensasi Penyembuhan Luka parut
First Degree (Epidermal)
Merah Tidak ada
Cepat 1-2 detik
Nyeri Dalam 7 hari Tidak ada
Superficial Dermal (superficial partial) Merah / Pink Pucat
Kecil Cepat 1-2 detik
Nyeri Dalalam 14 hari Tidak ada, ada perbedaan
warna
Mid Dermal (Partial)
Pink Tua Ada Lambat > 2 detik
Nyeri 2-3 mgg dapat memerlukan
skin graft
Ada (jika sembuh> 3
mgg
Deep Dermal Bercak-bercak merah/ put
ih
Bisa ada/ tidak
Lambat > 2 detik/ Absen
Nyeri Memerlukan skin Graft
Ada
Full-thickness Putih / Coklat/ hita
m/ merah tua
Tidak ada
Absen Tidak ada Memerlukan skin graft
Ada
2.4 Pembagian Zona Luka Bakar
1. Zona Nekrosis/Koagulasi, zona yang langsung mengalami kerusakan (koagulasi protein) 2. Zona Stasis, zona yang berada langsung di luar zona nekrosis, disini terjadi kerusakan dan
gangguan permeabilitas pembuluh darah (no flow phenomenon). Proses ini dapat berlangsung 12-24 jam pasca kejadian dan dapat berakhir dengan nekrosis jaringan
3. Zona hiperemi, zona diluar zona stasis yang ikut mengalami reaksi berupa vasodilatasi tanpa banyak melibatkan reaksi seluler. Umumnya dapat sembuh spontan dalam 7-10 hari.20
2.5 Luas Luka bakar
Menentukan luas luka bakar menggunakan Rule of Nines yang diperkenalkan oleh Tompkins 19946,20,21,22 :
(29)
Tabel 3. Rule of Nine Luka bakar
Head and Neck 9
Face and Neck 4,5
Scalp 4,5
Arm, Forearm and Hand 9
Anterior 4,5
Posterior 4,5
Leg and Foot 18
Anterior 9
Posterior 9
Anterior Trunk 18
Chest 9
Abdomen 9
Posterior Trunk 18
Upper Back 9
Lower Back (includes Buttock) 9
Perineum 1
2.6 Proses penyembuhan Luka
Dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : 1. Mikroorganisme
Mikroorganisme tergantung dari jumlah, jenis dan virulensinya agar dapat menyebabkan terjadinya suatu infeksi. Pada luka bakar infeksi terbanyak disebabkan oleh Stafilokokus, E.coli dan Pseudomonas.23
2. Kepekaan Tubuh
Kepekaan tubuh terdiri dari6,24 : a. Umur
Orangtua dan bayi sangat rentan terhadap infeksi, hal ini disebabkan factor imunologi spesifik yang menurun.
(30)
Laki-laki lebih rentan terhadap kegagalan penyembuhan luka
c. Status Gizi
Status gizi yang buruk akan mempengaruhi penyembuhan luka. Difisiensi protein/albumin akan menurunkan kemampuan pembentukan antibody dan sisntesa kolagen. Difisiensi vitamin A, vitamin C adan Seng akan mempengaruhi sintesa kolagen dan memperlambat kontraksi luka.6,20,22
d. Penyakit kronis
Penyakit seperti Diabetes Mellitus, Panyakit pada ginjal, hati, paru, darah dan gagal jantung sangat mempengaruhi proses penyembuhan luka dan mempunyai resiko tinggi terjadinya infeksi.
e. Kadar hemoglobin
Sintesis kolagen membutuhkan kadar oksigen yang tinggi, sehingga kadar hemoglobin yang rendah akan memperlambat proses penyembuhan.
3. Lingkungan perawatan
Untuk perawatan luka bakar idealnya dirawat di ruang khusus : Bacteria controlled nursing Unit atau Burn Unit. Dimana ruangan tersebut dapat mencegah masuknya kuman dan mengontrol suhu serta kelembaban agar dapat mengurangi kehilangan panas dan cairan tubuh pasien. Sampai saat ini di RSUP H.Adam Malik Medan belum tersedia ruangan yang mumpuni seperti yang telah disebutkan di atas.
4. Morfologi luka a. Keadaan lokal
Semakin luas dan semakin banyak kontaminasi maka akan semakin banyak pula insiden terjadinya infeksi. Hal ini dapat terjadi saat pertolongan pertama atau selama transportasi ke rumah sakit. Pemicu utama terjadinya infeksi adalah perfusi yang kurang dan hipoksia local.20,28
(31)
Lokasi luka juga berhubungan dengan vaskularisasi yang baik yang diperlukan untuk berlangsungnya reaksi inflamasi. Vaskularisasi yang berbeda membuat proses penyembuhan luka juga menjadi berbeda pula.
