2.2 Rekreasi Alam Sebagai Komoditi Ekonomi
Menurut Tim Studi Fakultas Kehutanan IPB 1992 menyatakan pengembangan pemanfaatan hutan wisata menyangkut alokasi sumber dana atau
modal yang sifatnya terbatas. Oleh karena itu, modal yang digunakan dalam pengembangan pemanfaatan hutan wisata harus memenuhi kriteria ekonomi, yaitu
diperoleh suatu manfaat yang lebih besar dari korbanan yang dikeluarkan. Berdasarkan perkembangan ekonomi yang membawa penuntun hutan
wisata dapat dimanfaatkan bagi kepentingan pariwisata dan rekreasi. Beberapa permasalahan mendasar dalam pengembangan pemanfaatan hutan wisata adalah
mengenai nilai manfaat hutan wisata, manfaat bagi pengelolaan yang melakukan investasi, dan penetuan pilihan hutan wisata yang layak untuk dikembangkan
Tim Studi Fakultas Kehutanan IPB 1992.
2.3 Pengelolaan Wana Wisata
UU No.9 tahun 1990 dalam Damardjati 2006 menyatakan wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara
sukarela serta besifat sementara untuk meningkatkan objek dan daya tarik wisata. Kemudian Perum Perhutani 1987 dalam Soemarno 2009, wana wisata adalah
objek-objek alam yang dibangun dan dikembangkan oleh Perum Perhutani sebagai objek-objek wisata yang terletak dalam kawasan hutan produksi atau
hutan lindung secara terbatas dengan tidak mengubah fungsi pokok. Kemudian pengertian itu sejalan dengan pernyataan Arief et al. 2001 yang mengatakan
wana wisata adalah kawasan untuk berwisata yang dikelola oleh Perum Perhutani untuk mengoptimalkan fungsi hutan tanpa mengubah fungsi pokok, yaitu kawasan
hutan produksi atau hutan lindung. Menurut Arief et al. 2001, tujuan dari pembangunan wana wisata dan
obyek wisata alam hutan oleh Perum Perhutani, antara lain : 1.
Menyediakan sarana rekreasi bagi masyarakat yang sehat dan murah. 2.
Menyediakan sarana pendidikan dan ilmu pengetahuan untuk penelitian berbagai manfaat flora, fauna dan ekosistem.
3. Merangsang pertumbuhan rasa cinta alam dan lingkungan utamanya bagi
generasi muda. 3
4. Memelihara kelestarian sumber plasma nutfah dan konservasi hutan, tanah dan
air. 5.
Menggali potensi ekonomi yang terkandung di dalam hutan melalui penjualan jasa wisata.
6. Menunjang pertumbuhan ekonomi masyarakat melalui perluasan lapangan
kerja dan lapangan usaha sebagai dampak dari adanya obyek wisata hutan. Salah satu manfaat yang dapat dikembangkan di dalam kawasan hutan dan
perairan, sesuai fungsinya adalah obyek rekreasi dan wisata alam dan dapat dikembangkan sebagai obyek dan daya tarik wisata alam.
Menurut Direktorat Jenderal PHPA 1979, tujuan pengelolaan hutan yang memanfaatkan wilayah kerja Perum Perhutani bagi kegiatan wisata alam, ialah:
1. Membantu pemerintah dalam penyediaan tempat rekreasi yang sehat di dalam hutan.
2. Menampung dan mengembangkan minat masyarakat terhadap rekreasi hutan alam.
3. Memanfaatkan segala potensi hutan yang ada, termasuk keindahan, keunikan, dan kenyamanan guna kepentingan rekreasi dan kegiatan-kegiatan yang dapat
menunjang pengembangan pariwisata. 4. Membina rasa cinta alam dan lingkungan pada masyarakat agar mereka dapat
meningkatkan kualitas lingkungan dan kehidupan. 5. Menyediakan tempat bagi pengembangan pendidikan dan ilmu pengetahuan,
tanpa mengurangi fungsi hutan. Untuk
mencapai tujuan-tujuan
tersebut dan
mempelancar terselenggarannya wisata alam dengan baik efektif, mereka harus ada
pengunjungan yang berupa hal sebagai berikut: 1. Adanya perencanaan dan perancangan yang seksama.
2. Tersedianya prasarana dan fasilitas yang memandai. 3. Sistem pengelolaan yang baik dan efektif.
4. Terciptanya suasana sekitar yang dapat membangkitkan kesadaran lingkungan pada pengunjung sehingga kelestarian tempat atau hutan tersebut dapat
terjaga. 5. Adanya relevansi dengan tata lingkungan sekitar dan kondisi sosial ekonomi
masyarakat setempat. 4
Untuk menunjang kegiatan-kegiatan tersebut diperlukan adanya fasilitas- fasilitas yang dapat memperkuat daya tarik dan memudahkan pengunjung dalam
melakukan kegiatannya, meliputi: 1. Tempat pakir yang memandai dengan bentuk dan sistem yang disesuaikan
dengan alam sekitarnya. 2. Jalan pencapaian tujuan yang memudahkan kedatangan pengunjung. Oleh
karena itu, perlu kerja sama dengan Pemda setempat untuk pembangunan jalan.
3. Lintasan-lintasan yang dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk untuk menunjang kegiatan-kegiatan, seperti berjalan kaki, berkuda, maupun kegiatan aktif
lainnya. 4. Pusat informasi yang memandai.
5. MCK dan sarana air bersih. 6. Gardu panjang shelter, bangku-bangku dan tempat sampah pada tempat yang
strategis dengan bentuk dan bahan yang sesuai. 7. Kios penjualan yang dapat menyediakan berbagai macam kebutuhan, seperti
makanan, perlengkapan perkemahan, maupun penempatan cinderamata khas dengan letak penempatan sesuai
Menurut Soemarno 2009, fasilitas-fasilitas yang memadai diperlukan agar pengunjung dapat menikmati keindahan atau kebudayaan daerah tersebut.
Penerangan disampaikan kepada pengunjung mengingat akan pentingnya keselamatan pengunjung dan kelestarian alam dan kebersihan lingkungan.
2.4 Penilaian Proyek