Kualitas nutrisi pakan hijauan Potensi Indigofera sp. sebagai pakan hijauan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hijauan sebagai Pakan Ternak 2.1.1 Produktivitas pakan hijauan Leguminosa pohon memiliki beberapa karakteristik yang khas antara lain kandungan proteinnya yang tinggi 12,5–20,7 dengan kecernaan yang lebih tinggi dari rumput, kandungan mineral khususnya kalsium dan fosfor dan vitamin yang tinggi. Selain itu leguminosa pohon mampu mensuplai protein fermentabel dan by pass karena mengandung zat anti nurisi berupa tannin. Secara ekologis dan ekonomis leguminosa pohon dapat meningkatkan kesuburan tanah, melidungi tanah dari erosi dan merupakan penghasil kayu yang bermutu Allen Allen 1981. Fleming 1973 mengatakan bahwa secara umum kandungan elemen mineral pada leguminosa lebih banyak dibandingkan pada rumput. Mineral kalsium Ca dan magnesium Mg pada tanaman leguminosa lebih tinggi dari rumput Serra et al. 1996. Di daerah tropik kandungan mineral umumnya lebih rendah dibandingkan di daerah temperate. Konsentrasi rata–rata mineral Ca pada legum untuk daerah tropik dan temperate masing–masing 19,1 dan 14,2 gkg berdasarkan bahan kering BK, sedangkan untuk rumput masing–masing 3,8 dan 3,7 gkgBK. Demikian juga konsentrasi natrium Na pada hijauan di daerah tropis 50 lebih rendah dari pada di daerah temperate.

2.1.2 Kualitas nutrisi pakan hijauan

Kualitas nutrisi umumnya dapat dilihat dari komposisi kimia hijauan. Komposisi kimia dari hijauan pakan terdiri bahan kering, protein kasar, lemak kasar, serat kasar, bahan ekstrak tanpa nitrogen dan abu Crowder Chheda 1982. Untuk melihat komposisi kimia bahan pakan tersebut dilakukan dengan analisis proksimat yaitu metode yang menggambarkan komposisi zat makanan pada suatu bahan makanan. Selain itu untuk melihat komposisi kimia berdasarkan kandungan serat adalah dengan metode Van Soest. Pakan ternak terdiri dari dua fraksi yaitu isi sel dan dinding sel. Dinding sel dibagi lagi menjadi serat kasar yang larut dalam detergen netral NDF, bagian yang larut dalam detergen asam ADF dan lignin. Netral Detergen Fiber NDF atau serat detergen netral pada 5 dasarnya adalah hemiselulosa dan abu yang tidak larut, sedangkan ADF atau serat detergent asam adalah lignoselulosa dan silica Van Soest et al. 1991. Komposisi kimia hijauan pakan ternak memegang peranan penting karena dapat menggambarkan kandungan zat-zat makanan yang dibutuhkan oleh ternak. Komposisi kimia pakan sering tidak menggambarkan derajat kecernaan maupun penyerapan zat-zat makanan tersebut oleh ternak. Idealnya hasil analisis kimiawi tersebut selain mencerminkan kandungan zat makanan sekaligus dapat pula mencerminkan ketersediaannya dalam tubuh ternak. Sutardi 1980 menyatakan bahwa isi sel terdiri atas zat-zat yang mudah dicerna yaitu protein, karbohidrat bukan serat, mineral dan lemak sedangkan dinding sel terdiri atas sebagian besar selulosa, hemiselulosa dan pectin. Jenis-jenis leguminosa mempunyai kandungan protein dan mineral kalsium dan fosfor yang lebih tinggi dibandingkan dengan rumput McDonal et al. 2002.

2.1.3 Potensi Indigofera sp. sebagai pakan hijauan

Tanaman Indigofera sp. adalah salah satu genus legum pohon terbesar dengan perkiraan 700 spesies, 45 jenis tersebar diseluruh wilayah tropis Schrire 2005. Beberapa spesies di Afrika dan Asia telah dilaporkan dapat digunakan sebagai hijauan I. hirsuta, I. pilosa, I. schimperi Syn, I. oblongifolia, I. spicata, I. subulata Syn, dan I. trita dan tanaman penutup tanah cover crop I. hirsuta dan I. trita Hassen et al. 2007. Tanaman Indigofera sp. representatif sebagai tanaman parenial atau annual, herbal, semak atau pohon berukuran kecil, memiliki habitat di hutan, sabana dan juga di daerah terganggu. Beberapa spesies dikenal sebagai ‘‘anileiras’’ indigo karena memiliki genus yang sama dengan indigo yang telah diekstraksi I. anil L.. Spesies lain, seperti I. arrecata Hochst.ex A.Rich., I. articulata Gouan, I. suffruticosa Mill. dan I. tinctoria L., juga digunakan sebagai bahan pewarna, pakan ternak, pelindung tanah, tanaman penutup humus, kontrol erosi dan tanaman hias Schrire 2005. Beberapa spesies digunakan untuk pengobatan antipiretik, pencahar, diuretik, tonik, dan berguna pada serangan ular, lebah dan serangga menggigit lainnya, walaupun kemungkinan menyebabkan toksik pada hewan peliharaan dan sapi Tokarnia et al. 2000. Tanaman Indigofera sp. mengandung pikmen indigo yang sangat 6 penting untuk pertanian komersial pada daerah tropik dan sub tropik, selanjutnya dapat digunakan sebagai hijauan pakan ternak dan suplemen kualitas tinggi untuk ternak ruminansia Haude 1997. Klasifikasi botani Indigofera sp. adalah divisi : Spermatophyta sub divisi : Angiospermae kelas : Dicotyledonae bangsa : Rosales suku : Leguminosae marga : Indigofera jenis : Indigofera arrecta L. Tanaman Indigofera sp. dapat beradaptasi tinggi pada kisaran lingkungan yang luas, dan memiliki berbagai macam morfologi dan sifat agronomi yang sangat penting terhadap penggunaannya sebagai hijauan dan tanaman penutup tanah cover crops Hassen et al. 2006. Ciri–ciri legum Indigofera sp. adalah tinggi kandungan protein dan toleran terhadap kekeringan dan salinitas menyebabkan sifat agronominya sangat diinginkan Skerman 1982, saat akar terdalamnya dapat tumbuh kemampuannya untuk merespon curah hujan yang kurang dan ketahanan terhadap herbivor merupakan potensi yang baik sebagai cover crop tanaman penutup tanah untuk daerah semi-kering dan daerah kering Hassen et al. 2004, 2006. Sekitar 50 jenis Indigofera sp. yang ada beracun dan hanya 30 yang palatable Strickland et al. 1987, akan tetapi jenis yang palatable memiliki potensi yang besar sebagai hijauan pakan, sedangkan jenis yang tidak palatable beracun sangat cocok sebagai cover crop terutama pada daerah kering, semi kering dan gurun Hassen et al. 2006. Produksi bahan kering BK total Indigofera sp. adalah 21 tonhatahun dan produksi bahan kering daun 5 tonhatahun Hassen et al. 2008. Tepung daun Indigofera sp. mengandung protein kasar PK berkisar 22,3–31,1, NDF 18,9- 50,4, Ca 0,97-4,52, P 0,19-0,33, Mg 0,21-1,07, Cu 9,0-15,3 ppm, Zn 27,2-50,2 ppm, dan Mn 137,4-281,3 ppm dan kecernaan in vitro bahan organik berkisar 55,8-71,7 Hassen et al. 2007. 7

2.1.4 Pengaruh pemupukan terhadap produktivitas pakan hijauan