Residu Makrolida dalam Susu

tuberculosis. Namun, aminoglikosida memiliki potensi toksik dan residu pada pangan asal hewan Riviere 2009.

4.3 Residu Tetrasiklin dalam Susu

Pada penelitian ini, susu segar yang diambil secara acak pada beberapa kabupaten di wilayah Jawa Barat diuji terhadap residu tetrasiklin. Hasil pengujian residu tetrasiklin terhadap 25 sampel susu segar disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Hasil uji residu tetrasiklin No. Asal sampel Hasil pengujian residu tetrasiklin Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4 Sampel 5 1 Bandung negatif negatif negatif negatif negatif 2 Bogor negatif negatif negatif negatif negatif 3 Cianjur negatif negatif negatif negatif negatif 4 Sumedang negatif negatif negatif negatif negatif 5 Tasikmalaya negatif negatif negatif negatif negatif Hasil pengujian sampel pada penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ditemukan residu tetrasiklin dari 25 sampel susu yang diambil dari Kabupaten Bandung, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Bogor, Kabupaten Cianjur, dan Kabupaten Tasikmalaya. Hal ini ditunjukkan dengan tidak terbentuknya zona hambatan pertumbuhan bakteri Bacillus cereus pada media agar. Limit deteksi bioassay terhadap golongan tetrasiklin adalah 0.03 ppm. Limit deteksi ini masih di bawah batas maksimum residu yang telah ditetapkan oleh SNI nomor 01-6366-2000 tentang batas cemaran dan residu antibiotika 0.05 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa metode bioassay dapat digunakan untuk mendeteksi residu antibiotika dari golongan tetrasiklin pada susu segar.

4.4 Residu Makrolida dalam Susu

Pada penelitian ini, susu segar yang diambil secara acak pada beberapa kabupaten di wilayah Jawa Barat diuji terhadap residu makrolida. Hasil pengujian residu makrolida dari 25 sampel susu segar disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Hasil uji residu makrolida No. Asal sampel Hasil pengujian residu makrolida Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4 Sampel 5 1 Bandung negatif negatif negatif negatif negatif 2 Bogor negatif negatif negatif negatif negatif 3 Cianjur negatif negatif negatif negatif negatif 4 Sumedang negatif negatif negatif negatif negatif 5 Tasikmalaya negatif negatif negatif negatif negatif Tidak ditemukan adanya residu aminoglikosida dari 25 sampel susu segar di wilayah Jawa Barat Bandung, Sumedang, Bogor, Cianjur, dan Tasikmalaya pada penelitian dengan menggunakan uji bioassay. Hal ini ditunjukkan dengan tidak terbentuknya hambatan pertumbuhan bakteri Kocuria rizophila pada media agar yang digunakan pada metode ini untuk golongan makrolida. Limit deteksi bioassay terhadap golongan makrolida adalah 0.1 ppm sedangkan batas maksimum residu makrolida adalah 0.1 ppm. Limit deteksi ini masih setara dengan batas maksimum residu makrolida yang diperbolehkan di Indonesia. Hal ini menunjukkan metode bioassay dapat digunakan untuk mendeteksi keberadaan residu antibiotika golongan makrolida pada susu segar. Makrolida merupakan golongan antibiotika yang efektif melawan hampir semua bakteri gram positif. Jenis antibiotika yang termasuk dalam golongan ini adalah eritromisin, tilmikosin, tylosin, dan spiramisin. Eritromisin merupakan obat pilihan untuk pneumonia akibat mikoplasma Mutschler 1991. Menurut Mamani 2009, metode uji tapis screening test ini hanya dapat mengetahui ada atau tidaknya kandungan residu antibiotika berdasarkan golongan antibiotikanya. Meskipun demikian, bioassay merupakan metode yang sangat berguna untuk screening awal sejumlah besar sampel. Batas bawah limit deteksi bioassay masih di bawah atau setara dengan batas maksimum residu yang ditetapkan SNI nomor 01-6366-2000 untuk golongan penisilin, tetrasiklin, aminoglikosida, dan makrolida. Hasil penelitian ini mengindikasikan tidak ada kejadian residu antibiotika dalam 25 sampel susu yang diambil dari Kabupaten Bandung, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Bogor, Kabupaten Cianjur, dan Kabupaten Tasikmalaya. Tidak ditemukannya residu antibiotika dari golongan penisilin, aminoglikosida, tetrasiklin, dan makrolida pada seluruh sampel yang diuji kemungkinan disebabkan oleh penggunaan obat-obat ini secara tepat dengan memperhatikan waktu henti obat. Susu yang diperah sebelum masa henti obat terakhir tidak dicampur dan dijual bersama dengan susu dari sapi yang tidak dalam pengobatan dengan antibiotika tersebut. Menurut Martaleni 2007, waktu henti obat harus menjadi acuan bagi peternak untuk memerah susu. Dengan memperhatikan waktu henti obat, keberadaan residu antibiotika dalam susu segar dapat dihindari. Kemungkinan lainnya adalah konsentrasi residu antibiotika pada sampel berada di bawah limit deteksi uji, yaitu kurang dari 0.00125 ppm untuk penisilin, 0.03 ppm untuk tetrasiklin, dan 0.1 ppm untuk aminoglikosida dan makrolida, sehingga tidak ditemukan residu antibiotika pada sampel dalam penelitian ini. Meskipun demikian, terkait dengan SNI No. 01-6366-2000 tentang batas maksimum cemaran mikroba dan batas maksimum residu dalam bahan makanan asal hewan. Pemerintah menetapkan batas maksimum residu antibiotika dalam pangan asal hewan khususnya susu dengan batas maksimum residu untuk penisilin, aminoglikosida, tetrasiklin, dan makrolida berturut-turut yaitu 0.1 ppm, 0.1 ppm, 0.05 ppm, dan 0.1 ppm. Pada pengujian ini, limit deteksi masih dibawah atau setara dengan batas maksimum residu BMR yang ditetapkan pemerintah. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil yang dilaporkan oleh balai pengujian mutu produk peternakan BPMPP tahun 2010. Lembaga ini melaporkan bahwa prevalensi antibiotika di wilayah Jawa Barat cukup tinggi, terutama di Bogor yaitu 3.06 untuk penisilin, 28.57 untuk makrolida, 2.55 untuk aminoglikosida, dan 47.45 untuk tetrasiklin. Oleh sebab itu, monitoring terhadap penggunaan obat hewan di peternakan dan penggunaan tes atau kombinasi tes dengan sensitivitas tinggi maupun spesifisitas tinggi sangat diperlukan. Perbedaan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini dengan hasil surveilan yang dilakukan oleh BPMPP dapat disebabkan oleh banyak faktor diantaranya karena tujuan penelitian yang dilakukan berbeda sehingga metode penarikan contohnya sampling method juga berbeda. Pada penelitian ini hanya melihat gambaran keberadaan residu antibiotika dalam susu segar di Provinsi Jawa Barat. Sedangkan tujuan penelitian yang dilakukan oleh BPMPP tahun 2010 adalah melakukan surveilan residu antibiotika di Provinsi Jawa Barat.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN