perlindungan kepada kawasan sekitar maupun bawahannya sebagai pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta memelihara kesuburan tanah.
Hutan produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan.
2.5 Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat PHBM
Keselarasanharmoni hubungan manusia dan alam lingkungan menjadi kunci dalam pengelolaan hutan berbasis masyarakat. Secara tradisional hubungan
tersebut meliputi multi aspek, yaitu sosial termasuk religi, ekonomi dan ekologi. Hal tersebut tercermin dari cara dan aturan yang terbangun dalam pengelolaan
hutan. Aspek sosial dan ekonomi lebih banyak diperlihatkan melalui struktur dan lembaga pengelolaan hutan, sistem penguasaan dan pemanfaatan lahan dan hutan.
Sedangkan aspek ekologis dapat dilihat melalui aturan adathukum adat dalam pengelolaan maupun pemanfaatan sumber daya hutan serta pembagian kawasan
menurut fungsinya. Filosofi dan praktek pengelolaan hutan oleh masyarakat adat merupakan satu bentuk kekayaan budaya, intelektualpengetahuan tersendiri yang
seharusnya dijaga. Menyadari keberadaan masyarakat sekitar hutan sangat menentukan baik
dan buruknya hutan, maka dalam pembangunan hutan dipandang perlu melibatkan masyarakat sekitar hutan, seperti yang dilakukan Perum Perhutani. Perum
Perhutani sebagai BUMN yang diberi mandat untuk mengelola hutan negara dituntut untuk memberikan perhatian yang besar kepada masalah sosial ekonomi
masyarakat, terutama masyarakat pedesaan yang sebagian besar tinggal di sekitar hutan. Interaksi antara masyarakat dengan hutan tidak mungkin dipisahkan. Oleh
karena itu, pendekatan yang dilakukan dalam pengelolaan hutan harus memperhatikan keberlanjutan ekosistem hutan dan peduli dengan masyarakat di
sekitar hutan. Sejalan dengan terjadinya reformasi di bidang kehutanan, Perum Perhutani
menyempurnakan sistem pengelolaan sumberdaya hutan dengan lahirnya Penglolaan Hutan Bersama Masyarakat PHBM. Pada tahun 2007, PHBM
disempurnakan kembali dengan PHBM plus. Dengan PHBM plus diharapkan pelaksanaan pengelolaan sumberdaya hutan di Jawa akan lebih fleksibel,
akomodatif, partisipatif dan dengan kesadaran tanggung jawab sosial yang tinggi,
sehingga mampu memberikan kontribusi peningkatan Indeks Pembangunan Manusia IPM.
Pengelolaan hutan bersama msyarakat merupakan sistem pengelolaan sumberdaya hutan dengan pola kolaborasi yang bersinergi antara Perum Perhutani
dan masyarakat desa hutan atau para pihak yang berkepentingan dalam upaya mencapai keberlanjutan fungsi dan manfaat sumberdaya hutan yang optimal dan
peningkatan IPM yang bersifat fleksibel, partisipatif, dan akomodatif. PHBM dimaksudkan untuk memberikan arah pengelolaan sumberdaya
hutan dengan memadukan aspek ekonomi, ekologi, dan sosial secara proporsional dan professional Perum Perhutani 2007.
BAB III METODE