masyarakat, terutama anak-anak. Foodborne disease bisa disebabkan oleh virus, bakteri, cendawan, dan residu antibiotika Gustiani 2009.
2.2 Keamanan pangan
Keamanan pangan menuntut tanggung jawab bersama antara pemerintah, konsumen, dan produsen Sparringa 2006. Masalah keamanan pangan meliputi
berbagai aspek mulai dari pangan dihasilkan hingga dikonsumsi. Masyarakat berhak mendapatkan pangan yang aman, sehat, utuh, dan halal ASUH. Pangan
dikatakan aman jika tidak ada bahan berbahaya dalam kandungannya. Bahan berbahaya dalam pangan terbagi menjadi tiga, yaitu bahaya biologi mikroba,
bahaya kimia residu pestisida, residu hormon, residu antibiotika, dan residu atau kontaminan lainnya, dan bahaya fisik debu, bulu, rambut, rumput, ranting kayu,
pecahan kaca.
2.3 Penggunaan Antibiotika dalam Peternakan
Antibiotika sering digunakan dalam peternakan dengan tujuan mengobati dan menghindari penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme, terutama
infeksi oleh bakteri. Penggunaan antibiotika juga dipercaya dapat memperbaiki konversi pakan ternak sehingga dapat meningkatkan efisiensi produksi dan
meningkatkan laju pertumbuhan, sehingga mendekati pertumbuhan yang ideal sesuai dengan potensi genetik yang dimiliki ternak. Hal ini menyebabkan
antibiotika tersebut biasanya ditambahkan dalam makanan sebagai imbuhan pakan atau disebut sebagai antibiotic growth promotors AGP Parakkasi
Effendi 1992. Antibiotika yang banyak dipakai di peternakan antara lain golongan beta laktam prokain penisilin G, kalium penisilin G, golongan
tetrasiklin tetrasiklin, oksitetrasiklin, klortetrasiklin, golongan aminoglikosida gentamisin sulfat, neomisin, dihidrostreptomisin sulfat, dan golongan makrolida
eritromisin, tilosin Lastari Murad 1995.
2.3.1 Penisilin
Penisilin merupakan antibiotika kelompok β-laktam yang penggunaannya efektif terutama untuk melawan sebagian besar bakteri gram positif. Senyawa ini
sering digunakan sebagai obat pilihan pertama untuk semua infeksi karena tidak menimbulkan efek samping yang toksik dan bersifat bakterisidal Olson 2003.
Menurut Admin 2007, absorbsi penisilin bisa melalui peroral, intramuscular,
intravena, intratracheal, intrauterine , dan intramamary. Melalui peroral, penisilin
di dalam lambung mamalia akan mengalami inaktifasi oleh asam lambung sampai 70. Pada individu tua yang produksi asam lambung sangat menurun,
pemberian penisilin dapat memberikan hasil yang lebih baik dalam proses absorbsinya di duodenum. Melalui intramuskuler, penisilin diserap cukup cepat.
Penyuntikan secara intravena menghasilkan kadar tinggi di dalam plasma darah, yang segera diikuti eliminasi yang cepat pula selama 4-6 jam. Melalui
intrauterine, absorbsi penisilin terjadi setelah infusi intrauterine dengan dosis
1.5 juta IU penisilin yang diberikan secara intrauterine. Melalui intramamary, absorbsi penisilin berlangsung secara difusi jaringan lokal Admin 2007.
Menurut Admin 2007, dalam keadaan normal penisilin didistribusikan dengan cepat dari plasma darah ke dalam jaringan tubuh. Persentase volume
distribusi apparent volume distribution, AVD sebesar 50 memperlihatkan cepat dan mudahnya distribusi penisilin ke dalam jaringan. Melalui ginjal penisilin
diekskresikan dengan cepat yaitu mencapai 60-80 dari obat yang dimasukkan, sedangkan ekskresi lewat kelenjar susu hanya mencapai 16 dari yang ada di
dalam plasma. Hal ini menunjukkan bahwa penisilin lebih banyak dieliminasi dari tubuh melalui ginjal daripada melalui susu.
2.3.2 Aminoglikosida
Aminoglikosida merupakan golongan antibiotika yang efektif melawan bakteri gram negatif. Antibiotika yang termasuk golongan ini adalah streptomisin,
neomisin, kelompok kanamisin-gentamisin, dan spektinomicin. Streptomisin merupakan obat pilihan pertama untuk menangani kasus tuberculosis. Namun,
aminoglikosida memiliki potensi toksik dan residu pada pangan asal hewan Riviere Papich 2009.
Menurut Adams 2001, absorpsi aminoglikosida lebih baik melalui parenteral sehingga absorpsi terjadi sangat cepat dan tuntas. Distribusi
aminoglikosida terjadi dalam waktu 1 jam setelah injeksi. Polykationik dari antibiotika ini menyebabkan penetrasi aminoglikosida melalui membran barier
dengan cara difusi sederhana sangat terbatas sehingga konsentrasi aminoglikosida yang ditemukan di cairan sekresi sangat sedikit. Rute ekskresi
utama dari aminoglikosida adalah melalui ginjal.
2.3.3 Tetrasiklin
Menurut Mutschler 1991, tetrasiklin merupakan golongan antibiotika berspektrum luas yang bekerja pada semua mikroba yang peka terhadap
penisilin, bakteri gram negatif, mikoplasma, leptospira, rikettsia, dan amoeba. Obat ini sering digunakan untuk mengatasi Bruselosis di peternakan sapi perah.
Menurut Karlina et al. 2009, dalam plasma darah semua jenis tetrasiklin terikat oleh protein plasma dalam jumlah yang bervariasi. Tetrasiklin mampu
berpenestrasi ke cairan tubuh lain dan jaringan tubuh dengan cukup baik. Golongan tetrasiklin dapat menembus membran barier dan terdapat dalam susu
dalam kadar yang relatif tinggi. Selain melalui susu, antibiotika ini diekskresikan melalui empedu dan urin.
2.3.4 Makrolida
Makrolida merupakan golongan antibiotika yang efektif melawan hampir semua bakteri gram positif. Jenis antibiotika yang termasuk dalam golongan ini
antara lain eritromisin, tilmikosin, tylosin, dan spiramisin. Eritromisin merupakan obat pilihan untuk pneumonia akibat mikoplasma Mutschler 1991.
Menurut Plumb dan Pharm 1999, makrolida diabsorpsi di usus halus setelah administrasi melalui oral. Beberapa faktor dapat mempengaruhi
bioavailabilitas makrolida antara lain dosis, keasaman gastrointestinal, makanan dalam lambung, dan waktu kosong lambung. Makrolida peka terhadap degradasi
asam, sedangkan absorpsi sangat lambat melalui intramuscular atau subkutan pada sapi. Bioavailabilitas makrolida hanya sekitar 40 melalui subkutan dan
65 melalui intramuscular. Makrolida didistribusikan ke seluruh tubuh terutama melalui cairan dan jaringan. Makrolida diekskresikan terutama melalui empedu.
Namun, level makrolida sekitar 50 dapat ditemukan dalam susu.
2.4 Residu Antibiotika dalam Susu