Residu Aminoglikosida dalam Susu Residu Tetrasiklin dalam Susu

memerah susu. Dengan memperhatikan masa henti obat penisilin dapat menghindari residu penisilin dalam susu segar.

4.2 Residu Aminoglikosida dalam Susu

Pada penelitian ini, susu segar yang diambil secara acak pada beberapa kabupaten di wilayah Jawa Barat diuji terhadap residu aminoglikosida. Hasil pengujian residu aminoglikosida dari 25 sampel susu segar disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Hasil uji residu aminoglikosida No. Asal sampel Hasil pengujian residu aminoglikosida Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4 Sampel 5 1 Bandung negatif negatif negatif negatif negatif 2 Bogor negatif negatif negatif negatif negatif 3 Cianjur negatif negatif negatif negatif negatif 4 Sumedang negatif negatif negatif negatif negatif 5 Tasikmalaya negatif negatif negatif negatif negatif Tidak ditemukan adanya residu aminoglikosida dari 25 sampel susu segar di wilayah Jawa Barat Kabupaten Bandung, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Bogor, Kabupaten Cianjur, dan Kabupaten Tasikmalaya yang diuji dengan menggunakan bioassay. Hal ini ditunjukkan dengan tidak terbentuknya hambatan pertumbuhan bakteri Bacillus subtilis pada media agar yang digunakan pada metode ini untuk golongan aminoglikosida. Limit deteksi bioassay terhadap golongan aminoglikosida adalah 0.1 ppm sedangkan batas maksimum residu aminoglikosida adalah 0.1 ppm. Limit deteksi ini masih setara dengan batas maksimum residu aminoglikosida yang diperbolehkan di Indonesia. Hal ini menunjukkan metode bioassay dapat digunakan untuk mendeteksi keberadaan residu antibiotika golongan aminoglikosida pada susu segar. Aminoglikosida merupakan golongan antibiotika yang efektif melawan bakteri gram negatif. Antibiotika yang termasuk dalam golongan ini antara lain streptomisin, neomisin, kelompok kanamisin-gentamisin, dan spektinomisin. Streptomisin merupakan obat pilihan pertama untuk menangani kasus tuberculosis. Namun, aminoglikosida memiliki potensi toksik dan residu pada pangan asal hewan Riviere 2009.

4.3 Residu Tetrasiklin dalam Susu

Pada penelitian ini, susu segar yang diambil secara acak pada beberapa kabupaten di wilayah Jawa Barat diuji terhadap residu tetrasiklin. Hasil pengujian residu tetrasiklin terhadap 25 sampel susu segar disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Hasil uji residu tetrasiklin No. Asal sampel Hasil pengujian residu tetrasiklin Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4 Sampel 5 1 Bandung negatif negatif negatif negatif negatif 2 Bogor negatif negatif negatif negatif negatif 3 Cianjur negatif negatif negatif negatif negatif 4 Sumedang negatif negatif negatif negatif negatif 5 Tasikmalaya negatif negatif negatif negatif negatif Hasil pengujian sampel pada penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ditemukan residu tetrasiklin dari 25 sampel susu yang diambil dari Kabupaten Bandung, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Bogor, Kabupaten Cianjur, dan Kabupaten Tasikmalaya. Hal ini ditunjukkan dengan tidak terbentuknya zona hambatan pertumbuhan bakteri Bacillus cereus pada media agar. Limit deteksi bioassay terhadap golongan tetrasiklin adalah 0.03 ppm. Limit deteksi ini masih di bawah batas maksimum residu yang telah ditetapkan oleh SNI nomor 01-6366-2000 tentang batas cemaran dan residu antibiotika 0.05 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa metode bioassay dapat digunakan untuk mendeteksi residu antibiotika dari golongan tetrasiklin pada susu segar.

4.4 Residu Makrolida dalam Susu