2.7 KOMPLIKASI
Komplikasi luka bakar diantaranya syok, gangguan pada traktus gastrointestinal (Curling’s Ulcer, ileus paralitik), sepsis, pneumonia, kelainian psikologis, tromboplebitis supuratif, sinusitis supuratif, endikarditis akut dan kontraktur.22,23,25
2.8 PENGOBATAN LOKAL LUKA BAKAR 1. Prinsip pengobatan luka bakar :
a. Mencegah atau mengurangi invasi bakteri ke dalam sirkulasi dan jaringan sekitar b. Mempermudah pengangkatan jaringan nekroisi dan pembentukan jaringan granulasi c. Melindungi jaringan granulasi dan epitel yang baru terbentuk
d. Memperkuat jaringan yang terbentuk sebagai barier terhadap infeksi
2. Karakteristik Pengobatan local luka bakar26,27 : a. Efektif secara topical
b. Mempunyai spectrum antimikroba yang luas
c. Memiliki kemampuan penetrasi ke dalam luka bakar d. Tidak toksik
e. Tidak menyebabkan resistensi kuman
f. Tidak menghambat pertumbuhan jaringan granulasi g. Tidak menghambat pengangkatan eskar
h. Mudah dieliminasi tubuh i. Mudah digunakan
j. Mudah didapatkan k. Bebas dari efek samping28
(32)
Aloe Vera atau lidah buaya termasuk dalam family Liliaceae, merupakan tanaman tropis yang mudah tumbuh di iklim dingin dan panas termasuk di Indonesia. Penggunaan aloe vera sebagai obat-obatan sudah diketahui sejak zaman romawi bahkan lebih lama sebelumnya. Aloe vera digunakan untuk luka bakar, luka robek, iritasi pada kulit, dan mengatasi konstipasi. Saat ini aloe vera banyak dijadikan gel yang diperoleh dari daun aloe vera yaitu jaringan musilagen dan digunakan pada berbagai kosmetik dan campuran obat-obatan.6,7
Aloe vera mengandung 99% air, namun aloe vera gel mengandung nutrisi, vitamin, antioksidan, dan efek imunomodulating. Dalam penelitian lain dikatakan Aloe vera mengandung glikoprotein yang mempercepat proses penyembuhan dengan reaksi anti inflamasi dan mengurangi rasa nyeri, dan mengandung polisakarida yang merangsang perbaikan dan pertumbuhan kulit.8
Penelitian secara invitro dan invivo, didapatkan aloe vera bersifat bakteriostatik dan bakterisid terhadap kuman S.aureus, Streptokokus sp, Kleibsiella sp, Pseudomonas sp, Proteus sp, E.coli, Enterobakter sp, Enterokokus sp, dan MRSA.
Aloe vera mengandung kolesterol, kampersterol dan B-sitosterol sebagai anti inflamasi. Juga mengandung Anti Thromboxane A2 yang meningkatkan aliran darah pada sel yang terluka sehingga penyembuhan luka akan lebih cepat.6,8
Aloe vera mengandung Vitamin A yang merangsang terbentuknya kolagen sehingga memacu terjadinya epitelisasi. Dalam Aloe Vera juga terkandung Vitamin E yang bersifat antioksidan untuk menekan radikal bebas sehingga mencegah kerusakan sel kulit lebih luas.
Dalam sebuah penelitian dikatakan bahwa luka bakar yang diterapi dengan Aloe Vera akan sembuh dalam 16 hari dibandingkan dengan Silver yang sembuh dalam 19 hari.6
MEBO (MOIST EXPOSED BURN OINTMENT) :
Diperkenalkan 2 dekade lalu oleh Xu Rong-Xiang dari Pusat Luka Bakar Beijing-Cina yang merupakan kepala Jurnal Perkumpulan Luka bakar, Luka dan Ulkus Beijing-Cina. Sebagai peneliti, dia menggabungkan pengobatan tradisional Cina dengan pengobatan modern saat ini melalui MEBO. Xu juga mengklaim bahwa dengan MEBO, empat permasalahan besar pada perawatan luka bakar dapat diatasi : kurangi nyeri, control infeksi, kurangi bekas luka dan mencegah nekrosis jaringan luka bakar.
MEBO mengandung beeswax, minyak sesame, 17 asam amino, 14 asam lemak dan polisakarida. Kandungan aktif utamanya adalah B-sitosterol 0,25% yang berfungsi sebagai
(33)
anti inflamasi. Selain itu MEBO terdiri dari ramuan tradisional Cina seperti Radix scutellaria, Cortex Phellodendri, dan Rhizoma coptidis yang berguna untuk menghilangkan panas, mengurangi rasa nyeri dan merangsang regenerasi kulit. Dengan MEBO juga menciptakan lingkungan luka yang lembab, yang optimal untuk penyembuhan dan re-epitelisasi tanpa membutuhkan penutup luka tambahan. 26,27
MEBO mempunyai efek antibakteri, analgesik, mengurangi penguapan air pada permukaan luka bakar dan mempercepat epitelisasi dan penyembuhan luka. Efek anti bakteri diperoleh karena MEBO bersifat hiperosmolar, dimana mencegah pertumbuhan bakteri, dan diwaktu yang bersamaan membuat lingkungan biologis bakteri berubah, menurunkan toksisitas bakteri dan kemampuan invasinya, sehingga bakteri akan lebih sensitive terhadap antibiotic dan memperkuat imunitas local dan sistemik.28
Dalam sebuah penelitian dikatakan Luka bakar yang diterapi dengan MEBO akan sembuh dalam 17 hari dibandingkan dengan Silver yang sembuh dalam 20 hari.8,29,30
2.9 HISTOLOGIC ASESSMENT SCALE
The Histologic assessment scale disusun secara komprehensif untuk menyatukan semua komponen epithelial dan struktur mesenkimal kutaneus, sesuai kedalaman luka. Efek trauma pada struktur epithelial dievaluasi dari ada / tidaknya hiperplasia epidermal, hiperkeratosis dan epithelial appendeges seperti folikel rambut. Efek dari trauma pada struktur mesenkimal dievaluasi dari ada/tidaknya otot polos (erector pilae), proliferasi vaskular, fibroplasia, tipis atau tidak beraturannya serat kolagen.
