Tabel 2. Kedalaman luka bakar.
Kedalaman Warna
Bullae Capillary
refill Sensasi
Penyembuhan Luka parut
First Degree Epidermal
Merah Tidak
ada Cepat 1-2
detik Nyeri
Dalam 7 hari Tidak ada
Superficial Dermal
superficial partial
Merah Pink Pucat
Kecil Cepat 1-2
detik Nyeri
Dalalam 14 hari Tidak ada,
ada perbedaan
warna Mid Dermal
Partial Pink Tua
Ada Lambat 2
detik Nyeri
2-3 mgg dapat memerlukan
skin graft Ada jika
sembuh 3 mgg
Deep Dermal Bercak-
bercak merah put
ih Bisa
ada tidak Lambat 2
detik Absen
Nyeri Memerlukan
skin Graft Ada
Full-thickness Putih
Coklat hita m merah
tua Tidak
ada Absen
Tidak ada Memerlukan
skin graft Ada
2.4 Pembagian Zona Luka Bakar
1. Zona NekrosisKoagulasi, zona yang langsung mengalami kerusakan koagulasi protein 2. Zona Stasis, zona yang berada langsung di luar zona nekrosis, disini terjadi kerusakan dan
gangguan permeabilitas pembuluh darah no flow phenomenon. Proses ini dapat berlangsung 12-24 jam pasca kejadian dan dapat berakhir dengan nekrosis jaringan
3. Zona hiperemi, zona diluar zona stasis yang ikut mengalami reaksi berupa vasodilatasi tanpa banyak melibatkan reaksi seluler. Umumnya dapat sembuh spontan dalam 7-10
hari.
20
2.5 Luas Luka bakar
Menentukan luas luka bakar menggunakan Rule of Nines yang diperkenalkan oleh Tompkins 1994
6,20,21,22
:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3. Rule of Nine Luka bakar
Head and Neck 9
Face and Neck 4,5
Scalp 4,5
Arm, Forearm and Hand 9
Anterior 4,5
Posterior 4,5
Leg and Foot
18 Anterior
9 Posterior
9
Anterior Trunk 18
Chest 9
Abdomen 9
Posterior Trunk
18 Upper Back
9 Lower Back includes Buttock
9
Perineum 1
2.6 Proses penyembuhan Luka
Dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : 1. Mikroorganisme
Mikroorganisme tergantung dari jumlah, jenis dan virulensinya agar dapat menyebabkan terjadinya suatu infeksi. Pada luka bakar infeksi terbanyak disebabkan oleh Stafilokokus,
E.coli dan Pseudomonas.
23
2. Kepekaan Tubuh Kepekaan tubuh terdiri dari
6,24
: a. Umur
Orangtua dan bayi sangat rentan terhadap infeksi, hal ini disebabkan factor imunologi spesifik yang menurun.
b. Jenis Kelamin
Universitas Sumatera Utara
Laki-laki lebih rentan terhadap kegagalan penyembuhan luka
c. Status Gizi Status gizi yang buruk akan mempengaruhi penyembuhan luka. Difisiensi
proteinalbumin akan menurunkan kemampuan pembentukan antibody dan sisntesa kolagen. Difisiensi vitamin A, vitamin C adan Seng akan mempengaruhi sintesa
kolagen dan memperlambat kontraksi luka.
6,20,22
d. Penyakit kronis Penyakit seperti Diabetes Mellitus, Panyakit pada ginjal, hati, paru, darah dan gagal
jantung sangat mempengaruhi proses penyembuhan luka dan mempunyai resiko tinggi terjadinya infeksi.
e. Kadar hemoglobin Sintesis kolagen membutuhkan kadar oksigen yang tinggi, sehingga kadar
hemoglobin yang rendah akan memperlambat proses penyembuhan.
3. Lingkungan perawatan Untuk perawatan luka bakar idealnya dirawat di ruang khusus : Bacteria controlled
nursing Unit atau Burn Unit. Dimana ruangan tersebut dapat mencegah masuknya kuman dan mengontrol suhu serta kelembaban agar dapat mengurangi kehilangan panas dan
cairan tubuh pasien. Sampai saat ini di RSUP H.Adam Malik Medan belum tersedia ruangan yang mumpuni seperti yang telah disebutkan di atas.
4. Morfologi luka a. Keadaan lokal
Semakin luas dan semakin banyak kontaminasi maka akan semakin banyak pula insiden terjadinya infeksi. Hal ini dapat terjadi saat pertolongan pertama atau selama
transportasi ke rumah sakit. Pemicu utama terjadinya infeksi adalah perfusi yang kurang dan hipoksia local.
20,28
b. Lokasi Luka
Universitas Sumatera Utara
Lokasi luka juga berhubungan dengan vaskularisasi yang baik yang diperlukan untuk berlangsungnya reaksi inflamasi. Vaskularisasi yang berbeda membuat proses
penyembuhan luka juga menjadi berbeda pula.
2.7 KOMPLIKASI