Parameter Konservasi Tanah dan Air

4. Laju Erosi Tanah Pengukuran laju erosi tanah untuk suatu kejadian hujan menggunakan petak ukur Stroosnijder 2005. Pada tanah dibuat petak erosi berukuran 12 m x 4 m memanjang dari atas ke bawah lereng. Banyaknya petak ukur adalah 3 petak sebagai pengulangan. Kemiringan tanah yang akan digunakan seragam yaitu 36. Kemudian pada bagian ujung bawah petak ukur dibuat bak penampungan untuk menampung aliran permukaan dan erosi langsung dari petak ukur dan bagian atasnya diberi lubang pembagi sebanyak 11 buah Alegre Rao 1996. Lubang pembagi ini berfungsi untuk menghitung banyaknya air yang luber ketika terjadi luapan. Masing-masing lubang berdiameter ¾ inch dan jarak antar lubang 2 cm. Bak penampungan diberi penutup untuk menghindari masuknya air secara langsung dari atas. Volume aliran permukaan yang tertampung pada setiap petak ukur dilakukan setiap hari pada jam yang sama, minimal sebanyak 30 kali pengukuran. Volume aliran permukaan dihitung menggunakan persamaan : V ap = V 1 + 11V 2 Santosa 1985 Keterangan : V ap = volume total aliran permukaan L V 1 = volume aliran permukaan pada wadah I V 2 5. Berat Tanah yang Tererosi = volume aliran permukaan pada wadah II Penentuan berat tanah yang tererosi dilakukan dengan cara mengambil contoh air masing-masing 1 liter untuk tiap petak ukur yang telah diaduk terlebih dahulu sehingga homogen. Pengambilan sampel air dilakukan minimal sebanyak 30 kali hari hujan. Kemudian contoh air disaring dengan kertas saring yang telah diketahui berat keringnya. Kertas saring beserta endapannya kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 80-85 ⁰C sampai berat konstan. Berat tanah yang tererosi adalah : W tc = W 1 + W 2 Santosa 1985 Keterangan : W tc = berat tanah tererosi g W 1 dan W 2 = berat basah tanah g W 1 atau W 2 = V d Vs x W ksc – W ks

5.4. Analisis Data

` Data yang terkumpul dari lapangan selanjutnya dianalisis menggunakan program Excel 2007 untuk menghitung INP vegetasi, dan analisis komponen utama menggunakan program Minitab versi 15 dan dilanjutkan dengan loading plot untuk mengetahui hubungan model arsitektur pohon dengan konservasi tanah dan air. Dalam hal ini dicari hubungan antara laju erosi tanah dengan besarnya curah hujan, curahan tajuk, aliran batang, dan aliran permukaan.

5.5 Diagram Alir Penelitian

Gambar 4 Diagram alir penelitian Survey Lapangan Kemiringan Lereng Analisis Vegetasi Pengukuran Curah Hujan INP Peta Area perkebunan Arsitektur Pohon Curahan Tajuk, Aliran Batang, Aliran Permukaan Erosi Tanah Kesimpulan

BAB IV HASIL

4.1 Analisis Vegetasi

Dari hasil analisis vegetasi diketahui bahwa struktur dan komposisi vegetasi, terdapat 19 jenis tumbuhan di lahan PHBM, dan jenis yang dominan dengan INP tertinggi untuk tingkat pohon adalah Pinus Pinus merkusii Junghuhn de Vriese sebesar 173.32 pada tingkat tiang yaitu Pinus Pinus merkusii Junghuhn de Vriese sebesar 300.00 dan pada tingkat tumbuhan bawah yaitu Teklan Eupatorium riparium Regel sebesar 72.23 Gambar 5a dan Lampiran 1,2. Hasil analisis vegetasi di hutan lindung terdapat 42 jenis tumbuhan. INP tertinggi pada tingkat pohon adalah Rasamala Altingia excelsa Noronha. sebesar 104.58, pada tingkat tiang adalah Puspa Schima wallichii Korth. sebesar 73.96 dan pada tingkat tumbuhan bawah yaitu Jampang piit Eleusina indica L. Gaertn. sebesar 41.18 Gambar 5b dan Lampiran 3,4. Di lahan terbuka atau tanpa tegakan, karena sering diolah untuk penanaman sayuran maka hanya terdapat jenis rumput. Dan berdasarkan analisis vegetasi terdapat 20 jenis tumbuhan bawah dengan INP tertinggi yaitu Babadotan Ageratum conyzoides L. sebesar 43.37 Gambar 6 dan Lampiran 5. a b Gambar 5 INP di a lahan PHBM dan b hutan lindung

Dokumen yang terkait

Kontribusi Penyadapan Getah Pinus (Pinus merkusii) Terhadap Tingkat Pendapatan Penyadap

18 166 77

Identifikasi Mutu Bibit Tusam (Pinus merkusii) Berdasarkan SNI (Standar Nasional Indonesia) di Pembibitan Balai Penelitian Kehutanan Aek Nauli Desa Sibaganding Kecamatan Girsang Sipangan Bolon Kabupaten Simalungun

2 51 78

Pemuliaan Pinus Merkusii

1 36 11

PEMANFAATAN LAHAN HUTAN PINUS (Pinus merkusii Jungh at de Vriese) DENGAN MODEL AGROFORESTRI SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN RPH PUJON KIDUL, BKPH PUJON, KPH MALANG

0 28 20

Hubungan Antara Diameter, Persen Tajuk Jumlah Pohon Per Hektar dengan Produksi Kayu dan Getah Pinus (Pinus merkusii Jungh et. De Vriese) di KPH Pekalongan Barat dan KPH Kediri

0 5 70

Studi Penyusunan Model Penduga Produksi Getah Pinus merkusii Jungh et de Vriese di BKPH Bogor KPH Bogor

0 10 75

Korelasi arsitektur pohon model rauh dari jenis pinus merkusii junghuhn & de vriese dengan konservasi tanah dan air di area PHBM yang ditanami coffea arabica L RPH Gambung KPH Bandung Selatan

6 39 68

Analisis keuntungan pengusahaan pinus (pinus merkusii jung et de vriese) di KPH Pekalongan Barat

1 12 24

Korelasi arsitektur pohon model rauh dari Rasamala (Altingia excelsa Noronha.) dan model arsitektur roux dari jenis kopi (Coffea arabica L.) terhadap konservasi tanah dan air di area PHBM RPH gambung KPH Bandung Selatan

3 19 139

Hubungan Model Arsitektur Massart dari Pohon Agathis dammara L.C.Richard dengan Konservasi Tanah dan Air di RPH Gambung Petak 27 Area PHBM, KPH Bandung Selatan

1 7 105