Tabel 4. Histologic Assessment Scale
(34)
Hyperkeratosis Absent Present Epidermal hyperplasia Absent Present Hair Follicles Absent Present Apocrine gland Absent Present Smooth muscle Absent Present Collagen orientation Normal
Abnormal collagen in the papillary dermis Abnormal collagen in the upper dermis only
Fibroplasia (increase no. of fibrocytes) Absent Present Vascular Absent Present 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 3 2 1 0 1 0 1
Histologic assessment scale diadopsi oleh Singer dkk, 2000. Setiap item diberi nilai secara semiquantitative dengan nilai absen/tidak ditemukan (0) dan present/ditemukan(1). Hasil Histologic dianalisis dengan nonparametric Wilcoxon rank sum test. Dengan nilai P<0,05 dipertimbngkan sebagai bermakna. Range skor (0-10), dengan nilai tertinggi 10 dan terendah nol.31,32
BAB III
(35)
Hyperkeratosis Absent Present Epidermal hyperplasia Absent Present Hair Follicles Absent Present Apocrine gland Absent Present Smooth muscle Absent Present Collagen orientation Normal
Abnormal collagen in the papillary dermis Abnormal collagen in the upper dermis only
Fibroplasia (increase no. of fibrocytes) Absent Present Vascular Absent Present 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 3 2 1 0 1 0 1
Histologic assessment scale diadopsi oleh Singer dkk, 2000. Setiap item diberi nilai secara semiquantitative dengan nilai absen/tidak ditemukan (0) dan present/ditemukan(1). Hasil Histologic dianalisis dengan nonparametric Wilcoxon rank sum test. Dengan nilai P<0,05 dipertimbngkan sebagai bermakna. Range skor (0-10), dengan nilai tertinggi 10 dan terendah nol.31,32
BAB III
(36)
3.1 Desain
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental pada hewan percobaan tikus wistar yang dibagi menjadi 3 kelompok yaitu perlakuan Aloe Vera, MEBO, dan kelompok kontrol.
3.2 Tempat dan waktu
Penelitian ini dilakukan di laboratorium Fisiologi hewan FMIPA USU. Waktu penelitian dilakukan selama 3 bulan, Februari 2014 – April 2014.
3.3 Objek penelitian
Sampel : 18 Hewan percobaan yang digunakan adalah tikus (Wistar) dengan berat 200-250 gram. Dibuat luka pada seluruh kelompok tikus, yaitu kelompok I kontrol negative, kelompok II mendapat Aloe Vera dan kelompok III mendapat MEBO pada daerah luka bakar.
3.4 Perkiraan besar sampel
Besar sampel dihitung menurut rumus Fraenkle and Wallen : (np-1)-(p-1) p2. n= besar sampel, p= banyaknya kelompok perlakuan 3 (tiga) kelompok banyaknya sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini:
(3n-1)-(3-1) ≥ 9 n ≥ 4
3.5 Variabel penelitian Variabel bebas :
1. MEBO 2. Aloe Vera Variabel tergantung :
1. Luas luka
2. Epitelialisasi jaringan
3.6 Definisi operasional
(37)
dalam centimeter.
b. Epitelialisasi jaringan adalah penyembuhan oleh pertumbuhan epitel yang menutupi seluruh permukaan diskontinuitum jaringan yang diukur dengan Histologic Asessment Scale.
3.7. Rencana pengolahan dan analisis data
Data yang terkumpul akan diolah dan dianalisa dengan perangkat SPSS, untuk analisa besar perbedaan statistik antar kelompok digunakan uji one way ANOVA (bila data terdistribusi normal) atau Kruskal Wellis (bila data tidak terdistribusi normal). Nilai p < 0,05 dipertimbangkan sebagai batas kebermaknaan.
3.8. Kerangka konsep
LUKA BAKAR ARTIFICIAL DERAJAT DUA
Aloe Vera
MEBO MOIST DRESSING
(38)
(39)
3.10 Cara kerja
3.10.1. BAHAN DAN ALAT 3.10.1.1. Bahan :
1. MEBO Cream 2. Aloe Vera Lokal 3. Ketamin
4. Nacl 0,9 % 3.10.1.2. Alat :
1. Pisau scalpel no. 22 2. Surgical gloves 3. Syringe 1 cc
4. Besi dengan luas 4 cm2 5. Kamera
6. Kuali SAMPEL DIBAGI 3 KELOMPOKLUKA
LUKA BAKAR ARTIFISIAL
Kelompok I : Kontrol Kelompok II : MEBO Kelompok III:Aloe Vera
LUAS LUKA BAKAR (cm2) diukur dan didokumentasi hari
ke-3,7,14 Analisa
Data
Insisi kulit pada tempat berbeda pada hari ke 3,7, 14 dari setiap kelompok dan dilakukan pemeriksaan mikroskopik
(40)
(a) (b) (c) (d)
(e) (f) (g) (h)
(i) (j)
Gambar 4. Bahan dan alat penelitian: aloe vera (a);MEBO cream (b); timbangan (c); jarum suntik (d); Ketamin (e); alat pengukur (f); Alkohol 70%(g); NaCl 0,9%(h); Formalin 10% (i); alat pencukur (j)
3.10.2. Cara kerja :
1. 18 ekor tikus dibagi atas 3 kelompok luka dipersiapkan 1 minggu sebelumnya untuk beradaptasi dalam kandang berukuran 50 x 50 x 50 cm. Kandang ditempatkan dalam suhu kamar dan cahaya menggunakan sinar matahari secara tidak langsung. Makanan diberikan ad libitum.
