Larva Chironomida Kepadatan larva chironomida

17

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1. Larva Chironomida

Larva chironomida yang ditemukan pada kedua stasiun adalah dari famili Chironomidae dengan sub famili Chironominae, Tanypodinae dan Orthocladiinae. Adapun genus yang ditemukan pada masing-masing sub famili dapat disajikan pada Tabel 3. Namun, pada kedua stasiun didominasi oleh sub famili Chironominae yaitu dari genus Polypedilum. Tabel 3. Genus larva chironomida yang ditemukan tiap stasiun Sub Famili Genus Chironominae Chironomus, Dicrotendipes, Kiefferulus, Microchironomus, Micropsectra, Parachironomus, Polypedilum, Pseudochironomus Tanypodinae Ablabesmyia, Monopelopia, Procladius Orthocladiinae Cricotopus, Orthocladius,Parakiefferiella, Tvetenia Larva chironomida pada sub famili Chironominae memiliki ciri berupa antena yang terdiri dari empat sampai delapan segmen. Labral lamella biasanya berkembang dengan baik, namun pada beberapa taksa tidak terlihat perkembangannya. Mentum biasanya memiliki delapan sampai enam belas gigi. Ventromental plate biasanya berkembang dengan baik dan memiliki striae seperti kipas. Anal tubulus biasanya ada pada sub famili ini dan biasanya perkembangan anal tubulus lebih kecil pada larva chironomida yang ditemukan di air payau dan air laut. Larva chironomida pada sub famili ini hidup meliang dengan membentuk kapsul yang melindungi tubuhnya, memakan algae dan detritus, beberapa taksa bersifat grazer dan predator. 18 Gambar 4. Larva Chironomida genus Polypedilum yang merupakan sub famili Chironominae

