3.3 Cara Pengambilan Data
Pengambilan data dan informasi yang diperlukan dilakukan dengan tiga macam cara, yaitu:
1. Observasi dengan mengamati langsung kegiatan-kegiatan yang menyangkut
pengelolaan WWKM. 2.
Wawancara langsung pihak pengelola WWKM dan pihak yang terkait. 3.
Studi pustaka dari berbagai literatur yang menunjang penelitian.
3.4 Metode Pengelolaan Data
Perhitungan tingkat manfaat yang diperoleh pengelola digunakan analisis diskonto aliran kas Discounted Cash Flow dengan pendekatan finansial.
Pengelolaan data dengan menggunakan DCF adalah sebagai berikut:
3.4.1 Net Present Value
Net Present Value NPV digunakan untuk menghitung selisih pendapatan dengan biaya yang telah didiskonto. Suatu proyek layak dilakukan
jika hasil perhitungan NPV 0.
Keterangan: Bt = Kas masuk pendapatan pada tahun ke t
Ct = Kas keluar biaya investasi dan operasional 1+i
t
= Discounting Factor DF t
= Waktu
3.4.2 Benefit Cost Ratio
Benefit Cost Ratio BCR merupakan perbandingan antara pendapatan dan biaya yang telah didiskonto. Suatu rencana proyek layak dilaksanakan jika
perhitungan BC 1
1+i
t
NPV = ∑ Bt-Ct
∑ Ct 1+i
t
BCR = ∑ Bt 1+i
t
5
Keterangan: Bt
= Kas masuk pendapatan pada tahun ke t Ct
= Kas keluar biaya investasi dan operasional 1+i
= Discounting factor DF t
= Waktu
3.4.3 Internal Rate of Return
Internal rate of Return IRR adalah tingkat suku bunga yang membuat proyek mampu mengembalikan semua investasi yang telah ditanamkan seluruh
umur proyek. Suatu proyek layak dilaksanakan jika IRR suku bunga bank yang berlaku untuk proyek tersebut.
Keterangan: i
1
= Suku bunga yang menghasilkan NPV positif i
2
= Suku bunga yang menghasilkan NPV negatif NPV
1
= Net Present value positif NPV
2
= Net Present value negatif
3.4.4 Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas adalah suatu pengujian untuk mengetahui tingkat kepekaan hasil analisis terhadap perubahan keadaan yang terjadi dalam proyek.
Suatu proyek sering dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti penurunan pendapatan dan kenaikan biaya pengelolaan. Oleh karena itu, proyek perlu dikaji
kepekaan proyek terhadap faktor tersebut. Dalam penelitian ini, kepekaan proyek dianalisis terhadap perubahan
pendapatan dan biaya. Analisis sensitivitas yang dihitung adalah sebagai berikut. 1. Mengestimasi bila terjadi kenaikan biaya
2. Mengestimasi bila terjadi penurunan pendapatan.
3.4.5 Periode Waktu Pengembalian Modal Pay Back Period
Periode waktu pengembalian modal pay back period merupakan metode untuk mengetahui waktu yang diperlukan untuk mengembalikan biaya-
biaya yang sudah dikeluarkan. Dalam perhitungan periode waktu pengembalian modal pay back period, komponen pendapatan dan pengeluaran sangat
diperlukan. Pendapatan dan pengeluaran disusun dalam aliran kas. Hasil pendapatan dan pengeluaran dapat diketahui keuntungan bersih net benefit.
IRR = i
+ i
1
+ NPV
1
NPV
2
– NPV
1
x i
2
- i
1
5
Setelah itu, hasil keuntungan bersih net benefit yang diperoleh dapat dihitung nilai kumulatif dalam aliran kas. Dalam penentuan periode waktu pengembalian
modal pay back period, tahun yang kumulatif aliran kas positif adalah tahun yang mengembalikan biaya-biaya yang sudah dikeluarkan.
5
BAB IV KONDISI UMUM
4.1 Sejarah
Wana Wisata Kartini Mantingan WWKM merupakan tempat rekreasi yang sangat tua. Wana Wisata ini sudah dibangun sejak tahun 1928. Bangunan
yang pertama kali dibangun adalah pesanggerahan yang sering digunakan R.A Kartini untuk penginapannya. Kemudian di lokasi tersebut dibuat kolam renang.
Pada tahun itu, kolam renang masih terbuat dari batu-batuan. Konon, kolam renang itu dahulu merupakan salah satu tempat rekreasi R.A Kartini juga. Oleh
karena itu, pada saat Hari Nasional Kartini, banyak orang yang berenang di kolam renang itu yang dipercaya sebagai air keramat. Tahun 1987, kolam renang yang
dahulunya berbentuk batu-batu diubah menjadi kolam renang yang dindingnya dipadatkan dan diberi ubin. Kemudian, pada kolam renang tersebut dibuat papan
loncat. Dahulu, WWKM dipegang dan dikelola oleh Perum Perhutani, KPH
Mantingan. Pada bulan April 2006, WWKM mengalami masa peralihan pengelolaan. WWKM yang dahulu dikelola oleh KPH Mantingan
dipindahtangankan kepada KBM WBU Kesatuan Bisnis Mandiri Wisata Benih dan Usaha Lain. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pengelolaan hasil hutan
bukan kayu, seperti sutera, rekreasi hutan, dan lain-lain. Tahun 2007, WWKM yang sudah dipegang oleh KBM WBU sudah bekerja efektif. Kemudian pada
tahun 2009, KBM WBU diganti nama menjadi KBM AEJ Kesatuan Bisnis Mandiri Agroforesty Ekowisata Jasa Lingkungan. Sejak itu, WWKM ditambah
fasilitasnya. Penambahan fasilitasnya adalah seluncur air waterboom dan permainan rekreasi alam terbuka outbound. Pada tahun 2010, nama KBM AEJ
diganti menjadi KBM JLPL Kesatuan Bisnis Mandiri Jasa Lingkungan dan Produksi Lainnya.
4.2 Kerja Sama Pihak Eksternal
KBM JLPL yang memegang WWKM melakukan kerja sama dengan pihak eksternal. Pada tahun 2007, KBM JLPL bekerja sama dengan pihak swasta,
yaitu CV. Joujo Junior. Dalam perjanjian kontrak ini, perusahaan swasta ini dapat