Kelarutan mineral kalsium Ca dan fosfor P

4.4.2 Kelarutan mineral kalsium Ca dan fosfor P

Secara umum mineral dipergunakan dalam memelihara, pertumbuhan, dan pergantian sel–sel dan jaringan yang rusak dalam tubuh ternak. Kebutuhan mineral untuk ternak diperoleh dari kuantitas dan ketersediaannya bioavailability. Bioavailability mineral adalah mineral yang siap diserap dan dimanfaatkan oleh ternak. Mineral tersedia bagi ternak ruminansia dapat diprediksi melalui konsentrasi mineral yang terlarut dalam cairan rumen. Mineral terlarut merupakan proporsi mineral sampel pakan dikurangi mineral dalam residu setelah inkubasi in vitro. Kelarutan mineral Ca Indigofera sp yang dipupuk 40 sipramin tidak berbeda nyata dengan kontrol akan tetapi kelarutan mineral P cenderung berbeda nyata P=0,07 terhadap kontrol Tabel 24. Tabel 24 Pengaruh aplikasi pupuk sipramin Saritana terhadap kelarutan dan jumlah mineral Ca dan P tanaman Indigofera sp. Dosis pupuk Kelarutan Mineral Jumlah mineral terlarut gtanaman Kalsium Ca Fosfor P Kalsium Ca Fosfor P 94,31±2,09 71,47±5,07 46,30±1,03 B 5,41±0,38 B 40 94,62±0,95 78,30±4,38 64,33±0,65 A 8,21±0,46 A Keterangan: A,B pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata P0,01 Jumlah mineral Ca dan P terlarut setiap tanaman Indigofera sp. diperlihatkan pada Tabel 24. Jumlah mineral Ca terlarut setiap tanaman dengan dosis pupuk 40 nyata P0,01 23,38 lebih tinggi dibandingkan 0 kontrol, sedangkan jumlah mineral P terlarut 38,93 lebih tinggi P0,01 dibandingkan kontrol. Meskipun persentase kelarutan Ca dan P tidak berbeda nyata, namun proporsi Ca dan P dalam setiap tanaman juga mempengaruhi jumlah Ca dan P terlarut. Semakin tinggi jumlah mineral dalam tajuk tanaman, maka semakin besar jumlah mineral terlarut dalam cairan rumen dan semakin besar kemungkinan mineral tersebut tersedia bagi ternak. 5 DISKUSI UMUM Aplikasi pupuk organik cair sipramin Saritana dengan dosis 40 dapat memperbaiki kondisi tanah setelah pemberian pupuk pada awal penelitian dan setelah tanaman dipanen pada akhir penelitian. Dosis pupuk sipramin 40 memberikan sumbangan N Tabel 5 pada pemupukan 15 hari sebelum panen hsp yang lebih baik dibandingkan dosis lainnya pada awal penelitian yang merupakan unsur penting yang sangat berguna bagi tanaman untuk mendukung pertumbuhan seperti daun, cabang dan akar tanaman serta proses metabolisme dalam tanaman. Kandungan N total tanah setelah tanaman dipanen 24,37 lebih rendah P0,05 dibandingkan setelah tanaman diberi pupuk. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian unsur N tersebut sebagian diserap oleh tanaman maupun mangalami pencucian leaching dan denitrifikasi. Jumlah bakteri Rhizobium sp. pada tanah yang telah diberi pupuk sipramin Saritana juga menggambarkan sumbangan N dari pupuk sipramin Tabel 10. Jumlah bakteri Rhizobium sp. yang lebih sedikit pada tanah yang diberi pupuk sipramin dengan dosis 40 menggambarkan bahwa kebutuhan N tanah sudah tercukupi sehingga tanaman tidak bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium sp. untuk fiksasi N 2 dari udara. Bahan organik yang terdapat pada pupuk sipramin saritana sangat berguna bagi tanah terutama sebagai bagi mikroorganisme tanah untuk berkembangbiak dan dapat beraktivitas menguraikan senyawa mineral menjadi ion-ion atau unsur- unsur yang mudah diserap oleh tanaman. Pemberian pupuk sipramin Saritana meningkatkan kandungan C-organik 20,11 P0,05 setelah tanaman dipanen Tabel 6. Bertambahnya kandungan C-organik tersebut dikarenakan tanaman mendistribusi hasil fotosintesis pada akar untuk kelangsungan hidup mikroba tanah. Aplikasi pupuk sipramin Saritana juga meningkatkan rasio C-N tanah. Rasio C-N tanah setelah tanaman dipanen meningkat 40,26 dibandingkan setelah tanaman diberi pupuk pada awal penelitian Tabel 7. Rasio C-N tanah sangat penting untuk kelangsungan hidup mikroorganisme tanah. Karbon C dibutuhkan oleh mikroba sebagai sumber energi untuk pertumbuhannya dan N diperlukan untuk membentuk protein. Mikroorganisme seperti bakteri pelarut fosfat pada tanah yang diberi pupuk dengan dosis 40 jumlahnya lebih banyak Tabel 9 dibandingnya dengan dosis lainnya. Jumlah bakteri pelarut fosfat pada tanah setelah tanaman dipanen lebih tinggi 29,21 P0,05 dibandingkan setelah tanaman diberi pupuk pada awal penelitian. Aktivitas bakteri pelarut fosfat adalah melarutkan fosfat yang masih terikat pada senyawa lainnya menjadi ion fosfat sehingga mudah diserap oleh akar tanaman. Jumlah bakteri pelarut fosfat sangat berkaitan dengan kandungan P tersedia dalam larutan tanah. Kandungan P tersedia pada tanah yang diberi 40 pupuk sipramin Saritana dan 15 hsp nyata P0,05 lebih tinggi dibandingkan dosis lainnya Tabel 8. Kandungan P tersedia tanah setelah tanaman dipanen cenderung menurun 18,5 P=0,07 dibandingkan tanah setelah diberi pupuk sipramin. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian P tersedia diserap oleh tanaman. Aktivitas mikrorganisme tanah dapat menurunkan pH tanah Tabel 11, karena mikroba mengeluarkan asam-asam organik. Nilai pH tanah setelah tanaman dipanen menurun 5,15 P0,05 dibandingkan pH tanah setelah tanaman diberi pupuk pada awal penelitian. Namun pH tanah masih dalam kisaran normal sehingga ekosistem tanah dan tanaman tidak terganggu. Pertumbuhan tanaman berjalan dengan baik jika didukung oleh kondisi lingkungan yang baik terutama lingkungan tanah sebagai penyedia unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Pemberian pupuk sipramin Saritana dengan dosis 40 menghasilkan produksi daun Tabel 17 dan tajuk Tabel 18 tanaman Indigofera sp. yang lebih baik sebagai hijauan makanan ternak HMT dibandingkan dosis lainnya. Kandungan unsur hara dan bahan organik pupuk sipramin Saritana dapat dimanfaatkan oleh tanaman dalam proses metabolisme dan disimpan dalam jaringan tanaman sehingga dapat membentuk daun dan cabang tanaman yang lebih banyak sehingga meningkatkan produksi daun dan tajuk tanaman Indigofera sp.. Jumlah cabang Indigofera sp. pada periode tanam II 37,64 lebih tinggi P0,05 dibandingkan periode tanam I Tabel 12 sedangkan produksi daun cenderung meningkat 5,63 P=0,07 dibandingkan dengan produksi pada periode tanam I Tabel 17. Pakan hijauan yang baik tidak hanya dinilai dari kuantitasnya sepanjang musim, tetapi juga kualitas dari hijauan tersebut. Kualitas hijauan dapat dinilai secara fisik, kimia dan biologi. Penilaian kualitas fisik tanaman salah satunya dapat dilihat dari vigoritas daun tanaman Gambar 2. Daun tanaman yang diberi pupuk sipramin dengan dosis 40 memperlihatkan vigoritas yang lebih baik Gambar 2d dan tidak menunjukkan gejala kekurangan unsur hara. Penilaian kualitas kimia hijauan dapat dilihat dari kandungan protein kasar Tabel 20, NDF dan ADF Tabel 21 dan mineral Tabel 22 tajuk Indigofera sp. Kandungan protein yang tinggi pada tajuk tanaman Indigofera sp. yang diberi pupuk sipramin Saritana dengan dosis 40 mengindikasikan kandungan bahan organik tajuk tanaman tersebut tinggi. Tingginya bahan organik pada tajuk tanaman disebabkan oleh sumbangan bahan organik terutama N dari pupuk untuk tanaman tersebut juga tinggi. Hal tersebut dapat dibuktikan oleh jumlah dan bobot bintil akar tanaman Tabel 15. Sumbangan N yang tinggi dari pupuk untuk tanaman akan banyak menggunakan C dalam tanaman untuk membentuk bahan organik sehingga porsi C untuk dinding sel berkurang. Pemberian pupuk sipramin saritana dengan dosis 40 pada 15 hsp menghasilkan NDF dan ADF yang relatif lebih kecil Tabel 21 dan memberikan hasil mineral fosfor yang lebih baik dibandingkan perlakuan lainnya Tabel 23. Kualitas biologi hijauan dapat dilihat dari nilai koefisien cerna in vitro bahan kering KCBK, bahan organik KCBO, protein kasar KCPK dan jumlah mineral terlarut hijauan pakan. Nilai KCBK, KCBO dan KCPK tanaman Indigofera sp. yang diberi pupuk sipramin Saritana 40 memiliki persentase yang berbeda nyata P0,05 dibandingkan 0 kontrol Tabel 23. Kecernaan hijauan ditentukan oleh komposisi serat yang terdapat dalam jaringan tanaman. Semakin tinggi kandungan serat maka semakin rendah nilai koefisien cerna hijauan pakan karena semakin rendah kandungan bahan organiknya. Pemberian pupuk organik dapat meningkatkan kandungan bahan organik hijauan sehingga nilai kecernaan hijauan juga meningkat. Persentase kelarutan mineral kalsium Ca dan fosfor P tanaman Indigofera sp. yang diberi pupuk sipramin Saritana 40 tidak berbeda nyata dengan kontrol, namun jumlah mineral Ca dan P yang terlarut berbeda nyata Tabel 24. Hal tersebut mengindikasikan bahwa proporsi Ca dan P dalam setiap tanaman juga mempengaruhi jumlah Ca dan P terlarut. Semakin tinggi jumlah mineral dalam tajuk tanaman, maka semakin besar jumlah mineral terlarut dalam cairan rumen dan semakin besar kemungkinan mineral tersebut tersedia bagi ternak. 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan