5 merupakan makanan bagi makroavertebrata yang lebih besar dan ikan Frouz et al.
2003; Zilli et al. 2008. Biasanya setelah proses kawin organisme betina meletakkan telur di permukaan air yang kemudian tenggelam ke dasar perairan, selanjutnya
menetas dan berkembang menjadi larva Ciborowski 2002. Larva dari salah satu jenis chironomida sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan dan bentuk polusi,
sementara chironomida jenis lainnya merupakan jenis yang toleran terhadap kondisi perairan. Larva chironomida pada masing-masing habitat memiliki pola adaptasi
yang berbeda pula khususnya terhadap suhu dan oksigen Frouz 2003. Chironomida, seperti layaknya anggota diptera memiliki empat fase hidup:
telur, larva, pupa, dan dewasa. Siklus hidup dari telur hingga dewasa berkisar dalam rentang waktu satu minggu hingga lebih dari satu tahun bergantung pada spesiesnya
Bay 2003. Larva adalah fase hidup yang paling lama, diperkirakan mencapai satu bulan untuk daerah tropis dan satu tahun untuk daerah bermusim empat. Larva
chironomida ini memiliki tipe dan cara makan yang bervariasi, ada yang bersifat detrivor yakni memakan organisme yang sudah mati, grazer yaitu memakan algae
dan fitoplankton, dan ada pula yang bersifat predator atau memangsa avertebrata lain yang lebih kecil.
2.3. Substrat Buatan
Substrat buatan merupakan alat yang dibuat dari material alami maupun buatan dari berbagai komposisi dan konfigurasi yang ditempatkan dalam air pada
kedalaman tertentu selama periode pemaparan untuk kolonisasi komunitas makroavertebrata APHA 1995. Substrat buatan merupakan manipulasi atau imitasi
dari karakteristik substrat alami Allan 1995 in Saliu Ovuorie 2006. Seperti halnya substrat alami yang tenggelam misalnya ranting kayu, pada substrat buatan,
kolonisasi utama dilakukan oleh larva serangga air, crustacea, coelenterata, bryozoan, cacing, gastropoda, dan moluska APHA 1995.
Kegunaan substrat buatan adalah untuk mendapatkan sampel populasi hewan bentik avertebrata mengingat bahwa habitat organisme tidak memungkinkan untuk
suatu alat sampling kuantitatif seperti grabs, dredges, nets, dan alat sejenisnya yang digunakan pada habitat tersebut Rosenberg Resh 1982 in Saliu Ovuorie 2006.
Substrat buatan untuk pengambilan sampel makroavertebrata juga diyakini
6 memberikan nilai keragaman yang lebih rendah dikarenakan substrat buatan ini
memiliki bentuk habitat yang seragam untuk proses kolonisasi. Keuntungan utama dalam penggunaan substrat buatan untuk mendapatkan data
makroavertebrata adalah untuk meminimalisasi bentuk variasi fisik seperti jenis substrat, kedalaman, dan penetrasi cahaya. Alat ini juga digunakan karena tidak
mengganggu keberadaan organisme asli di kawasan tersebut. Substrat buatan baik digunakan untuk mendapatkan data mengenai populasi makroavertebrata ketika alat
konvensional tidak efisien dan tidak efektif untuk digunakan khususnya pada perairan yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Sifat badan air memiliki kedalaman yang besar dan keruh 2. Sifat substrat yang tidak stabil berupa pasir dan lumpur
3. Sifat dasar perairan berupa bebatuan besar dan keras Melalui substrat buatan, habitat yang tidak cocok untuk organisme bentik
dapat diatasi dengan menyeragamkan bentuk dasar dari habitat yang dapat diletakkan pada area manapun sesuai kondisi yang diinginkan. Kemampuan
organisme invertebrata untuk berkoloni pada substrat buatan sangat dipengaruhi oleh lingkungan alami dan stabilitas serta ketetapan substrat Saliu Ovuorie 2007.
2.4. Parameter Fisika dan Kimia Perairan 2.4.1.