2.3.3 Tetrasiklin
Menurut Mutschler 1991, tetrasiklin merupakan golongan antibiotika berspektrum luas yang bekerja pada semua mikroba yang peka terhadap
penisilin, bakteri gram negatif, mikoplasma, leptospira, rikettsia, dan amoeba. Obat ini sering digunakan untuk mengatasi Bruselosis di peternakan sapi perah.
Menurut Karlina et al. 2009, dalam plasma darah semua jenis tetrasiklin terikat oleh protein plasma dalam jumlah yang bervariasi. Tetrasiklin mampu
berpenestrasi ke cairan tubuh lain dan jaringan tubuh dengan cukup baik. Golongan tetrasiklin dapat menembus membran barier dan terdapat dalam susu
dalam kadar yang relatif tinggi. Selain melalui susu, antibiotika ini diekskresikan melalui empedu dan urin.
2.3.4 Makrolida
Makrolida merupakan golongan antibiotika yang efektif melawan hampir semua bakteri gram positif. Jenis antibiotika yang termasuk dalam golongan ini
antara lain eritromisin, tilmikosin, tylosin, dan spiramisin. Eritromisin merupakan obat pilihan untuk pneumonia akibat mikoplasma Mutschler 1991.
Menurut Plumb dan Pharm 1999, makrolida diabsorpsi di usus halus setelah administrasi melalui oral. Beberapa faktor dapat mempengaruhi
bioavailabilitas makrolida antara lain dosis, keasaman gastrointestinal, makanan dalam lambung, dan waktu kosong lambung. Makrolida peka terhadap degradasi
asam, sedangkan absorpsi sangat lambat melalui intramuscular atau subkutan pada sapi. Bioavailabilitas makrolida hanya sekitar 40 melalui subkutan dan
65 melalui intramuscular. Makrolida didistribusikan ke seluruh tubuh terutama melalui cairan dan jaringan. Makrolida diekskresikan terutama melalui empedu.
Namun, level makrolida sekitar 50 dapat ditemukan dalam susu.
2.4 Residu Antibiotika dalam Susu
Residu antibiotika adalah senyawa asal danatau metabolitnya yang terdapat dalam jaringan produk hewani dan termasuk residu hasil uraian lainnya
dari antibiotika tersebut. Residu dalam bahan pangan meliputi senyawa asal yang tidak berubah, metabolit danatau konjugat lain. Beberapa metabolit obat
diketahui bersifat kurang atau tidak toksik dibandingkan dengan senyawa asalnya, namun beberapa metabolit bersifat lebih toksik Lukman 2010.
Menurut Rahayu 2010, senyawa yang dimasukkan ke dalam tubuh, akan mengalami berbagai proses yang terdiri dari penyerapan absorbsi, distribusi,
metabolisme biotransformasi, dan eliminasi. Kecepatan proses biologik tersebut tergantung kepada jenis, bentuk senyawa, cara masuknya, dan metabolisme dari
senyawa tersebut. Penyerapan terjadi di dalam saluran pencernaan yang sebagian besar dilakukan oleh usus apabila bahan tersebut dimasukkan melalui
mulut. Senyawa yang berbentuk asli maupun metabolitnya akan dibawa oleh darah dan akan didistribusikan ke seluruh bagian tubuh setelah terjadi
penyerapan. Metabolisme akan terjadi di dalam organ-organ tubuh yang berfungsi untuk hal tersebut dan pada sel-sel serta jaringan yang mampu
melakukannya. Eliminasi akan dilakukan oleh alat-alat ekskresi, terutama ginjal, dalam bentuk kemih dan lewat usus dalam bentuk tinja.
Senyawa-senyawa dalam bentuk murni maupun metabolitnya akan tertinggal atau tertahan di dalam jaringan untuk waktu tertentu tergantung pada
waktu paruh senyawa tersebut atau metabolitnya. Pada kondisi ternak yang sehat kecepatan eliminasi akan jauh lebih cepat daripada ternak sakit. Dalam
keadaan tubuh lemah atau terdapat gangguan metabolisme, maka eliminasi obat akan terganggu. Timbunan senyawa atau metabolitnya di dalam tubuh akan
terjadi apabila senyawa-senyawa tersebut diberikan dalam waktu yang lama,
itulah yang disebut dengan residu Rahayu 2010.
Ambing kaya akan suplai darah terutama dari a. externa pudenda, a.
subcutanea abdominis, dan a. perinealis. Rasio volume sirkulasi darah melalui
kelenjar susu terhadap volume produksi susu adalah 670:1. Hal ini menunjukkan adanya oportunitas dari obat-obatan yang larut dalam lemak yang secara difusa
pasif melalui sirkulasi darah masuk ke dalam susu. Masuknya agen antimikroba ke dalam susu segar tergantung dari pengaruh kimia alami, derajat ionisasi,
solubilitas lipid dan tingkat plasma protein binding pada konsentrasi equilibrium yang berhasil menembus barier seluler. Agen antimikroba yang memiliki lipid-
soluble , asam atau basa lemah yang tidak terionisasi dan bebas tidak berikatan
dengan protein dalam plasma mampu melakukan penetrasi ke dalam membran sel, masuk ke dalam susu, dan berdifusi ke dalam cairan transelular
Giguere et al 2006. Menurut Bishop 2005, penggunaan produk obat-obatan dalam menangani
berbagai permasalahan kesehatan di peternakan dapat menyebabkan terjadinya residu dalam susu dan mempengaruhi kualitas susu tersebut. Kehadiran
substansi antimikrobial dalam susu seperti residu antibiotika dapat
mengakibatkan masalah kesehatan yang serius. Hadirnya residu antibiotika dalam susu dapat diakibatkan oleh tidak diperhatikannya withdrawal time
antibiotika tersebut. Withdrawal time dari golongan penisilin, makrolida, tetrasiklin, dan aminoglikosida disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Withdrawal time beberapa jenis antibiotika No.
Jenis antibiotika Withdrawal time
1. Penisilin G
96 jam 2.
Eritromisin 36 jam
3. Tetrasiklin
72 jam 4.
Streptomisin 48 jam
Sumber: Bishop 2005.
2.5 Dampak Residu Antibiotika pada Konsumen