direktur yang membawahi direktur dari masing-masing departemen sesuai dengan tugasnya. Terdapat dua belas departemen pada PT Asuransi MSIG Indonesia yaitu
departemen corporate planning, departemen claim, departemen education and training, departemen finance, departemen general affairs, departemen human
resources, departemen information technology, departemen legal, departemen motor claim, departemen production, departemen reinsurance, dan departemen
underwriting. Kedua belas departemen tersebut didukung oleh internal audit section yang merupakan bagian independen yang dimiliki perusahaan compliance
controller dan risk management. Struktur organisasi terdapat pada Lampiran 1.
4.2. Kegiatan Operasional Perusahaan
Kegiatan operasional perusahaan asuransi yaitu menawarkan dirinya sebagai penjamin, pemberi kompensasi kepada seseorang yang terkena risiko. Sumber
dana untuk kompensasi itu adalah iuran yang dipungut dari sekelompok masyarakat yang disebut sebagai pemegang polis, iuran itu disebut sebagai premi
asuransi. Dana tersebut dikumpulkan sesuai dengan peran utama asuransi yaitu sebagai penghimpun dana masyarakat, dimana dana ini dapat diinvestasikan pada
sektor-sektor yang aman dan produktif. Sehingga perusahaan asuransi tidak hanya mendapatkan penerimaan dari premi yang dikumpulkan dari tertanggung, karena
jumlah tersebut sangat kecil apabila dibandingkan dengan besarnya kerugian yang akan dibayar kepada tertanggung, oleh karena itu perusahaan asuransi juga
mendapatkan penerimaan dari investasi
4.3. Kebijakan Investasi PT Asuransi MSIG Indonesia
Tujuan dari Pedoman kebijakan investasi ini untuk memastikan bahwa kegiatan investasi dilakukan sesuai dengan harapan Regional Holding Company
Rhc Group, dan juga melindungi solvabilitas serta memaksimalkan nilai pemegang saham. Adapun yang mendasari kebijakan investasi perusahaan yaitu
peraturan dari
head-office serta
Keputusan Menteri
Keuangan no.
424KMK.062003
Kebijakan Dasar : a Keamanan dan
Likuiditas b Diversifikasi
c Pertimbangan alokasi aset
d Minimalkan investasi
politik Kebijakan Kurs
Instrumen yang Dihindari :
a Loan b Real estate
Keputusan Menteri Keuangan no.
424KMK.062003
Kebijakan Instrument
Investasi :
a Saham b Obligasi
c SBI d Deposito
int ernal ekst ernal
Gambar 7. Kebijakan investasi pada PT Asuransi MSIG Indonesia
Kebijakan dasar untuk investasi tersebut yaitu : 1 Kebijakan dasar
a. Keamanan dan Likuiditas Aset perusahaan asuransi disediakan terutama untuk pembayaran klaim masa
depan. Dasar kebijakan investasi perusahaan adalah memiliki pendapatan yang stabil, menjaga solvabilitas, dan memprioritaskan kepada keamanan dan
likuiditas. Perusahaan tidak akan mencari penghasilan investasi khusus untuk menutupi kekurangan pendapatan underwriting, yang terlalu mengambil risiko.
b. Diversifikasi Pengembalian investasi bisa distabilkan dan risiko bisa dikurangi dengan
melakukan diversifikasi ke berbagai aset seperti deposito, obligasi, saham dan SBI.
c. Kebijakan dibuat dengan mempertimbangkan alokasi aset.
PT Asuransi MSIG Indonesia dalam memilih alokasi asetnya tidak memilih berdasarkan waktu investasi ataupun nama penerbit, melainkan berdasarkan aset-
aset yang telah ditentukan seperti pada kebijakan instrumen, yaitu : saham, obligasi, SBI, dan deposito.
d. Meminimalkan investasi politik Setiap jenis investasi politik termasuk deposito yang memiliki suku bunga
yang sangat rendah di bank-bank Jepang maupun investasi pada anak perusahaan dari nasabah asuransi Jepang harus dihindari sebisa mungkin karena investasi
tersebut mungkin dapat merugikan atau memiliki tingkat likuiditas yang rendah. 2 Instrumen investasi yang dihindari
Perusahaan menghindari investasi murni seperti : a.
Loan Perusahaan menghindari berinvestasi pada loan dikarenakan risiko kredit
yang terkandung pada investasi ini. Risiko kredit sendiri memiliki pengertian suatu kerugian yang disebabkan oleh ketidak mampuan dari debitur atas
kewajiban pembayaran utangnya baik utang pokok maupun ataupun keduanya. b.
Real estate Investasi pada real estate lebih menjanjikan keuntungan karena probabilitas
kenaikan harga real estate sangat besar. Hal ini disebabkan pertumbuhan penduduk yang pesat yang akan meningkatkan permintaan real estate, akibat dari
keterbatasan ketersediaan lahan maka harga akan cenderung naik. Investasi seperti real estate maupun properti dapat memiliki marketabilitas yang tinggi, tetapi
berisiko memiliki likuiditas rendah. Marketabilitas sendiri memiliki pengertian seberapa cepat suatu instrumen investasi yang dimiliki nasabah dapat dijual atau
dibeli. Sedangkan real estate walaupun dapat memiliki marketabilitas yang tinggi, tetapi beresiko memiliki likuiditas yang rendah. Likuiditas sendiri memiliki
pengertian kemampuan untuk mengubah seluruh aset menjadi bentuk tunai cash. Dalam memilih alokasi aset, PT Asuransi MSIG Indonesia tidak menginginkan
berinvestasi pada aset yang memiliki likuiditas rendah, sehingga PT Asuransi MSIG Indonesia tidak menginvestasikan dananya pada aset ini.
