RUMUSAN MASALAH HIPOTESIS PENELITIAN Patologi dan Mikrobiologi Fase Penyembuhan Luka Bakar

MEBO juga menciptakan lingkungan luka yang lembab, yang optimal untuk penyembuhan dan re-epitelisasi tanpa membutuhkan penutup luka tambahan. 7,8,9 Aloe vera mengandung 6 agen antiseptik seperti lupeol, asam salisilat, urea nitrogen, asam sinamoa, fenol dan sulfur. Lupeol dan asam salisilat sangat efektif menyembuhkan luka. Senyawa senyawa tersebut ampuh mengendalikan dan membunuh bakteri, jamur dan virus penyebab infeksi. 10,11 Pada trauma akan dikeluarkan mediator thromboxane A2 yang akan memperberat kerusakan jaringan. Asam salisilat yang dikandung aloe vera juga berfungsi sebagai penghambat keluarnya mediator thromboxane A2 sehingga mencegah progresifitas kerusakan jaringan. 10,11,12 Dari pengamatan klinis, banyak penelitian tentang MEBO dan penggunaan MEBO di rumah sakit, bahkan di beberapa Rumah sakit swasta menjadi standar pengobatan luka bakar, namun salep MEBO harganya masih cukup mahal, dan masih sulit didapat terutama di daerah-daerah kabupaten. Indonesia dengan iklim tropis, banyak tanaman obat tradisional yang tumbuh subur, salah satunya aloe vera atau lidah buaya. Sudah dilakukan penelitian aloe vera dibandingkan SSD 1 dan MEBO dibandingkan SSD 1, yang kesemuanya Aloe Vera dan MEBO lebih baik dari pada SSD 1. Sedangkan penelitian membandingkan aloe vera dengan MEBO belum ada. Oleh karena itulah peneliti melakukan penelitian ini.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Apakah ada perbedaan terjadinya epitelialisasi pada luka bakar derajat dua dengan pemakaian Aloe vera dan MEBO pada hewan coba.

1.3 HIPOTESIS PENELITIAN

Ada perbedaan terjadinya epitelialisasi pada luka bakar derajat dua dengan pemakaian Aloe Vera dan MEBO pada hewan coba. 1.4 Tujuan 1.4.1 Tujuan Umum Membandingkan perbedaan terjadinya epitelialisasi pada luka bakar derajat dua dengan pemakaian Aloe vera dan MEBO pada hewan coba. Universitas Sumatera Utara

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui terjadinya epitelialisasi pada luka bakat derajat dua dengan pemakaian Aloe Vera pada hewan coba. 2. Mengetahui terjadinya epitelialisasi pada luka bakar derajat dua dengan pemakaian MEBO pada hewan coba. 1.5 Manfaat 1.5.1 Bidang akademik ilmiah Meningkatkan pengetahuan peneliti di bidang Bedah Plastik, khususnya tentang perawatan luka bakar derajat dua dengan Aloe vera dan MEBO.

1.5.2 Bidang pelayanan masyarakat

Meningkatkan pelayanan penderita luka bakar, khususnya pelayanan dibidang bedah plastik.

1.5.3 Bidang pengembangan penelitian

Memberikan data awal terhadap departemen Bedah Plastik mengenai perawatan luka bakar derajat dua dengan menggunakan Aloe vera dan MEBO. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Patologi dan Mikrobiologi

Luka bakar adalah luka iskemi dimana terjadi thrombosis pada arteriole, kapiler, venule, bahkan kadang-kadang pada pembuluh darah yang lebih besar. Pemberian anti mikroba sistemik dalam keadaan ini kurang efektif karena penetrasinya kurang pada jaringan yang mengalami luka bakar akibat gangguan sirkulasi local. Pemberian anti mikroba topical merupakan pilihan dan sama pentingnya dengan resusitasi cairan, karena penyebab terbanyak kematian pada luka bakar adalah syok dan sepsis berat. 14 Jenis bakteri penyebab infeksi terbanyak pada luka bakar adalah Staphylococcus aureus, Koliform, Pseudomonas aeruginosa, Proteus sp, dan Streptococcus piogenes. 15