(41)
Gambar 5. Masa adaptasi seluruh tikus kelompok kontrol, MEBO, Aloe Vera
2. Sebelum perlakuan tiap hari tikus ditimbang berat badannya.
3. Dilakukan narkose dengan ketamin 0,05 mg untuk setiap 20 mg/KgBB transperitoneal. Dilakukan pencukuran bulu dengan luas 5 x 5 cm.
Gambar 6. Proses pembiusan(a) dan pencukuran (b)
4. Dilakukan pemanasan besi dengan kuali berisi air mendidih 1000 C selama 5 menit. 5. Besi yang telah dipanaskan dilekatkan pada daerah dorsal tikus selama 4 detik
sebanyak 1 luka dengan luas 4 cm2.
a b c
Gambar 7. Pemanasan besi(a), besi ditempelkan (b), luka bakar(c)
(42)
6. Daerah luka bakar diberikan MEBO pada kelompok II , Aloe Vera pada kelompok 7. Salep dioleskan setiap pukul 08.00 wib,13.00 wib dan pukul 18.00 wib per hari. 8. Panjang dan lebar luka diukur dengan penggaris dan difoto dengan jarak kamera ke
tikus sekitar 20 cm hari ke 3,7,14.
9. Tikus dari masing kelompok dianastesi lalu diambil sampel kulit masing-masing kelompok luka diambil pada hari ke 3,7,14 dengan cara yang sama, dan sampel kulit di awetkan dalam formaldehid 10%.
10.Sampel dibenamkan dalam blok parafin dan dilakukan pemotongan secara longitudinal,untuk selanjutnya dilakukan pewarnaan preparat dengan pewarna hematoxyllin-eosin.
11.Pertumbuhan epidermis, dermis, dan neovaskularisasi dan lainnya menggunakan histologic assessment scale dengan menggunakan handy taller dibawah mikroskop cahaya dengan pembesaran 400x oleh ‘blind’ pathologis.
12.Kemudian dilakukan analisa data dengan perangkat komputer SPSS dengan uji statistik one way ANOVA (bila data terdistribusi normal) atau Kruskal Wallis (bila data tidak terdistribusi normal) untuk memperlihatkan kemaknaan antar kelompok.
(43)
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Luas luka
Pada penelitian ini dilakukan pemantauan terhadap perubahan luas luka pada tikus pada hari ke-3,7 dan14, pada masing-masing kelompok perlakuan yaitu kelompok Kontrol, MEBO dan Aloe vera, dimana tidak ada tikus yang mati selama penelitian.
Tabel 5. Perbandingan luas luka hari ke-3,7 dan 14 pada tiap kelompok
Kelompok Luas Luka (mean ± SD) cm2
[Maks. 4 cm2]
Kebermaknaan (ANOVA) Hari ke-3 Hari ke-7 Hari ke-14
Kontrol 3.54±0.25 3,11±0,15 2,11±0,06 <0.05
MEBO 3,02±0,22 1,48±0,13 0,40±0,04 <0.05
Aloe Vera 3,36±0,28 2,25±0,43 1,01±0,04 <0.05
Kebermaknaan (ANOVA)
> 0.05 <0.05 <0.05
Tabel 5 memperlihatkan luas luka tiap kelompok perlakuan pada Kontrol, MEBO dan Aloe vera, dimana terjadi perbedaan luas luka menurut waktu (p<0,05). Namun pada tabel diatas ditunjukkan luas luka kelompok kontrol, MEBO dan Aloe vera pada hari ke 3 tidak ada perbedaan yang bermakna (p>0,05) sedangkan pada hari ke 7 dan 14 didapatkan perbedaan luas luka yang bermakna (p<0,05), dimana luas luka kelompok MEBO lebih kecil dari kelompok Aloe vera dan luas luka kelompok Aloe vera lebih kecil dari kelompok kontrol.
(44)
4.2 Gambaran penyembuhan luka bakar pada hari ke-3, 7 dan 14
Gambar 8. Gambaran luka hari ke-3 kelompok kontrol (a), MEBO (b) dan Aloe Vera(c)
Dari gambar 8 pada hari ke 3 kelompok kontrol menunjukkan gambaran jaringan nekrotik yang belum terangkat. Pada kelompok MEBO dan Aloe Vera tampak jaringan nekrotik mulai terangkat.
Gambar 9. Gambaran luka hari ke-7 kelompok kontrol (a), MEBO (b) dan Aloe Vera(c)
Pada gambar 9, tampak perluasan luka semakin mengecil dan jaringan nekrotik sudah terangkat pada MEBO dan Aloe vera, sedangkan pada luka kontrol jaringan nekrotik masih tampak.
a b c
(45)
Gambar 10. Gambaran luka hari ke-14 kelompok kontrol (a), MEBO(b) dan Aloe Vera(c)
Pada gambar 10, pada hari ke-14 pengamatan dijumpai seluruh tikus pada kelompok MEBO telah sembuh . Sedangkan pada kelompok kontrol dan kelompok Aloe Vera belum dijumpai penyembuhan sempurna. Dari gambar terlihat adanya perbedaan perbaikan luka yang signifikan antara Kelompok MEBO dan kelompok Aloe vera. Dimana luka pada kelompok MEBO lebih baik dari kelompok Aloe vera dan luka kelompok Aloe vera lebih baik dari kelompok kontrol.
