5. Asas accessoir Pasal 10 ayat 1, Penjelasan Umum angka 8 UUHT. Hak
tanggungan adalah perjanjian ikutan dan tidak merupakan hak yang berdiri sendiri zelfstandigrecht. Adanya dan hapusnya perjanjian ikutan
accessorium tergantung dari perjanjian pokok 6.
Asas pemisahan horizontal. Asas ini mengajarkan bahwa hak atas tanah terpisah dari benda-benda yang melekat di atasnya Penjelasan Umum
angka 6 UUHT, tetapi berlakunya tidak secara otomatis. Penerapannya terjadi jika diperjanjikan yang dituangkan dalam APHT
C. Obyek dan Subyek Hak Tanggungan
Di dalam Pasal 1 ayat 1 UUHT pengertian hak tanggungan adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam
UUPA, berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah tersebut, untuk pelunasan utang debitur yang telah dilakukan terhadap kreditur.
Dimana dimaksudkan merupakan jaminan atas utang tersebut. Objek hak tanggungan, dalam Pasal 4 UUHT telah ditentukan secara tegas
hak atas tanah yang dapat dijadikan jaminan utang yang dapat dibebani hak tanggungan, yaitu:
1. Hak Milik
2. Hak guna usaha
3. Hak guna bangunan
4. Hak pakai, baik hak pakai atas tanah negara maupun hak pakai atas tanah
hak milik
5. Hak atas tanah berikut bangunan, tanaman dan hasil karya yang telah ada
atau akan ada yang merupakan satu kesatuan dengan tanah tersebut dan yang merupakkan milik pemegang hak atas tanah yang pembebanannya
dengan tegas dinyatakan dalam akta pemberian hak tanggungan yang bersangkutan.
Objek hak tanggungan akan menjadi luas jika dikaitkan dengan ketentuan yang tercantum dalam Pasal 12 dan Pasal 13 Undang-Undang Nomor 16 Tahun
1985 tentang Rumah Susun yang berkenaan dengan penjaminan rumah susun beserta tempat dimana bangunan itu berdiri dan hak milik atas satuan rumah susun
tersebut yang berdiri di atas tanah hak milik. Pada dasarnya benda-benda tanah yang akan dijadikan jaminan atas
suatu utang dengan dibebani hak tanggungan, harus memenuhi syarat-syarat, yaitu:
15
1. Dapat dinilai dengan uang, karena utang yang dijamin berupa uang.
2. Termasuk hak yang didaftar dalam umum, karena harus memenuhi syarat
publisitas. 3.
Mempunyai sifat dapat dipindahtangankan, karena apabila debitur cedera janji wanprestasi, benda yang dijadikan jaminan akan dapat dijual di
muka umum, dan 4.
Menentukan penunjukan dengan undang-undang.
15
Budi Harsono, Konsepsi Pemikiran Tentang Undang-Undang Hak Tanggungan, Bandung: Hasil Seminar, 1996, hal.5.
Sebagai bukti adanya hak tanggungan maka kantor badan pertanahan nasional menerbitkan sertifikat hak tanggunggan yang dimana menjadi patokan
adalah tanggal pendaftaranpencatatannya dalam buku tanah hak tanggungan.
16
Pada hak tanggungan juga terdapat subjek hukum yang menjadi hak tanggungan yang terkait dengan perjanjian pemberi hak tanggungan. Di dalam
suatu perjanjian hak tanggungan ada dua pihak yang mengikatkan diri yaitu, sebagai berikut:
Peraturan menteri negara agrariakepala badan pertanahan nasional Nomor 3 Tahun 1996 disebutkan bahwa sertifikat hak tanggungan terdiri atas salinan
buku tanah hak tanggungan dan salinan Akta Pemberian Hak Tanggungan selanjutnya disebut APHT yang bersangkutan yang telah dibuat oleh Kepala
Kantor Pertanahan, dan dijilid dalam satu sampul dokumen yang bentuknya telah ditetapkan dalam aturan tersebut.
17
a. Pemberi hak tanggungan, yaitu orang atau pihak yang menjaminkan objek
hak tanggungan. b.
Pemegang hak tanggungan, yaitu orang atau pihak yang menerima hak tanggungan sebagai jaminan dari piutang yang diberikannya.
Undang-undang hak tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah memuat ketentuan mengenai subjek hak tanggungan
dalam Pasal 8 dan Pasal 9, yaitu sebagai berikut:
18
16
J. Satrio, Hukum Jaminan,Hak Kebendaan, Hak Tanggungan, Bandung: Citra Aditya Bhakti, 1998, hlm. 151.
17
Adrian Sutedi, Hukum Hak Tanggungan,Jakarta;Sinar Grafika, 2012, hal. 54
18
Ibid. hal 54
a. Pemberi hak tanggungan, yaitu orang perorangan atau badan hukum yang
mempunyai kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum terhadap objek hak tanggungan yang bersangkutan. Kewenangan untuk melakukan
perbuatan hukum terhadap objek hak tanggungan pada saat pendaftaran hak tanggungan itu dilakukan.
b. Pemegang hak tanggungan, adalah orang perorangan atau badan hukum
yang berkedudukan sebagai pihak yang berpiutang. Subjek hak tanggungan selain warga negara Indonesia, dengan
ditetapkannya hak pakai atas tanah negara sebagai satu objek hak tanggungan, bagi warga negara asing juga dimungkinkan untuk dapat menjadi subjekhak
tanggungan, apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
19
1. Sudah tinggal di Indonesia dalam waktu tertentu;
2. Mempunyai usaha di Indonesia;
3. Kredit itu dipergunakan untuk kepentingan pembangunan di wilayah
negara republik indonesia
D. Pembebanan Hak Tanggungan