2.2 Fase Penyembuhan Luka Bakar

Terbagi menjadi 3 fase 16 : 1. Fase Inflamasi Berlangsung sejak terjadinya luka sampai hari ke-5. Sel mast dalam jaringan ikat menghasilkan serotonin dan histamine yang meningkatkan peermeabilitas kapiler, sehingga terjadi eksudasi cairan, penyerbukan sel radang disertai vasodilatasi setempat yang menyebabkan edema dan pembengkakan. Aktifitas seluler yang terjadi pada fase ini adalah migrasi leukosit dari pembuluh darah yang dilatasi. Leukosit ini mengeluarkan enzim hidrolitik yang membantu mencerna mikroorganisme. Sedangkan pembentukan kolagen pada fase ini masih sedikit. Bila diskematiskan menjadi: a. Dimulai saat terjadi luka, bertahan 2 sampai 3 hari b. Diawali dengan vasokontriksi untuk mencapai hemostasis efek epinefrin dan tromboksan c. Thrombus terbentuk, dan rangkaian pembekuan darah diaktifkan, terjadi deposisi fibrin d. Keping darah melepaskan platelet derived growth factor PDGF dan transforming growth factor β TGF β dari granula alfa, yang menarik sel-sel inflamasi terutama makrofag Universitas Sumatera Utara e. Setelah hemostasis tercapai, terjadi vasodilatasi dan permeabilitas darah meningkat akibat histamine, platelet activating factor, bradikinin, prostaglandin I2, prostaglandin E2 membantu infiltrasi sel- sel inflamasi ke daerah luka f. Jumlah nerofil memuncak dalam 24 jam dan membantu debridement g. Monosit memasuki luka, menjadi makrofag, dan jumlahnya memuncak dalam 2-3 hari h. Sejumlah kecil limfosit juga memasuki luka, tetapi perannya tidak diketahui i. Makrofag menghasilkan PD GF dan TGF β, akan menarik fibroblast dan merangsang pembentukan kolagen Gambar 1. Fase inflamasi dalam proses penyembuhan luka 2.Fase ProliferasiFibroplasia Fase ini berlangsung dari akhir fase inflamasi hari ke-5 sampai hari ke-14. Pada fase ini luka dipenuhi sel radang fibroblast dan kolagen membentuk jaringan berwarna kemerahan dan mudah berdarah dengan permukaan yang berbenjol halus yang disebut granulasi. Pada fase ini juga terjadi proses mitosis kea rah permukaan yang datar atau lebih rendah. Bila diskematiskan menjadi : a. Dimulai pada hari ke-3 setelah fibroblast terbentuk, dan bertahan hingga minggu ke-3 b. Fibroblast ditarik dan diaktifkan PDGF dan TGF β, memasuki luka pada hari ke-3, mencapai jumlah terbanyak pada hari ke-7 c. Terjadi sintesis kolagen, angiogenesis dan epitelialisasi Universitas Sumatera Utara d. Jumlah kolagen total meningkat selama 3 minggu, hingga produksi dan pemecahan kolagen mencapai keseimbangan Gambar 2. Fase proliferatif dalam proses penyembuhan luka 3.Fase MaturasiRemodelling Fase ini berlangsung berbulan-bulan. Disini terjadio proses pematangan yang terdiri dari penyerapan kembali jaringan yang berlebihan dan penaatan kembali jaringan yang baru terbentuk. a. Peningkatan produksi maupun penyerapan kolagen berlangsung selama 6 bulan hingga 1 tahun b. Kolagen tipe I menggantikan kolagen tipe III hingga mencapai perbandingan 4:1 c. Kekuatan luka meningkat sejalan dengan reorganisasi kolagen sepanjang garis tegangan kulit dan terjadinya cross link kolagen Universitas Sumatera Utara Gambar 3. Fase remodeling dalam proses penyembuhan luka

2.3 Klasifikasi Luka Bakar

Dokumen yang terkait

PERBANDINGAN TINGKAT KESEMBUHAN LUKA BAKAR DERAJAT II ANTARA YANG DIBERI MADU TOPIKAL NEKTAR KOPI DENGAN MOIST EXPOSED BURN OINTMENT (MEBO) PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) DEWASA JANTAN GALUR Sprague dawley

8 45 78

FORMULASI KRIM EKSTRAK LIDAH BUAYA (ALOE VERA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYEMBUH LUKA BAKAR

31 160 63

Penutupan Defek Luka Bakar Pada Daerah Kepala dan Leher Belakang Akibat Luka Bakar Listrik (deep burn).

0 0 8

PERBEDAAN EPITELISASI LUKA BAKAR DERAJAT II PADA PENGGUNAAN SILVER SULVADIAZIN DAN MOIST EXPOSED BURN OINTMENT.

0 0 3

PERBEDAAN EFEKTIFITAS EPITELISASI ANTARA PERAWATAN TERBUKA MENGGUNAKAN Moist Exposed Burn Ointment DENGAN PERAWATAN TERTUTUP MENGGUNAKAN NaCl 0,9% PADA LUKA BAKAR DERAJAT II DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA.

0 0 15

Perbedaan Epitelisasi Luka Bakar Derajat II Pada Penggunaan Silver Sulvadiazin dan Moist Exposed Burn Ointment BAB 0

0 0 11

PERBANDINGAN PEMAKAIAN ALOE VERA 30%, 40% DAN SILVER SULFADIAZINE 1% TOPIKAL PADA PENYEMBUHAN LUKA BAKAR DERAJAT II - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 40

PERBANDINGAN PEMAKAIAN ALOE VERA 25%, 40% DAN SILVER SULFADIAZINE 1% TOPIKAL PADA PENYEMBUHAN LUKA BAKAR DERAJAD II - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 36

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Perbandingan Terjadinya Epitelialisasi Pada Luka Bakar Derajat Dua Dengan Pemakaian Aloe Vera Dan Moist Exposed Burn Oinment Pada Hewan Coba

0 1 13

Perbandingan Terjadinya Epitelialisasi Pada Luka Bakar Derajat Dua Dengan Pemakaian Aloe Vera Dan Moist Exposed Burn Oinment Pada Hewan Coba

0 0 16