4.3 Gambaran Histologi luka pada masing-masing kelompok
(a) (b) (c)
Gambar 11. Histologi luka pada hari ke-3, perlakuan kontrol (a), MEBO (b), Aloe vera (c)
Pada gambar 11 tampak gambaran histologi jaringan luka kelompok kontrol, MEBO dan Aloe vera pada hari ke 3. Dimana pada kelompok kontrol tampak hipervaskularisasi dan peradangan yang luas, sedangkan pada MEBO dan Aloe vera tampak lebih sedikit.
(46)
(a) (b) (c)
Gambar 12. Histologi Penyembuhan luka pada hari ke-7, perlakuan kontrol(a), MEBO(b), Aloe Vera(c)
Pada gambar 12 tampak gambaran histologi jaringan luka kelompok kontrol, MEBO dan Aloe Vera pada hari ke 7 . Dimana dijumpai gambaran sel-sel radang terutama pada kelompok kontrol yang masih banyak serta tampak banyak hipervaskularisasi. Pada gambaran mikroskopis ini juga didapati jaringan kolagen dan fibroblast pada kelompok MEBO.
(a) (b) (c)
Gambar 13. Gambaran histologi penyembuhan luka pada hari ke-14, perlakuan kontrol (a), MEBO(b), Aloe Vera (c)
Pada gambar 13, tampak gambaran histologi jaringan luka pada hari ke 14 yang berbeda pada ketiga kelompok. Dijumpai sel-sel radang yang masih banyak pada kelompok kontrol namun pada kelompok Aloe Vera jumlahnya berkurang dan pada kelompok MEBO sangat minimal.
(47)
Juga tampak gambaran hipervaskularisasi pada kelompok kontrol dan Aloe vera, namun pada kelompok MEBO tampak vaskularisasi yang baik. Pada gambaran mikroskopis ini juga didapati jaringan kolagen dan fibroblast yang belum dominan dengan jarak yang masih renggang dan tidak teratur pada kelompok kontrol namun pada kelompok MEBO sudah teratur, sedangkan pada Aloe vera belum teratur dan belum padat.
Pada seluruh sampel hari ke 14 dilakukan eksisi luka dan diobservasi secara mikroskopik, pertumbuhan epitel di nilai berdasarkan Histologic Assessment Scale. Data yang diperoleh di analisa menggunakan uji Chi-square.
Tabel 6. Histologic Assessment Scale dari seluruh tikus pada masing-masing kelompok
Kel Hiper Keratosis Epidermal Hiperplasia Hair Folicle Apocrine Gland Smooth muscle
Colagen Fibroplasia Vascular
Kontrol 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 1 0 0 2 1 1
0 1 1 1 0 1 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 1 0 1 0 0
MEBO 1 1 1 1 1 3 1 1
1 0 1 1 1 3 1 1
1 1 1 0 1 3 1 1
1 1 1 1 1 3 1 1
1 1 1 0 1 3 1 1
1 1 1 1 1 3 1 1
Aloe Vera
1 1 0 1 1 0 1 0
0 0 1 0 0 1 0 0
1 0 1 1 0 3 0 1
1 1 0 0 1 3 1 1
1 1 1 1 0 2 0 0
(48)
Tabel 7. Parameter dari Histologic Assessment Scale
Hiperkeratosis 0.022
Epidermal hyperplasia 0.068
Hair follicle 0.022
Apocrine Gland 0.054
Smooth musle 0.044
Kolagen 0.010
Fibroplasia 0.012
Vaskular 0.052
p < 0.05
Pada tabel 7, diperoleh nilai signifikan pada perlakuan MEBO terhadap kelompok kontrol dan Aloe Vera pada parameter hiperkeratosis, smooth muscle, kolagen, fibroplasia, dan vascular, kecuali pada parameter pertumbuhan epidermal hiperplasia dan Apocrine Gland.
Tabel 8. Rata-rata total skor Histologic Assessment Scale pada setiap kelompok
Kelompok Skor Rata-rata ± SD
Kontrol 1,83±1,55
MEBO 9,55±0,45
Aloe Vera 6,50±1,34
Tabel 8, memperlihatkan rata-rata skor histologic assessment scale pada kelompok kontrol, MEBO dan Aloe Vera. Dimana terdapat perbedaan yang bermakna (p=0,001), dimana kelompok MEBO lebih baik daripada kelompok Aloe vera dan kelompok aloe vera lebih baik daripada kelompok kontrol.
(49)
BAB 5 PEMBAHASAN
MEBO (Moist Exposed Burn Ointment) adalah agen topikal yang berasal dari Cina dikembangkan pada tahun 1989, dan dipatenkan FDA tahun 1995. MEBO dengan kadar kelembaban yang tinggi sehingga menimbulkan kemampuan untuk menyerap air dari luka (osmolaritas), dan MEBO terbukti menekan proliferasi bakteri dan meningkatkan epitelialisasi yang cepat. MEBO menyediakan lapisan yang non adheren diantara pembalut dan dasar luka, sehingga menimbulkan lingkungan yang lembab untuk penyembuhan luka, dan mencegah pembalut untuk merobek jaringan ikat yang baru tumbuh ketika diganti dan tingkat toksisitas yang sangat rendah.
Dari penelitian ini, didapati bahwa kelompok tikus yang diberikan Moist Exposed Burn Ointment (MEBO) topikal memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan kelompok yang lain. Selain itu, penyembuhan luas luka bakar pada hari ke-14 berbeda bermakna bila dibandingkan dengan kelompok kontrol dan kelompok dengan pemberian Aloe Vera.
