Lokasi dan Waktu Penelitian Bahan Analisis Data Diagram Alir Penelitian

BAB III METODE

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian secara geografis terletak pada 7° 7 LS dan 107° 29 BT, di petak 28 dengan luas areal 10 Ha, dengan ketinggian 1299 m dpl dan kemiringan 36. Menurut administrasi kehutanan termasuk wilayah kerja Resort Pemangkuan Hutan RPH Gambung, BKPH Ciwidey, Kesatuan Pemangkuan Hutan KPH Bandung Selatan, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat, sedangkan secara administrasi pemerintahan terletak di Desa Cibodas, Kecamatan Pasir Jambu, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat Gambar 2. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2010 sampai Januari 2011. Gambar 2 Lokasi RPH Gambung, BKPH Ciwidey, KPH Bandung Selatan, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat www.google.co.id.

3.2 Bahan

Areal yang digunakan dalam penelitian ini adalah lahan PHBM yang ditumbuhi pohon pinus Pinus merkusii Junghuhn de Vriese, kopi Coffea arabica L., hutan lindung dan lahan tanpa tegakan sebagai kontrol. Untuk setiap areal penelitian ditanam plot penelitian berukuran 4x12 m 2 dengan 3 tiga kali ulangan. Alat-alat yang digunakan adalah meteran, tali plastik, helingmeter, ombrometer, jerigen, selang, pipa paralon, kompas, patok, gelas ukur, seng, dan bahan plastik.

3.3 Metode Pengambilan Data

Dalam penelitian ini data yang diambil berupa data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan, pengukuran, pengujian di lapangan dan hasil analisis laboratorium. Sedangkan data sekunder diperoleh dari literatur dan instansi terkait.

3.3.1 Analisis vegetasi

Penelitian pendahuluan berupa pengamatan lapangan untuk menentukan plot penelitian. Penentuan plot dilakukan secara acak dan sistematik. Metode Line intercept digunakan untuk analisis dominansi tumbuhan bawah di lahan tanpa tegakan. Sedangkan metode kuadrat Gambar 3 digunakan untuk analisis dominansi fase pohon, tiang, pancang, dan anakan di lahan PHBM dan hutan alam dengan luasan kuadrat yang telah ditentukan Mueller Ellenberg 1974. Gambar 3 Layout petak contoh pengambilan data vegetasi di lahan PHBM dan hutan lindung Ukuran kuadrat-kuadrat tersebut disesuaikan dengan bentuk morfologis jenis dan lapisan distribusi vegetasi secara vertikal stratifikasi. Tetapi umumnya para peneliti dibidang ekologi hutan membedakan pohon ke dalam beberapa tingkat pertumbuhan, yaitu: • anakan permudaan tingkat kecambah sampai setinggi 1,5 m. • pancang permudaan dengan 1,5 m sampai pohon muda berdiameter 10 cm. • tiang pohon muda berdiameter 10 cm sampai 20 cm. • pohon diameter 20 cm. Untuk memudahkan pelaksanaannya ukuran kuadrat disesuaikan dengan tingkat pertumbuhannya yaitu umumnya 20 m x 20 m pohon, 10 m x 10 m tiang, 5 m x 5 m pancang, dan 2 m x 2 m anakan. Jumlah seluruh petak contoh adalah 3 petak Gambar 3. Analisis vegetasi dilakukan untuk mengetahui spesies vegetasi yang dominan dan vegetasi penutup tanah berdasarkan Indeks Nilai Penting INP. Identifikasi vegetasi dilakukan secara langsung di lokasi penelitian untuk menentukan nama lokal dan nama ilmiah, jika terdapat kesulitan dalam identifikasi maka dikoleksi untuk kemudian diidentifikasi di herbarium Bogoriense. INP i = KRi + DRi + FRi Mueller Ellenberg 1974 Keterangan : KRi : kerapatan relatif jenis i DRi : dominansi relatif jenis i FRi : frekuensi relatif jenis i Data primer yang digunakan dalam penelitian ini, yang merupakan data hasil pengamatan dan pengukuran di lapangan meliputi : 1. Kemiringan lereng yang diukur dengan Helingmeter 2. Erodibilitas tanah melalui uji laboratorium 3. Vegetasi melalui analisis vegetasi dengan menggunakan metode kuadrat 4. Tumbuhan penutup tanah dengan metode line intercept.

3.3.2 Analisis Tanah

Pembuatan profil tanah digali sedalam 1,5 m, kemudian dianalisis kesuburan tanahnya. Analisis tanah ini dilakukan di Balai Penelitian dan Pengembangan Tanah Bogor.