4.1.2. Kepadatan larva chironomida

Kepadatan larva chironomida bervariasi pada tiap pengambilan contoh. Adanya perbedaan tersebut dipengaruhi oleh variasi kondisi kualitas perairan baik yang bersifat fisik, kimia maupun biologi, yang pada akhirnya berpengaruh terhadap kelimpahan makanan yang ada pada perairan tersebut. Faktor lingkungan yang berbeda pada setiap kedalaman, posisi stasiun dan waktu pengamatan dapat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup larva chironomida pada substrat buatan. Gambar 5 memberikan informasi mengenai kepadatan larva chironomida yang ditemukan pada stasiun KJA dan non-KJA dengan kedalaman berbeda. Nilai kepadatan larva chironomida yang ditemukan pada stasiun KJA jauh lebih tinggi dibandingkan dengan stasiun non-KJA, baik pada kedalaman 1 m maupun pada kedalaman 2 m. Namun dari kedua stasiun, nilai kepadatan larva chironomida genus Polypedilum dominan lebih tinggi dibandingkan dengan larva chironomida genus lain non Polypedilum. Nilai kepadatan larva Polypedilum di stasiun KJA paling besar terdapat pada waktu pengambilan contoh hari ke-14 sebesar 1733 individum 2 di kedalaman 1 m Gambar 5 a, dan pada kedalaman 2 m Gambar 5 b nilai kepadatan larva paling besar terdapat pada waktu pengambilan sampel hari ke-25 sebesar 785 individum 2 . Sedangkan nilai kepadatan larva non Polypedilum paling besar terdapat pada waktu pengambilan contoh hari ke- 25 sebesar 311 individum 2 di kedalaman 1 m dan pada kedalaman 2 m terdapat pada hari yang sama sebesar 489 individum 2 . 19 Gambar 5. Kepadatan larva chironomida pada tiap waktu pengamatan di stasiun KJA a kedalaman 1 m dan b kedalaman 2 m dan di stasiun non- KJA c kedalaman 1 m dan d kedalaman 2 m Nilai kepadatan larva Polypedilum pada stasiun non-KJA paling besar terdapat pada waktu pengambilan contoh hari ke-18 dan hari ke-29 yaitu sebesar 281 individum 2 pada kedalaman 1 m Gambar 5 c sedangkan pada kedalaman 2 m Gambar 5 d, kepadatan larva paling besar terdapat pada waktu pengambilan sampel hari ke-22 yaitu sebesar 148 individum 2 . Sedangkan nilai kepadatan larva non Polypedilum paling besar terdapat pada waktu pengambilan contoh hari ke- 25 Waktu Pengamatan Hari ke- 5 10 15 20 25 30 K e pa da ta n I ndm 2 100 200 300 400 500 1500 1600 1700 1800 1900 2000 Waktu Pengamatan Hari ke- 5 10 15 20 25 30 K e padat an I nd m 2 100 200 300 1500 1600 1700 1800 1900 2000 Waktu Pengamatan Hari ke- 5 10 15 20 25 30 K e pa da ta n I ndm 2 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 1100 1200 1300 1400 1500 1600 1700 1800 1900 2000 Waktu Pengamatan Hari ke- 5 10 15 20 25 30 K e pada ta n I nd m 2 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 1100 1200 1300 1400 1500 1600 1700 1800 1900 2000 a b c d 20 sebesar 222 individum 2 di kedalaman 1 m dan pada kedalaman 2 m paling besar terdapat pada waktu pengambilan contoh hari ke- 17 sebesar 148 individum 2 . 4.1.3. Karakteristik fisika kimia perairan Pengukuran nilai parameter fisika dan kimia perairan dilakukan sebanyak satu kali dalam satu minggu. Nilai parameter fisika dan kimia perairan ini dapat menggambarkan kualitas perairan yang ada di Danau Lido. Nilai parameter fisika dan kimia perairan dapat dilihat pada Lampiran 5. Suhu suatu perairan dipengaruhi oleh musim, lintang latitude, ketinggian dari permukaan laut altitude, waktu dalam malam hari, sirkulasi udara, penutupan awan dan aliran serta kedalaman badan air. Nilai suhu pada lokasi pengamatan berbeda-beda namun memiliki kisaran yang hampir sama. Pada Gambar 6 a dapat dilihat bahwa nilai suhu pada stasiun KJA berkisar antara 25-27 C. Nilai suhu tertinggi berada pada waktu pengambilan sampel hari ke 1 dan ke-8 pada kedalaman 1 m dan 2 m yang bernilai 27 C dan terendah berada pada kedalaman 2 m waktu pengambilan sampel hari ke-15 dan 29 dengan nilai 25,5 C. Sedangkan pada Gambar 6 b stasiun non-KJA nilai suhu tertinggi diperoleh pada waktu pengambilan sampel hari ke-1 pada kedalaman 2 m dengan nilai 26,8 C dan terendah berada pada waktu pengambilan sampel hari ke-15, 22 dan hari ke-29 sebesar 25,3 C pada kedalaman 2 m. Nilai padatan tersuspensi pada stasiun KJA Gambar 6 c dengan nilai terbesar berada pada waktu pengambilan sampel hari ke-22 pada kedalaman 2 m yaitu 27,3 mgl dan nilai terendah yaitu 1,7 mgl pada waktu pengambilan sampel hari ke-1. Sedangkan pada stasiun non-KJA Gambar 6 d, nilai TSS terbesar berada pada waktu pengambilan sampel hari ke-8 pada kedalaman 2 m dengan nilai 512 mgl dan terendah sebesar 11 mgl pada waktu pengambilan sampel hari ke-8 dan kedalaman 1 m. Secara umum informasi yang didapat dari grafik, bahwa nilai TSS pada stasiun non-KJA lebih besar dibandingkan dengan stasiun KJA. Hal ini dikarenakan kedalaman perairan pada stasiun non-KJA lebih dangkal sehingga diduga sudah mencapai dasar perairan saat pengambilan sampel TSS. 21 Gambar 6. Kualitas air Danau Lido a suhu KJA; b suhu non-KJA; c TSS KJA; d TSS non-KJA; e pH KJA; f pH non-KJA; g DO KJA; h DO non-KJA Hari ke- 1 8 15 22 29 Su hu 0 C 5 10 15 20 25 30 Hari ke- 1 8 15 22 29 Su hu 0 C 5 10 15 20 25 30 Hari ke- 1 8 15 22 29 T SS mgl 5 10 15 20 25 30 200 300 400 500 600 Hari ke- 1 8 15 22 29 T S S mg l 5 10 15 20 25 30 200 300 400 500 600 Hari ke- 1 8 15 22 29 pH 1 2 3 4 5 6 7 Hari ke- 1 8 15 22 29 pH 1 2 3 4 5 6 7 Hari ke- 1 8 15 29 DO m g l 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Hari ke- 1 8 15 29 DO m g l 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 a b c d e f g h 22 Nilai pH pada setiap stasiun hampir sama. Nilai pH pada stasiun KJA berkisar antara 5,5-6,0. Nilai pH di kedalaman 1 m adalah sama pada setiap waktu pengambilan contoh sedangkan pada kedalaman pH terendah terdapat pada waktu pengambilan contoh hari ke- 15 sebesar 5,5 Gambar 6 e. Sedangkan Gambar 6 f menjelaskan bahwa nilai pH pada stasiun non-KJA berkisar antara 5,5-6,0. Nilai pH terendah terdapat pada kedalaman 1 m yaitu sebesar 5,5 pada waktu pengambilan contoh hari ke-15 dan pada kedalaman 2 m nilai pH sama pada setiap waktu pengambilan contoh. Oksigen merupakan parameter yang sangat signifikan bagi kelangsungan hidup organisme akuatik. Pada Gambar 6 dapat diketahui bahwa nilai oksigen yang diperoleh berbeda pada setiap kedalaman. Nilai oksigen ini sangat dipengaruhi oleh suhu, turbulensi air, dan tekanan atmosfer. Semakin besar suhu dan ketinggian, serta semakin kecil tekanan atmosfer, kadar oksigen terlarut akan semakin kecil. Pada stasiun KJA pada Gambar 6 g nilai oksigen terlarut yang diperoleh berkisar antara 3,0-7,6 mgl dengan nilai tertinggi berada pada kedalaman 1 m waktu pengambilan sampel hari ke-15 yaitu sebesar 7.6 mgl dan terendah sebesar 3,0 mgl pada waktu pengambilan sampel hari ke-1 kedalaman 1 m dan setiap waktu pengambilan sampel pada kedalaman 2 m. Sedangkan pada stasiun non-KJA Gambar 6 h nilai oksigen terlarut yang diperoleh berkisar antara 2,3-8,1 mgl. Nilai oksigen terlarut tertinggi diperoleh pada waktu pengambilan sampel hari ke-29 kedalaman 1 m dengan nilai sebesar 8,1 mgl dan terendah sebesar 2,3 mgl pada waktu pengambilan sampel hari ke-1 kedalaman 2 m.

4.1.4. Pengelompokkan larva chironomida genus Polypedilum berdasarkan