Penelitian Xu RX, 2004. Melakukan penelitian pada 6 orang dengan luas luka bakar 12 s/d 45 % luka bakar, diberikan pengobatan topikal dengan MEBO mengumpulkan dan memeriksa jaringan setelah luka bakar hari 1,3,5,7,10,15 dan 20. Semua spesimen dilakukan pemeriksaan histopatologi dengan pewarnaan HE diperoleh perubahan dari luka bakar derajat III mengalami perubahan dengan awal jaringan nekrotik dan denaturasi kemudian terjadi kelembaban pada jaringan dan restorasi. Luka bakar mengalami penyembuhan yang sempurna. Hal serupa dijumpai dari hasil penelitian ini didapati bahwa waktu penyembuhan luka bakar dengan MEBO lebih baik secara signifikan dibandingkan dengan pemberian Aloe Vera pada luka bakar derajat dua.
Salah satu penyebab penyembuhan yang cepat pada pemberian MEBO topikal adalah efek antibakterialnya, sehingga tidak terjadi infeksi yang menjadi komplikasi dalam penyembuhan luka. Efek antibakterial ini dibuktikan oleh penelitian (Xu RX,2004) meneliti 14 pasien dengan kasus luka bakar di berikan terapi MEBO (4-20 hari) swab diambil dari luka setelah pemberian MEBO pada saat mengganti balutan luka, kemudian dilakukan kultur
(50)
dan sensitivitas test. Hasilnya MEBO tidak memiliki efek antimikrobial secara langsung tetapi dapat mengurangi motilitas dari bakteri.
Pada penelitian ini, kelompok dengan pemberian MEBO menunjukkan proses penyembuhan luka yang lebih baik dimana hasil pengukuran luka yang dilakukan pada hari ke 7 dan 14, kelompok MEBO lebih kecil ukurannya bila dibandingkan dengan kelompok Aloe vera dan kontrol.
Aloe vera mengandung 6 agen antiseptik seperti lupeol, asam salisilat, urea nitrogen, asam sinamoa, fenol dan sulfur. Lupeol dan asam salisilat sangat efektif menyembuhkan luka. Senyawa senyawa tersebut ampuh mengendalikan dan membunuh bakteri, jamur dan virus penyebab infeksi.Pada trauma akan dikeluarkan mediator thromboxane A2 yang akan memperberat kerusakan jaringan. Asam salisilat yang dikandung aloe vera juga berfungsi sebagai penghambat keluarnya mediator thromboxane A2 sehingga mencegah progresifitas kerusakan jaringan. Pada penelitian ini walaupun dijumpai luka bakar yang tidak sembuh sempurna namun tidak dijumpai adanya proses infeksi.
Pada penelitian ini didapati gambaran histologi menunjukkan bahwa perbaikan luka pada kelompok MEBO lebih baik dengan reaksi peradangan yang minimal serta epitelisasi yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok Aloe Vera.
Pada penilaian Histologic Assessment Scale didapatkan rata-rata nilai pada tikus dengan pemakaian MEBO menunjukkan angka yang lebih tinggi dibandingkan Aloe Vera dan Kontrol. Sehingga dapat dikatakan bahwa secara mikroskopik MEBO lebih baik dalam penyembuhan luka dibandingkan Aloe Vera.
(51)
BAB 6 SIMPULAN
6.1 Simpulan
1. Terdapat perbedaan bermakna terjadinya epitelialisasi pada luka bakar derajat dua pasca pemberian MEBO dengan Aloe Vera pada hewan coba.
2. Dari penilaian luas luka bakar pada hari ke 7 dan 14, menunjukkan perbedaan yang bermakna antara kelompok MEBO dengan kelompok aloe vera (p<0.05)
3. Secara mikroskopis, epitelialisasi dinilai secara histologi, antara MEBO dengan Aloe Vera menunjukkan hasil yang bermakna pada parameter: hiperkeratosis, folikel rambut, otot polos, kolagen, fibroplasia dan vaskular (p<0.05). Namun tidak bermakna pada parameter hiperplasia epidermal dan kelenjar apokrin
4. Pada luka bakar derajat dua, proses terjadinya epitelialisasi lebih baik pada kelompok MEBO dibandingkan dengan kelompok Aloe Vera secara mikroskopis.
6.2 Saran
1. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menilai mekanisme perbaikan epitelial pasca luka secara selular dan molekular dengan pemakaian MEBO dan Aloe vera topikal. 2. Diperlukan penelitian lebih lanjut menilai percepatan penyembuhan luka bakar
dengan pemakaian MEBO dan Aloe vera topikal.
3. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan Aloe Vera dalam berbagai konsentrat untuk mencapai epitelialisasi yang lebih baik.
(52)
DAFTAR PUSTAKA
1.Denthezin NN. Current Concept of Burn therapy. Pharmaceutical and Chemical Works, Yugoslavia,1998;11-47
2.Gibran NS, Committee on Organization and Delivery of Burn Care, American Burn Association. Practice guidelines for burn care, 2006. J Burn Care Res 2006; 4: 437-38. 3.Davis,Robert H, Wound Healing Effects of Aloe vera gel and other topical antibacterial
agents on rat skin, Phytotherapy research, United Kingdom,1995;455-547
4.Lai wing, Hong-Qi Zhang, Comparison of MEBO with Silver Sulfadiazine(Ag-S) For the treatment of Deep Burn Injury. Chin J Plast Burn Surg 2004: 3:150-2
5.Yefta Moenadjat, dkk : Luka Bakar, Edisi I, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2008.