1.3.3. Identifikasi Model Arsitektur Pohon

Penentuan model arsitektur pohon pinus Pinus merkusii Junghuhn de Vriese, kopi Coffea arabica L. dan rasamala Altingia excelsa Noronha. yang berada di hutan alam dilakukan berdasarkan ketentuan Halle et al. 1978 dan menggunakan kunci identifikasi yang telah dikembangkan oleh Setiadi 1998. Selanjutnya beberapa ciri pohon dicatat yaitu pola pertumbuhan batang dan cabang, percabangan, tinggi pohon, tinggi batang bebas cabang, model perakaran, kedalaman tajuk, diameter tajuk, luas tajuk, diameter batang dan luas bidang dasar.

3.3.4 Parameter Konservasi Tanah dan Air

Parameter konservasi tanah dan air yang diukur pada penelitian di lahan PHBM, hutan alam, dan lahan tanpa tegakan sebagai berikut : 1. Curah hujan Curah hujan harian diukur dengan penakar hujan otomatis ombrometer yang diletakkan di tempat terbuka. 2. Curahan Tajuk Throughfall Pengukuran curahan tajuk dilakukan dengan menggunakan lembaran plastik berukuran 1m x 1m dengan kerangka kayu yang ditempatkan di bawah tajuk pohon. Banyaknya pohon yang diukur untuk curahan tajuk adalah 3 pohon untuk tiap jenis. Kemudian volume curahan tajuk cm 3 yang tertampung dikonversi kedalam satuan tinggi kolom air mm dengan persamaan : Tfi = Vi Li cm = Vi Li x 10 mm Kaimuddin 1994 Keterangan : Tfi = tinggi curahan tajuk ke-i mm Vi = volume curahan tajuk ke-i cm 3 Li = luas penampungan ke-i cm 2 3. Aliran Batang Stemflow Pengukuran aliran batang dilakukan dengan menampung air yang mengalir pada batang. Penampungan dilakukan dengan membuat lingkaran spiral dari selang plastik pada sekeliling permukaan batang dengan salah satu ujungnya diletakkan lebih rendah menuju jerigen penampungan. Banyaknya pohon yang diukur untuk aliran batang adalah 3 pohon untuk tiap jenis. Kemudian volume aliran batang cm 3 yang tertampung dikonversi kedalam satuan tinggi kolom air mm dengan persamaan : Sfi = Vi Li cm = Vi Li x 10 mm Kaimuddin 1994 Keterangan : Sfi = tinggi aliran batang ke-i mm Vi = volume aliran batang ke-i cm 3 Li = luas tajuk pohon ke-i cm 2 4. Laju Erosi Tanah Pengukuran laju erosi tanah untuk suatu kejadian hujan menggunakan petak ukur Stroosnijder 2005. Pada tanah dibuat petak erosi berukuran 12 m x 4 m memanjang dari atas ke bawah lereng. Banyaknya petak ukur adalah 3 petak sebagai pengulangan. Kemiringan tanah yang akan digunakan seragam yaitu 36. Kemudian pada bagian ujung bawah petak ukur dibuat bak penampungan untuk menampung aliran permukaan dan erosi langsung dari petak ukur dan bagian atasnya diberi lubang pembagi sebanyak 11 buah Alegre Rao 1996. Lubang pembagi ini berfungsi untuk menghitung banyaknya air yang luber ketika terjadi luapan. Masing-masing lubang berdiameter ¾ inch dan jarak antar lubang 2 cm. Bak penampungan diberi penutup untuk menghindari masuknya air secara langsung dari atas. Volume aliran permukaan yang tertampung pada setiap petak ukur dilakukan setiap hari pada jam yang sama, minimal sebanyak 30 kali pengukuran. Volume aliran permukaan dihitung menggunakan persamaan : V ap = V 1 + 11V 2 Santosa 1985 Keterangan : V ap = volume total aliran permukaan L V 1 = volume aliran permukaan pada wadah I V 2 5. Berat Tanah yang Tererosi = volume aliran permukaan pada wadah II Penentuan berat tanah yang tererosi dilakukan dengan cara mengambil contoh air masing-masing 1 liter untuk tiap petak ukur yang telah diaduk terlebih dahulu sehingga homogen. Pengambilan sampel air dilakukan minimal sebanyak 30 kali hari hujan. Kemudian contoh air disaring dengan kertas saring yang telah diketahui berat keringnya. Kertas saring beserta endapannya kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 80-85 ⁰C sampai berat konstan. Berat tanah yang tererosi adalah : W tc = W 1 + W 2 Santosa 1985 Keterangan : W tc = berat tanah tererosi g W 1 dan W 2 = berat basah tanah g W 1 atau W 2 = V d Vs x W ksc – W ks

5.4. Analisis Data

` Data yang terkumpul dari lapangan selanjutnya dianalisis menggunakan program Excel 2007 untuk menghitung INP vegetasi, dan analisis komponen utama menggunakan program Minitab versi 15 dan dilanjutkan dengan loading plot untuk mengetahui hubungan model arsitektur pohon dengan konservasi tanah dan air. Dalam hal ini dicari hubungan antara laju erosi tanah dengan besarnya curah hujan, curahan tajuk, aliran batang, dan aliran permukaan.

