Kecernaan pakan dan faktor yang mempengaruhinya Teknik penentuan kecernaan pakan

18 rata–rata 0,68 AFRC 1991. Pada beberapa hijauan nilai ACa lebih rendah disebabkan oleh keberadaan kalsium oksalat yang sulit dicerna didalam rumen Ward et al. 1979.

2.3 Evaluasi Kualitas Hijauan Pakan

Kualitas merupakan hal yang paling penting dari segala karakteristik agronomi untuk hijauan karena nutrisi hijauan pakan ternak menentukan produktivitas ternak. Kualitas hijauan memungkinkan dievaluasi langsung dengan memberikan pada ternak dan di dalam laboratorium Yamada et al. 2005. Metode tidak langsung meliputi kecernaan in vitro dengan cairan rumen Tilley Terry 1963; Menke et al. 1979, kecernaan enzimatis De Boever et al. 1986 dan analisis kimia komponen sel Van Soest 1963. Evaluasi hijauan pakan juga dapat dilakukan dengan menganalisis imbangan mineral dan jumlah mineral terlarut. Peningkatan kualitas hijauan juga diperoleh dari perubahan kandungan dan rasio mineral di dalam hijauan untuk mencegah gangguan metabolis Yamada et al. 2005.

2.3.1 Kecernaan pakan dan faktor yang mempengaruhinya

Koefisien cerna suatu zat makanan didefinisikan sebagai selisih antara zat- zat makanan yang dikandung dalam suatu makanan yang dimakan dan zat-zat makanan dalam feses Anggorodi 1984, sedangkan menurut McDonald et al. 1988 kecernaan suatu bahan makanan diartikan sebagai bagian yang tidak dieksresikan melalui feses dan diasumsikan bahwa seluruh bagian tersebut dapat diserap oleh tubuh. Dikatakan pula bahwa kecernaan bahan kering ransum dinyatakan sebagai suatu koefisien atau persentase dari total kadar bahan kering ransum yang dikonsumsi. McDonald et al. 1988 menyebutkan bahwa beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kecernaan bahan makanan, yaitu komposisi kimia bahan makanan, komposisi kimia ransum, bentuk fisik ransum, jumlah konsumsi dan jenis ternak. Tinggi rendahnya daya cerna, dipengaruhi oleh jenis ternak, umur hewan, jenis bahan pakan dan susunan kimianya Peterson 2005. Menurut Ranjhan dan Pathak 1979, kecernaan bahan makanan dipengaruhi oleh jenis hewan, jumlah ransum, cara pemberian makanan, kadar zat makanan yang dikandungnya, umur ternak, 19 level pemberian makanan, pengolahan makanan dan komposisi ransum. Perbedaan anatomi dan fisiologi alat pencernaan juga dapat mempengaruhi ternak untuk mencerna bahan makanan Maynard Loosli 1969.

2.3.2 Teknik penentuan kecernaan pakan

Untuk mempelajari pemanfaatan bahan makanan pada ruminansia, ada dua teknik yang dapat digunakan yaitu in vitro dan in vivo Tilley Terry 1963. Teknik in vitro tergantung dari mikroba yang diambil dari hewan. Kecernaan in vitro memiliki keuntungan antara lain pelaksanaannya mudah, mengurangi resiko kematian ternak, lebih ekonomis, mewakili penampilan ternak. Kelemahannya adalah medium kecernaan pada in vitro tidak mungkin sama dengan kecernaan in vivo yang langsung menggunakan ternak. Syarat–syarat yang perlu diperhatikan dalam membuat teknik in vitro adanya larutan penyangga buffer dan media makanan. Temperatur optimumnya 39 o C, dengan pH optimum 6,7–7,0.

2.3.3 Cairan rumen