Efektivitas Retribusi Pelayanan Pencegahan Bahaya Kebakaran Tahun 2005-2009
3. Kontribusi Retribusi Jasa Umum Kota Surakarta Secara Keseluruhan Terhadap Pendapatan Asli Daerah Tahun 2005-2009
Kontribusi penerimaan retribusi jasa umum terhadap pendapatan asli daerah dapat diukur dengan membandingkan antara realisasi penerimaan
retribusi jasa umum dengan realisasi penerimaan pendapatan asli daerah. Setelah didapat perbandinganya maka dapat dilihat berdasarkan kriterianya
apakah memiliki kontribusi atau tidak. Berdasarkan perhitungan diatas didapat bahwa nilai perbandingan
antara retribusi jasa umum secara keseluruhan terhadap pendapatan asli daerah pada tahun 2005 adalah sebesar 28,83 yang berarti bahwa retribusi
jasa umum secara keseluruhan sangat berkontribusi terhadap pendapatan asli daerah. Pada tahun 2006 walaupun terjadi penurunan kontribusi retribusi jasa
umum secara keseluruhan terhadap pendapatan asli daerah tetap tinggi yaitu 24,56, yang berarti bahwa pada tahun 2006 retribusi jasa umum sangat
berkontribusi terhadap pendapatan asli daerah. Kontribusi retribusi jasa umum secara keseluruhan terhadap pendapatan asli daerah mengalami
penurunan kembali pada tahun 2007, yaitu menjadi sebesar 22,92. Yang berarti pada tahun 2007 kontribusi retribusi jasa umum secara keseluruhan
masih sangat berkontribusi terhadap pendapatan asli daerah Surakarta. Di tahun 2008 kontribusi retrubusi jasa umum secara keseluruhan masih tetap
tinggi yaitu sebesar 22,06. Berarti retribusi jasa umum masih sangat berkontribusi terhadap pendapatan asli daerah kota Surakarta. Kemudian pada
tahun 2009 retribusi jasa umum juga tetap sangat berkontribusi terhadap pendapatan asli daerah kota Surakarta yaitu pada angka persentase 21,66.
Jika diamati dalam kurun waktu lima tahun tersebut, terdapat penurunan tingkat kontribusi yang terjadi terus menerus setiap tahunnya. Hal
tersebut dikarenakan peningkatan penerimaan retribusi jasa umum masih kurang berimbang dengan kenaikan pendapatan asli daerah, sehingga
konntribusinya terlihat menurun. Walau terjadi penurunan persentase kontribusinya,namun selama lima tahun tersebut retribusi jasa umum selalu
sangat berkontribusi terhadap pendapatan asli daerah kota Surakarta.
4. Kontribusi Retribusi Jasa Umum Kota Surakarta Berdasarkan Sub-sub Retribusinya Terhadap Pendapatan Asli Daerah Tahun 2005-2009
Selama kurun waktu tahun 2005-2009 tidak semua retribusi jasa umum berdasarkan sub-sub retribusinya mempunyai kontribusi terhadap
pendapatan asli daerah kota Surakarta. Hal ini dikarenakan adanya penerimaan objek retribusi jasa umum yang masih sangat sedikit
dibandingkan dengan pendapatan asli daerah. Diantara objek retribusi jasa umum hanya retribusi pelayanan persampahan dan retribusi pelayanan pasar
yang selama tahun 2005-2009 memiliki kontribusi terhadap pendapatan asli daerah, sedangkan objek retribusi jasa umum bedasarkan sub-sub retribusinya
yang lain tidak setiap tahun berkontribusi terhadap pendapatan asli daerah, terkadang kurang atau bahkan tidak mempunyai kontribusi terhadap
pendapatan asli daerah. Retribusi jasa umum yang mempunyai kontribusi terbesar adalah
retribusi pelayanan pasar, dimana selama tahun 2005 sampai 2009 nilai perbandinganya terhadap pendapatan asli daerah secara berturut-turut yaitu
sebesar 14,39, 11,73, 11,65, 10,80 dan 10,42 dan berati sangat berkontribusi terhadap pendapatan asli daerah. Lalu ada satu lagi sub retribusi
jasa umum yang memiliki kontribusi terbesar, yaitu retribusi pelayanan pasar. Selama tahun 2005 sampai 2009 nilai perbandinganya terhadap pendapatan
asli daerah secara berturut-turut yaitu sebesar 3,61, 3,73, 3,32, 3,34 dan 3,69 dan berati sangat berkontribusi terhadap pendapatan asli daerah
Sebenarnya masih banyak retribusi yang memiliki perbandingan retribusi tinggi, akan tetapi tidak dapat mempertahankan nikai perbandingan
tersebut selama lima tahun. Sehingga untuk objek retribusi jasa umum berdasarkan sub-sub retribusi lainya bisa dikatakan kurang dan tidak memiliki
kontribusi terhadap pendapatan asli daerah karena nilai perbandinganya yang terlalu sedikit, yaitu paling kecil hingga 0,00. Hal ini dikarenakan jumlah
penerimaan yang sedikit atau bahkan tidak berpenerimaan sama sekali dibandinngkan nilai pendapatan asli daerah yang besar.