3 Alokasi kebijakan kurs Perusahaan membentuk portofolio aset yang cocok sebagai komposisi mata
uang utang pada underwriting, untuk menghindari kerugian selisih kurs. Dalam perhitungan komposisi mata uang kewajiban asuransi, premi belum merupakan
pendapatan, yang dalam mata uang rupiah harus dialokasikan ke masing-masing mata uang berdasarkan jumlah premi yang mendasarinya.
4 Kebijakan instrumen investasi a. Saham
Perusahaan hanya berinvestasi pada saham yang tercatat di perusahaan, dengan batas investasi hanya untuk satu nama, nama saham tersebut merupakan
nama perusahaan yang sudah bekerjasama dengan PT Asuransi MSIG Indonesia. Saham yang dimiliki perusahaan juga tidak untuk diperjual belikan, melainkan
untuk ditahan. Jumlah investasinya dibatasi hanya kurang dari 5 persen dari jumlah dana investasi.
b. Obligasi Perusahaan dilarang untuk berinvestasi pada obligasi dengan kondisi khusus.
Jangka waktu berinvestasi pada obligasi kurang dari lima tahun, untuk menghindari risiko suku bunga dan jangka waktu asuransi. Kredit rating penerbit
minimal adalah BBB menurut moody atau S P, tetapi perusahaan mengutamakan kredit rating AAA. Perusahaan juga berinvestasi pada obligasi
pemerintah Indonesia. c. SBI
Perusahaan berinvestasi pada SBI. SBI sebagai pembawa keamanan dalam denominasi rupiah yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Menurut Keputusan
Menteri Keuangan penempatan investasi pada satu pihak tidak melebihi 25 persen dari jumlah investasi, kecuali penempatan pada surat berharga yang diterbitkan
oleh Pemerintah atau Bank Indonesia dan surat berharga yang dijamin oleh pemerintah atau Bank Indonesia.
d. Deposito Perusahan dan cabang perusahaan memilih depositonya hanya pada bank
asing yang memiliki credit rating tidak berada di bawah dari BBB menurut Moody’s atau SP, dan lebih mengutamakan kredit rating AAA. Hal ini
dimaksudkan untuk menjamin bahwa bank yang akan dipakai untuk berinvestasi memiliki
peringkat kinerja yang baik
. Selain itu, perusahan membatasi deposito di masing-masing tidak melebihi 20 persen. Kebijakan tersebut telah disesuaikan
dengan Keputusan Menteri Keuangan no. 424 KMK.062003, yang menyebutkan Investasi dalam bentuk deposito berjangka dan sertifikat deposito pada setiap
Bank, tidak melebihi 20 persen dari jumlah investasi Aktivitas investasi yang dilakukan oleh perusahaan selalu dipantau oleh
Komite Investasi. Pemantau ini meliputi pemantauan portofolio melalui Laporan Bulanan yang ditinjau setiap akhir bulan melalui Direktur Keuangan hingga
Presiden Direktur. Selain itu, Kebijakan Investasi yang telah dibuat dapat direvisi oleh Direktur Keuangan dibawah persetujuan Komite Investasi
Selain berdasarkan kebijakan perusahaan, investasi yang dilakukan juga berdasarkan pada Keputusan Menteri Keuangan no. 424KMK.062003, mengenai
investasi serta pembatasan kekayaan investasi. Berikut adalah Tabel kebijakan perusahaan yang sudah didasarkan oleh Keputusan Menteri Keuangan no.
424KMK.062003 :
Tabel 5. Peraturan dan kebijakan alokasi aset Jenis Investasi
Acuan Kebijakan
Nilai Batas
Investasi Batas per 1
isu Minimum-
maksimum 1
Sertifikat Deposito
Nilai Nominal
NA Maksimum
20 0-100
2 SBI
Nilai Kas NA
NA 0-50
3 Saham
Nilai Pasar NA
Maksimum 20
0-10 4
Obligasi Pemerintah
Nilai Pasar NA
Maksimum 20
0-50 Keterangan :
Peraturan pemerintah Dihitung dari total investasi
Pembatasan atas kekayaan investasi sebagaimana yang dimaksud dalam Keputusan Menteri Keuangan no. 424KMK.062003 Pasal 10 huruf a untuk
Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi adalah sebagai berikut: a. Investasi dalam bentuk deposito berjangka dan sertifikat deposito pada setiap
Bank, tidak melebihi 20 persen dari jumlah investasi;
b. Investasi dalam bentuk saham yang emitennya adalah badan hukum Indonesia, untuk setiap emiten masing-masing tidak melebihi 20 persen dari
jumlah investasi; c. Investasi dalam bentuk obligasi dan Medium Term Notes yang penerbitnya
adalah badan hukum Indonesia, untuk setiap penerbit masing-masing tidak melebihi 20 persen dari jumlah investasi;
d. Investasi dalam bentuk unit penyertaan reksadana, untuk setiap penerbit tidak melebihi 20 persen dari jumlah investasi
e. Investasi dalam bentuk penyertaan langsung saham yang tidak tercatat di bursa efek, seluruhnya tidak melebihi 10 persen dari jumlah investasi
f. Investasi yang ditempatkan dalam bentuk bangunan dengan hak strata atau
tanah bangunan, seluruhnya tidak melebihi 20 persen dari jumlah investasi. g. Investasi yang ditempatkan dalam bentuk pinjaman hipotik, seluuhnya tidak
melebihi 20 persen dari jumlah investasi dan memenuhi persyaratan. h. Investasi dalam bentuk pinjaman polis besarnya tidak melebihi 80 persen dari
nilai tunai polis yang bersangkutan
4.4. Investasi pada PT Asuransi MSIG 4.4.1 Total Investasi dan Total Aset