4
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ekosistem Danau Lido
Danau Lido memiliki potensi yang dapat dimanfaatkan secara ekologis maupun secara ekonomis. Secara ekologis danau antara lain sebagai resapan air,
sumber air bagi kehidupan, dan pengendali banjir. Danau Lido yang biasanya dikenal dengan istilah Situ Lido oleh masyarakat sekitar memiliki bentuk tidak
beraturan, banyak dijumpai teluk sempit dengan tepi danau yang curam, ditumbuhi oleh belukar dan pohon karet. Danau Lido merupakan danau yang relatif kecil
dengan luas 21 hektar dan termasuk kategori danau buatan yang dibuat pada abad ke-18 yaitu ketika dibendungnya Sungai Ciletuh untuk pembangunan jalan raya
Bogor-Sukabumi Nancy 2007. Danau Lido mempunyai satu inlet dan dua outlet. Sumber utama air Danau Lido berasal dari aliran Sungai Ciletuh dan sumber air
lainnya berasal dari air permukaan dan air aliran tanah ground water. Danau Lido pada awalnya dimanfaatkan untuk mengairi areal persawahan.
Namun saat ini Danau Lido sebagai objek wisata, kepentingan rumah tangga, dan kegiatan perikanan dengan sistem KJA.
2.2. Komunitas Chironomida
Larva serangga air merupakan organisme yang sangat banyak ditemukan pada perairan. Beberapa larva serangga air termasuk chironomida hidup meliang pada
sedimen. Chironomida yang paling mendominasi komponen makroavertebrata sebagai benthos adalah dari ordo Diptera. Larva chironomida yang melimpah pada
perairan tergenang biasanya tidak terlalu terpengaruh terhadap perubahan suhu yang kecil, namun kondisi oksigen yang sedikit sangat berpengaruh terhadap larva
chironomida, karena dapat mengganggu proses osmoregulasi organisme tersebut. Chironomida atau biasa disebut sebagai midge adalah serangga air yang
merupakan famili dari Chironomidae dan merupakan hewan yang tersebar hampir di seluruh dunia dengan menempati habitat yang berbeda pada setiap ekosistem
perairan Frouz et al. 2003. Larva chironomida biasanya ditemukan paling banyak pada perairan tawar. Hewan ini berperan penting pada ekosistem perairan karena
termasuk dalam salah satu rantai makanan pada suatu ekosistem. Biasanya hewan ini
5 merupakan makanan bagi makroavertebrata yang lebih besar dan ikan Frouz et al.
2003; Zilli et al. 2008. Biasanya setelah proses kawin organisme betina meletakkan telur di permukaan air yang kemudian tenggelam ke dasar perairan, selanjutnya
menetas dan berkembang menjadi larva Ciborowski 2002. Larva dari salah satu jenis chironomida sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan dan bentuk polusi,
sementara chironomida jenis lainnya merupakan jenis yang toleran terhadap kondisi perairan. Larva chironomida pada masing-masing habitat memiliki pola adaptasi
yang berbeda pula khususnya terhadap suhu dan oksigen Frouz 2003. Chironomida, seperti layaknya anggota diptera memiliki empat fase hidup:
telur, larva, pupa, dan dewasa. Siklus hidup dari telur hingga dewasa berkisar dalam rentang waktu satu minggu hingga lebih dari satu tahun bergantung pada spesiesnya
Bay 2003. Larva adalah fase hidup yang paling lama, diperkirakan mencapai satu bulan untuk daerah tropis dan satu tahun untuk daerah bermusim empat. Larva
chironomida ini memiliki tipe dan cara makan yang bervariasi, ada yang bersifat detrivor yakni memakan organisme yang sudah mati, grazer yaitu memakan algae
dan fitoplankton, dan ada pula yang bersifat predator atau memangsa avertebrata lain yang lebih kecil.
2.3. Substrat Buatan