maupun dengan perantaraan bantuan Kantor Lelang yang ada di daerah yang bersangkutan. Jika pelelangan dilakukan oleh Kepala Kantor Lelang maka
menurut Pasal 41 ayat 2 Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah berbunyi :
Selambat-lambatnya 7 hari kerja sebelum suatu bidang tanah atau satuan rumah susun dilelang dalam rangka lelang eksekusi maupun lelang non
eksekusi Kepala Kantor lelang wajib meminta Keterangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 kepada Kantor Pertanahan mengenai bidang
tanah atau satuan rumah susun yang akan dilelang.
Sebelum pelaksanaan pelelangan dilakukan harus terlebih dahulu diumumkan kepada khalayak menurut kebiasaan setempat dan pelelangan harus
dilakukan 8 hari setelah penyitaan, karena dalam hak tanggungan yang hendak dilelang berupa benda tak bergerak maka pengumumannya harus dilakukan 2
dua kali berturut-turut dalam surat kabar yang terbit di kota itu atau dekat dengan kota itu, dengan tenggang waktu 15 lima belas hari antara pengumuman
yang pertama dengan pengumuman yang kedua. Terhadap uang hasil lelang akan dipergunakan untuk membayar tagihan dari bankkreditur tersebut, setelah dibayar
terlebih dahulu biaya perkara, termasuk biaya lelang dan apabila ada kelebihan, maka uang tersebut akan dikembalikan kepada penanggung hutang.
B. Tinjauan Umum tentang Perjanjian Kredit
4. Pengertian Perjanjian Kredit
Dalam pembuatan perjanjian sekurang-kurangnya harus memperhatikan: keabsahan dan persyaratan secara hukum, juga harus memuat secara jelas
mengenai jumlah besarnya kredit, jangka waktu, tata cara pembayaran kredit serta persyaratan lainnya yang harus diperhatikan dalam perjanjian kredit.
Pengertian perjanjian kredit yang dimaksud disini merupakan perjanjian kredit yang berlaku dalam dunia perbankan yaitu antara nasabah debitur disatu
pihak dan bank kreditur dipihak lain. Dari berbagai jenis perjanjian yang diatur dalam bab V sampai dengan bab XVIII buku III KUH Perdata tidak terdapat
ketentuan-ketentuan tentang perjanjian kredit. Bahkan dalam undang-undang perbankan tahun 1998 sendiri tidak mengenal istilah perjanjian kredit bank.
Menurut Muhamad Djumhana, bahwa perjanjian kredit pada hakikatnya adalah perjanjian pinjam meminjam sebagaimana yang diatur di dalam
KUHPerdata Pasal 1754.
32
Berbeda halnya dengan Mariam Darus Badrulzaman yang berpendapat bahwa perjanjian kredit bank adalah “perjanjian pendahuluan” dari penyerahan
uang. Perjanjian pendahuluan ini merupakan hasil permufakatan antara pemberi dan penerima pinjaman menganei hubungan-hubungan hukum antara keduanya.
Pasal 1754 KUHPerdata menyebutkan bahwa: “Pinjam-meminjam ialah perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan
kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang menghabis karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak-pihak yang belakangan ini akan
mengembalikan sejumlah yang sama dari macam dan keadaan yang sama pula”.
33
32
Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000, hal. 385.
33
Mariam Badrulzaman, Perjanjian Kredit Bank. Bandung: Alumni, 1993, hal, 28
Perjanjian ini bersifat konsesuil obligatair, yang dikuasai oleh Undang- undang Perbankan No. 10 Tahun 1998 dan bagian umum KUHPerdata.
34
5. Unsur-Unsur Kredit Bank
“Penyerahan uangnya” sendiri adalah bersifat riil. Pada saat penyerahan uang dilakukan, barulah berlaku ketentuan yang dituangkan dalam model perjanjian
kredit pada kedua belah pihak. Dengan demikian jelaslah kiranya untuk mengetahui sifat perjanjian kredit bank tidak cukup hanya melihat KUHPerdata
dan UU Perbankan saja, tetapi juga harus memperhatikan ketentuan-ketentuan yang berlaku atau dipakai dalam praktek perbankan. Sedangkan bentuk perjanjian
kredit, pengaturannya dapat ditemukan dalam penjelasan Pasal 8 ayat 2 huruf a UU Perbankan yang berbunyi: “Pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan
prinsip syariah dibuat dalam bentuk perjanjian tertulis”
Kredit yang diberikan oleh lembaga perkeditan didasarkan atas kepercayaan, dengan kata lain pemberian kredit merupakan pemberian
kepercayaan. Berarti dalam pemberian kredit, pemberi kredit akan memberikan kredit apabila sudah yakin yang akan diberi kredit akan melaksanakan
kewajibanya dengan baik. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan unsur– unsur kredit antara lain :
34
Mahadi dalam Tan Kamello, Hukum Jaminan Fidusia, Suatu Kebutuhan yang Didambakan, Bandung: Alumni, 2000, hal 29
a. Kepercayaan
Kepercayaan adalah keyakinan dari pemberi kredit bahwa prestasi yang akan diberikanya baik dalam bentuk barang, uang atau jasa akan benar–benar
diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang. b.
Waktu Waktu adalah masa yang akan memisahkan pemberian prestasi dengan
kontraprestasi yang akan diterima pada masa yang akan datang. c.
Degree of risk Degree of risk yaitu suatu tingkat risiko yang akan dihadapi sebagai akibat
dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima di kemudian hari.
d. Prestasi
Prestasi juga dapat disebut objek kredit. Objek kredit tidak hanya berwujud uang, tapi juga bisa berwujud barang atau jasa. Namun karena
kehidupan modern sekarang ini didasarkan pada uang maka transaksi–transaksi kredit yang menyangkut uang yang sering dijumpai dalam praktek perkreditan
Sedangkan menurut Hasanuddin Rahman mengemukakan empat unsur kredit sebagai berikut:
a. Kepercayaan, bahwa setiap pemberian kredit dilandasi oleh keyakinan bank
bahwa kredit tersebut akan dibayar kembali oleh debitur sesuai dengan jangka waktu yang sudah diperjanjikan.
b. Waktu, bahwa antara pemberian kredit oleh bank dengan pembayaran kembali
oleh debitur tidak dilakukan pada waktu yang bersamaan, melainkan dipisahkan oleh tenggang waktu.
c. Risiko, bahwa setiap pemberian kredit jenis apapun akan terkandung risiko
dalam jangka waktu antara pemberian kredit dan pembayaran kembali. Ini berarti makin panjang jangka waktu kredit, makin tinggi risiko kredit tersebut.
d. Prestasi, bahwa setiap kesepakatan yang terjadi antara bank dan debitur
mengenai pemberian kredit, maka pada saat itu pula akan terjadi suatu prestasi dan kontra prestasi
35
6. Prinsip-prinsip dalam Pemberian Kredit Bank