6.Widagdo D. Tri. Perbandingan pemakaian Aloe vera dan Silver Sulfadiazin Topikal pada penyembuhan luka bakar derajat dua.Semarang.2004;5-13
7.M.Sjaifuddin Noer : Penanganan Luka Bakar, Airlangga University Press, Surabaya, 2006.
8.Visathikosal V,Chowebuen B,Suknawati Y,Srirairatna S,Boon PV, Effect of aloe vera gel to healing of burn wound,A Clinical and Histologic study, J Med Assoc Thai,1995;413-419 9. Xu, R. X., Xu, Z. I. and Xie, E. F. (2004) The effect of MEBT/MEBO on epidermal
regenerative stem cells. Chin J Burns Wounds Surf Ulcers 12(3):41-43.
10.Bighs MR, Cruz NI, Suarez A. Comparative evaluation of Aloe Vera in Management of Burn wound in Guinea, In : The surgical research laboratories and the division of plastic surgery at the university of Puerto Rico School of Medicine,1987;38-43
11.Ioannovich, J., Tsati, E., Tsoutsos, D., Frangia, K. et al. (2000) Moist exposed burn therapy: Evaluation of the epithelial repair process (an experimental model). Ann Burns Fire Disast 13:3-9.
12.Klein MB.Grabb and Smith’s. Plastic surgery. Ed ke-7. USA : Lippincott William & Wilkins, 2007: (17) 132-41
13.Fang, Z. Y., Wu, Z. L., Gao, X.S an Xu, F.X. The theory and practice of burns. Lianoning Science and Technology Press: Shenyang. 1989;Pp.279-295.
14.Gilman & Goodman, “Pharmacologic Basis of Therapeutics”(5th ed), McMullin, NY.1998.p.930
15.Bell JL, Burn,In:Davis L,Christopher’s textbook of surgery 10th ed, W.B Saunders,Philadelphia,1976;182-197
(53)
16.Blocke TG, Burns,In:Converse JM,Reconstructive plastic surgery, Principles and procedures in correction, reconstruction and transplantation 11th ed, WB Saunders,Philadelphia,1977;288-305
17.Wang, X. Y., Wang, Z. C., Sun, J. M. et al. Experimental research on three Chinese medicinal ointments against Pseudomonas aeruginosa. Shi Yong Yi Yao Zha Zhi 9(2),1996; 24-25.
18.Ang, E., Lee, S. T., Gan, C. S. et al. Pain control in a randomized, controlled, clinical trial comparing moist exposed burn ointment and conventional methods in patients with partial-thickness burns. Burn Care Rehabil Sep-Oct;24(5),2003;289-296.
19.Forrest, A. P. M., Carter, D. C. Macleod, I. B. et al. Burns. Principles and Practice of Surgery, 3rd Edition. Churchill Livingstone: Edinburgh.1995; pp.134-9.
20.Mozingo, W. D. Thermal Injury. In: Corson, D. J. and Williamson, C. N. R. (eds.) Surgery. Mosby: New York. Section 2, ch13,2010; pp.1-12.
21.Wolf, S. E. and Herndon, D. N. (2001) Burns. In: Townsend, C. M. Jr. (ed.), Sabiston Textbook of Surgery, 16th Edition. W. B. Saunders: Philadelphia. pp.345-352.
22.Alexander, J. W. and Moncrief, J. A. (1966) Alterations of the immune response following severe thermal injury. Arch Surg 93:75-83.
23.Karayil S, Deshpande SD, Koppikar GV. Effect of multidrug resistant organisms and its synergistic action with three common antibiotics. J Postgrad Med 1998;44:93-6
24.Ahsan, I. Textbook of Surgery. Burn.Harwood Academic Publishers: Amsterdam.1997; pp.22-29.
25.Sudjatmiko G. Luka bakar. Petunjuk praktis bedah plastik rekonstruksi ed ke- 3. Yayasan Khasanah Kebajikan, 2011:144-7
26.Yan R, Zhu M, Zhong J. Effect of “Moist Burn Ointment-mei bao” on production of Il-2 in burn rats and its clinical problems. Chin J Plast Burn Surg 1994;3:150-2.
27.Wang, K. S. (2000) Clinical report on the Moist Exposed Burn Ointment (MEBO) including 110 clinical cases. Chin J Burns Wounds Surf Ulcers 2:19-24.
28.Remo P. Management of burn injuries of various depths. British Medical journal 2004: 329; 158-60
29.Kopp, J., Wang, G. Y., Horch, R. E. et al. (2003) Ancient traditional Chinese medicine in burn treatment: a historical review. Burns 29:473-478.
30.Zhao, J. C. (2000) Clinical report on the efficacy of the Moist Exposed Burn Ointment (MEBO) in treating deep burn injury including 48 clinical cases. Chin J Burns Wounds Surf Ulcers 2:24-26.
(54)
31.Ratcliffe, N. A. Practical illustrated histology. Macmillan: London. 1983;pp.23-30.
32.Singer AJ, Thode H, Mc Clain S. development of a histologic scale to quantify cutaneous scar after burns. Acad Emerg Med 2000;7:1083
(55)
Lampiran 1
Gambaran Histologi Luka pada masing – masing kelompok
Kelompok Hari Tikus 1 Tikus 2 Tikus 3 Tikus 4 Tikus 5 Tikus 6
Kontrol
3
7
14
MEBO 3
(56)
14
Aloe Vera 3
7
(57)
Lampiran 2
Gambaran Luka pada masing – masing kelompok
Kelompok Hari Tikus 1 Tikus 2 Tikus 3 Tikus 4 Tikus 5 Tikus 6
Kontrol
3 7
14
MEBO 3
7
14
Aloe Vera 3
7
(58)
Lampiran 3 Susunan Penelitian
1. Peneliti
a. Nama Lengkap : Dr. Sayed Musy’ari b. Pangkat/Gol/NIP : 198003252006041007 c. Jabatan Fungsional : PPDS Ilmu Bedah
d. Fakultas : Kedokteran
e. Perguruan Tinggi : Universitas Sumatera Utara 2. Pembimbing I
a. Nama Lengkap : Dr. Frank Bietra Buchari,SpBP-RE(K) b. Pangkat/Gol/NIP : Penata Tk I / IIId / 140377549
c. Jabatan : Ketua Divisi Bedah Plastik
d. Fakultas : Kedokteran
e. Perguruan Tinggi : Universitas Sumatera Utara
f. Bidang Keahlian : Ilmu Bedah Plastik, Rekonstruksi dan Estetik 3. Pembimbing II
a. Nama Lengkap : Dr. Eddy Sutrisno, SpBP-RE(K) b. Pangkat/Gol/NIP : 140 201 785
c. Jabatan : Staf Div. Bedah Plastik
d. Fakultas : Kedokteran
e. Perguruan Tinggi : Universitas Sumatera Utara
f. Bidang Keahlian : Ilmu Bedah Plastik, Rekonstruksi dan Estetik 4. Pembimbing III
a.Nama Lengkap : Dr. Utama Abdi Tarigan, SpBP-RE(K) b.Pangkat/Gol/NIP : 197106162001021001
c.Jabatan : Staf Div. Bedah Plastik
d.Fakultas : Kedokteran
e.Perguruan Tinggi : Universitas Sumatera Utara
(59)
Lampiran 4
Anggaran Penelitian
No Uraian Jumlah
1 Honorarium Rp 6.600.000
2 Fotokopi Rp 750.000
3 Pembuatan Proposal dan Laporan Penelitian Rp 300.000 4 Penggandaan Proposal dan Laporan Penelitian Rp 1.000.000
Total Rp 8.650.000
(60)
Lampiran 5 Jadwal Penelitian
No Jenis Kegiatan
Waktu ( 12 minggu )
Februari 2O14 Maret 2014 April 2014
1 PERSIAPAN
2 PELAKSANAAN
3 PENYUSUNAN
LAPORAN
4 PENGGANDAAN
(1)
Lampiran 1
Gambaran Histologi Luka pada masing – masing kelompok
Kelompok Hari Tikus 1 Tikus 2 Tikus 3 Tikus 4 Tikus 5 Tikus 6
Kontrol
3
7
14
MEBO 3
(2)
Aloe Vera 3
7
(3)
Lampiran 2
Gambaran Luka pada masing – masing kelompok
Kelompok Hari Tikus 1 Tikus 2 Tikus 3 Tikus 4 Tikus 5 Tikus 6
Kontrol
3 7
14
MEBO 3
7
14
Aloe Vera 3
7
(4)
Susunan Penelitian
1. Peneliti
a. Nama Lengkap : Dr. Sayed Musy’ari b. Pangkat/Gol/NIP : 198003252006041007 c. Jabatan Fungsional : PPDS Ilmu Bedah d. Fakultas : Kedokteran
e. Perguruan Tinggi : Universitas Sumatera Utara 2. Pembimbing I
a. Nama Lengkap : Dr. Frank Bietra Buchari,SpBP-RE(K) b. Pangkat/Gol/NIP : Penata Tk I / IIId / 140377549
c. Jabatan : Ketua Divisi Bedah Plastik d. Fakultas : Kedokteran
e. Perguruan Tinggi : Universitas Sumatera Utara
f. Bidang Keahlian : Ilmu Bedah Plastik, Rekonstruksi dan Estetik 3. Pembimbing II
a. Nama Lengkap : Dr. Eddy Sutrisno, SpBP-RE(K) b. Pangkat/Gol/NIP : 140 201 785
c. Jabatan : Staf Div. Bedah Plastik d. Fakultas : Kedokteran
e. Perguruan Tinggi : Universitas Sumatera Utara
f. Bidang Keahlian : Ilmu Bedah Plastik, Rekonstruksi dan Estetik 4. Pembimbing III
a.Nama Lengkap : Dr. Utama Abdi Tarigan, SpBP-RE(K) b.Pangkat/Gol/NIP : 197106162001021001
c.Jabatan : Staf Div. Bedah Plastik d.Fakultas : Kedokteran
e.Perguruan Tinggi : Universitas Sumatera Utara
(5)
Lampiran 4
Anggaran Penelitian
No Uraian Jumlah
1 Honorarium Rp 6.600.000
2 Fotokopi Rp 750.000 3 Pembuatan Proposal dan Laporan Penelitian Rp 300.000 4 Penggandaan Proposal dan Laporan Penelitian Rp 1.000.000
Total Rp 8.650.000
(6)
Lampiran 5
Jadwal Penelitian
No Jenis Kegiatan
Waktu ( 12 minggu )
Februari 2O14 Maret 2014 April 2014
1 PERSIAPAN 2 PELAKSANAAN 3 PENYUSUNAN
LAPORAN 4 PENGGANDAAN