5.5 Diagram Alir Penelitian

Gambar 4 Diagram alir penelitian Survey Lapangan Kemiringan Lereng Analisis Vegetasi Pengukuran Curah Hujan INP Peta Area perkebunan Arsitektur Pohon Curahan Tajuk, Aliran Batang, Aliran Permukaan Erosi Tanah Kesimpulan

BAB IV HASIL

4.1 Analisis Vegetasi

Dari hasil analisis vegetasi diketahui bahwa struktur dan komposisi vegetasi, terdapat 19 jenis tumbuhan di lahan PHBM, dan jenis yang dominan dengan INP tertinggi untuk tingkat pohon adalah Pinus Pinus merkusii Junghuhn de Vriese sebesar 173.32 pada tingkat tiang yaitu Pinus Pinus merkusii Junghuhn de Vriese sebesar 300.00 dan pada tingkat tumbuhan bawah yaitu Teklan Eupatorium riparium Regel sebesar 72.23 Gambar 5a dan Lampiran 1,2. Hasil analisis vegetasi di hutan lindung terdapat 42 jenis tumbuhan. INP tertinggi pada tingkat pohon adalah Rasamala Altingia excelsa Noronha. sebesar 104.58, pada tingkat tiang adalah Puspa Schima wallichii Korth. sebesar 73.96 dan pada tingkat tumbuhan bawah yaitu Jampang piit Eleusina indica L. Gaertn. sebesar 41.18 Gambar 5b dan Lampiran 3,4. Di lahan terbuka atau tanpa tegakan, karena sering diolah untuk penanaman sayuran maka hanya terdapat jenis rumput. Dan berdasarkan analisis vegetasi terdapat 20 jenis tumbuhan bawah dengan INP tertinggi yaitu Babadotan Ageratum conyzoides L. sebesar 43.37 Gambar 6 dan Lampiran 5. a b Gambar 5 INP di a lahan PHBM dan b hutan lindung

Dokumen yang terkait

Kontribusi Penyadapan Getah Pinus (Pinus merkusii) Terhadap Tingkat Pendapatan Penyadap

18 166 77

Identifikasi Mutu Bibit Tusam (Pinus merkusii) Berdasarkan SNI (Standar Nasional Indonesia) di Pembibitan Balai Penelitian Kehutanan Aek Nauli Desa Sibaganding Kecamatan Girsang Sipangan Bolon Kabupaten Simalungun

2 51 78

Pemuliaan Pinus Merkusii

1 36 11

PEMANFAATAN LAHAN HUTAN PINUS (Pinus merkusii Jungh at de Vriese) DENGAN MODEL AGROFORESTRI SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN RPH PUJON KIDUL, BKPH PUJON, KPH MALANG

0 28 20

Hubungan Antara Diameter, Persen Tajuk Jumlah Pohon Per Hektar dengan Produksi Kayu dan Getah Pinus (Pinus merkusii Jungh et. De Vriese) di KPH Pekalongan Barat dan KPH Kediri

0 5 70

Studi Penyusunan Model Penduga Produksi Getah Pinus merkusii Jungh et de Vriese di BKPH Bogor KPH Bogor

0 10 75

Korelasi arsitektur pohon model rauh dari jenis pinus merkusii junghuhn & de vriese dengan konservasi tanah dan air di area PHBM yang ditanami coffea arabica L RPH Gambung KPH Bandung Selatan

6 39 68

Analisis keuntungan pengusahaan pinus (pinus merkusii jung et de vriese) di KPH Pekalongan Barat

1 12 24

Korelasi arsitektur pohon model rauh dari Rasamala (Altingia excelsa Noronha.) dan model arsitektur roux dari jenis kopi (Coffea arabica L.) terhadap konservasi tanah dan air di area PHBM RPH gambung KPH Bandung Selatan

3 19 139

Hubungan Model Arsitektur Massart dari Pohon Agathis dammara L.C.Richard dengan Konservasi Tanah dan Air di RPH Gambung Petak 27 Area PHBM, KPH Bandung Selatan

1 7 105